BluEast Harmony #3

BluEast Harmony #3

<=

Gadis itu memilih duduk di samping Kyuhyun. Ia akan mendengarkan, hanya sebatas mendengarkan, sama seperti yang sudah dilakukan Kyuhyun padanya kemarin. Jiyoo pikir itu akan membantu Kyuhyun. Mungkin.

“Lalu orang tadi itu ayah angkatku,” bisikan Kyuhyun memang pelan, tapi tidak cukup pelan untuk tidak didengar Jiyoo. Gadis itu membelalakkan mata. Kyuhyun tersenyum kecil melihat reaksi Jiyoo. “Aku memang tidak punya keluarga, tapi aku punya ayah angkat.”

Jiyoo merenung, berusaha mencerna ucapan lelaki itu. Apapun yang diusahakan untuk dipikirkannya, Jiyoo mendapat hasil nol. Ia justru merasa pikirannya menjadi rumit.

“Dan hari ini adalah ulang tahunku,” Kyuhyun tersenyum, senyum paling menyedihkan yang pernah dilihat Jiyoo. “Maksudku, hari dimana aku diangkat sebagai anak dan keluar dari panti asuhan ini.”

—-

Ada banyak kejutan yang diterima Jiyoo hari ini. Dimulai dari fakta bahwa permainan keyboardnya yang kacau ternyata bisa membuatnya bergabung dengan BluEast Harmony, tindakannya sendiri yang memilih meninggalkan restoran dan mengikuti Kyuhyun hingga kejutan baru yang diberikan lelaki itu sekarang.

Jiyoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Eung… kenapa kau menceritakan ini?”

“Karena kukira kau mau tahu,” Kyuhyun mengangkat bahu, acuh. “Dan lagipula kurasa aku berhutang satu cerita padamu, karena kemarin kau sudah bercerita walaupun hanya sedikit.”

Kepala Jiyoo tertunduk. Matanya hanya memandang kosong ke gundukan tanah yang ditumbuhi bunga-bunga liar. Gadis itu sibuk menjejalkan informasi yang didapatkannya, menyusunnya dalam urutan yang benar sebelum mendapat gagasan tentang apa yang harus dilakukannya sekarang.

“Hei,” panggil Kyuhyun. “Kau mau mendengarkan lagi atau tidak?”

Jiyoo mendongak, menatap Kyuhyun sesaat. Ia berusaha membaca sifat lelaki itu dengan menyusuri garis wajah dan ekspresi yang selalu ditunjukkannya. Akhirnya Jiyoo hanya mengangguk tanpa suara.

“Laki-laki itu,” Jiyoo bisa mendengar Kyuhyun menghela napasnya dengan berat, seolah-olah cerita ini sudah menguras energinya. “bahkan tidak ingat hari ini. Seperti biasa, dia datang untuk minta sumbangan. Konyol sekali, kan?”

“Kenapa… dia minta uang padamu?”

“Tanya saja padanya.” Kyuhyun merasakan  tulang gerahamnya menjadi kaku. Hingga akhirnya lelaki itu memilih mendesah. “Kurasa dia sengaja meninggalkanku supaya aku bisa jadi penghasil uangnya, lalu jika dia membutuhkan uang, hanya akulah satu-satunya orang yang akan dihubunginya.”

Jiyoo menelan ludah. Sepertinya ia tidak siap mendengarkan sisanya, jadi ia mengembuskan napas kuat-kuat, menarik perhatian Kyuhyun. “Tunggu disini!”

“Ya! Kau mau kemana?” seruan Kyuhyun hanya bercampur dengan angin. Jiyoo berlari keluar melalui lubang yang sama kemudian menghilang di persimpangan jalan. Kyuhyun hanya mengerutkan kening, bingung.

—-

Shin Hyori mendekatkan hidungnya, berusaha mencium aroma harum dari masakan yang selalu dibuatnya. Senyumnya terkembang saat ia puas dengan masakannya sendiri. Gadis itu mematikan kompor, kemudian meraih rantang tahan panas yang diletakkan ibunya di laci atas lemari.

Bibirnya menggumamkan senandung pelan. Hyori bahkan tak sadar ibunya sedang mengintip dari balik meja dapur. “Hari ini… hari itu ya?”

“AH, EOMMA!” Hyori buru-buru berbalik, terkejut dengan suara ibunya. “Mengagetkanku!”

“Benar, kan? Hari ini ya?” ibunya tidak mau menyerah. Wanita paruh baya itu mencondongkan tubuh untuk melihat hasil masakan putrinya. “Ck, kau bahkan tidak pernah membuatkan Eomma masakan seperti ini. Apa gunanya aku membesarkanmu sampai hari ini, ha?”

Hyori nyengir lebar. “Lain kali akan kubuatkan, yang lebih lebih lebih istimewa untuk Eomma, eo?”

“Arasseo, arasseo,” ibunya menahan senyum, terlalu geli dengan tingkah manja putrinya. “Hari ini pulang terlambat?”

“Eo, mungkin,” Hyori masih berkonsentrasi membungkus masakannya. “Mungkin akan ada pesta kecil.” Melihat ibunya menyipitkan mata, Hyori meralat, “hanya berempat. Aku, Kyuhyun, Hyukjae, dan Jiyoo.”

Ibunya hanya mengangguk sebelum berlalu saat mendengar dering telepon di ruang tengah. Hyori mendongak, memastikan ibunya benar-benar tidak akan mengusiknya lagi. Gadis itu kemudian mengeluarkan ponsel dan menunggu dengan tidak sabar.

“Eo! Hyukjae-ya, hari ini datanglah ke studio …Mm, sekitar jam tujuh malam? …Jiyoo juga kusuruh datang!” Hyori memutar bola mata saat harus ‘menyogok’ Hyukjae dengan nama Jiyoo. “Acara apa? Tentu saja ulang tahun Cho Kyuhyun!”

—-

“Selamat ulang tahun, Cho Kyuhyun!” Jiyoo berseru di sela helaan napasnya yang tersengal. Kedua tangannya memegang sepotong kue cokelat dengan satu lilin panjang di atasnya.

Kyuhyun tercengang. Ia dibiarkan sendiri selama hampir setengah jam dan tiba-tiba ketika gadis yang ditunggunya kembali malah membawa kue. “Mwoya..”

“Setidaknya ikutilah aturan mainnya,” ujar Jiyoo. “Pejamkan mata, ucapkan permohonan, lalu tiup lilin..” Jiyoo memberi petunjuk.

“Tidak mau.” Kyuhyun memalingkan wajah. Lelaki itu tak mengerti apa yang dipikirkan Jiyoo sampai gadis itu bersikap seperti ini.

Jiyoo menarik napas, setengah kesal karena tingkah sok tuan muda dari Cho Kyuhyun. “Karena kau sedang ulang tahun, aku akan mengalah,” katanya pelan. “Tapi hanya kali ini!” tegasnya. Kemudian Jiyoo menggigit bibir sebelum bernyanyi, “Saengil chukhahamnida, saengil chukhahamnida, saranghaneun Cho Kyuhyun-ssi, saengil chukhahamnida~

“Tch,” Kyuhyun mendengus geli. “Ini bahkan bukan hari ulang tahunku yang asli.”

“Lalu kenapa? Ulang tahun tetap ulang tahun,” perkataan Jiyoo sama sekali tak masuk akal. “Ucapkan permohonan!”

Kyuhyun menyerah. Mustahil membantah ucapan gadis di depannya ini. Lelaki itu memejamkan mata walaupun tidak ada permohonan yang dibisikkannya. Saat mendongak, Kyuhyun disambut oleh lirikan tajam Jiyoo, memerintahnya untuk mengikuti semua prosedur hari ulang tahun.

Lelaki itu mengerang lalu meniup lilin dengan cepat. “Dwaetji? Kau puas?”

Jiyoo bertepuk tangan setelah meletakkan kue di atas kursi kayu. “Selamat ulang tahun!”

“Ah, benar. Sejak kapan kau menggunakan bahasa tidak formal padaku?” tanya Kyuhyun, lengkap dengan tatapan mata yang tidak menyenangkan.

“Itu… aku juga tidak tahu,” Jiyoo tersenyum salah tingkah kemudian buru-buru mengalihkan topik. “Kalau begitu, kuenya boleh kumakan?”

“Ya! Bukankah kue ini untuk yang berulang tahun?”

Jiyoo memiringkan kepala, pura-pura berpikir. “Tidak juga. Satu-satunya barang yang menjadi milik orang yang berulang tahun adalah lilin ini.” Melihat raut wajah Kyuhyun yang cemberut, Jiyoo terkekeh geli. Gadis itu kemudian menyodorkan kue cokelat yang dipegangnya. “Jaa~ untukmu!”

“Dwaesseo.” Kyuhyun duduk dengan kedua tangan tersilang di depan dada. Bukan sifatnya untuk merajuk seperti ini, tapi ia sendiri tidak tahu kenapa ia bersikap begini.

“Ck, kekanak-kanakan sekali..”

“Aku tidak suka makanan manis,” tegas Kyuhyun, setengah berbohong.

Jiyoo mengangguk-angguk. “Geurae? Kalau begitu, boleh kumakan?” Kyuhyun memutar bola mata kemudian mengangguk acuh. Jiyoo berseru, “Assa~”

Sambil memerhatikan Jiyoo yang sedang makan, Kyuhyun bergumam. “Tch.. kenapa kau tidak beli dua saja?”

—-

6:52 PM

“SURPRISE~!” Hyori berseru nyaring saat pintu studio dibuka. Ia tersenyum lebar melihat Kyuhyun masuk dengan ekspresi terkejut. Hyori mengerutkan kening. Bukan karena acara kejutannya yang berhasil, tapi karena seseorang yang berdiri tepat di belakang Kyuhyun. “Eo? Yoo?”

Jiyoo tersenyum samar. Ia buru-buru mengarang cerita, “Tadi… kebetulan bertemu di luar. Kenapa tidak mengajakku melakukan kejutan?”

“Apanya yang tidak mengajakmu? Ponselmu itu sama sekali tidak aktif, Nona,” omel Hyori. Kemudian ekspresinya berubah cerah kembali saat menatap Kyuhyun. “Jjan! Aku sudah memasakkan sup rumput laut untukmu.”

Kyuhyun memutar bola matanya. “Setiap tahun kau memang membuatkanku itu, Shin Hyori.”

Setiap tahun? Jiyoo mengulang kata itu dalam hati. Hubungan Hyori dan Kyuhyun seperti sebuah ruang kedap udara yang mustahil dimasuki siapapun. Jiyoo tersenyum. Setidaknya lelaki dengan masa lalu suram itu tidak pernah sendirian di hari istimewanya.

“Dari mana saja?” Hyukjae menyikut lengan Jiyoo pelan. Jiyoo menoleh. “Aku… tadi ke restoran, tapi temanmu bilang kau keluar mengejar seorang… laki-laki.”

Jiyoo menggigit bibir bawahnya kemudian berdeham. “Ya… tadi ada pelanggan yang melupakan uang kembaliannya.” Ia tersenyum kikuk. Mudah-mudahan kebohongannya ini akan berakhir sebagai kebohongan yang tidak terbaca.

Hyukjae baru saja akan membuka mulut lagi saat Kyuhyun berkata, “Ayo makan! Aku lapar..”

—-

Pesta berlangsung selama dua jam. Tidak ada yang menyangka bahwa Shin Hyori adalah pengatur acara yang baik. Gadis itu menyiapkan segalanya. Mulai dari dekorasi sederhana sampai seloyang pizza –mengingat sup rumput lautnya tidak cukup dibagi berempat.

Hyori baru saja akan membereskan sampah saat menemukan sesuatu yang familiar. Gadis itu menepuk pundak Kyuhyun. “Yah! Bukankah ini selimutmu?” ujarnya sambil mengangkat sebuah selimut dengan dominasi warna biru.

Kyuhyun mengangguk pelan. Kedua matanya melirik ke arah lain, mencari tahu apa ada orang lain yang mendengar pertanyaan Hyori. Lelaki itu buru-buru memusatkan perhatian pada Hyori saat sadar Jiyoo menatapnya.

“Kau bilang sedang dicuci,” Hyori bergumam tak jelas. “Ah! Kau pasti lupa ya?”

“Sepertinya begitu,” kata Kyuhyun pelan.

“Kalau begitu biar aku yang mencucinya,” sahut Hyori. Gadis itu kemudian tersenyum salah tingkah, “Eh, maksudku aku yang akan membawanya ke tempat laundry.”

Kyuhyun hanya mengangkat bahu santai. Lelaki itu kembali melirik Jiyoo. Saat kedua matanya kembali terpaut dengan mata Jiyoo, ia merasakan berbagai pertanyaan dari gadis itu.

“Kalau begitu, aku pulang sekarang ya?” suara Hyori membuat Kyuhyun buru-buru memalingkan wajah.

“Aku… juga,” Jiyoo tersenyum ke arah Hyori. Kedua matanya melewati bahu Kyuhyun.

Dalam hitungan detik, Hyukjae sudah berdiri di samping Jiyoo. “Kuantar.”

“Cho Kyuhyun, kau tidak mau mengantarku?” tanya Hyori, berharap.

Kyuhyun memegang tengkuknya, berusaha menyingkirkan perasaan tak nyaman yang mendadak menyergapnya. “Aku… masih ada urusan.”

“Aku juga ada janji dengan Hyunyoung di restoran,” ujar Jiyoo. Ia tersenyum minta maaf pada Hyukjae. “Kurasa dia bisa mengantarku pulang. Dia punya mobil.”

Bukan alasan yang tepat, tapi hanya itu yang bisa diberikan Jiyoo untuk Hyukjae. Sepertinya ia memang hanya ingin pulang sendirian. Jiyoo tahu ini kekanak-kanakan, tapi ia harus sendirian. Suasana hatinya mendadak diliputi kebingungan.

Selimut itu milik Kyuhyun. Jadi bukan Hyukjae yang memberikannya saat Jiyoo tertidur di studio. Pertanyaan utamanya adalah: kenapa.

Hyukjae merengut, tidak suka. “Bukankah kau sudah berjanji?”

Janji? Janji apa? Kyuhyun mengerutkan kening mendengar kata itu. Walaupun Jiyoo dan Hyukjae hanya mantan kekasih, entah kenapa keduanya seperti saling terhubung. Terhubung oleh benang merah yang tak akan bisa putus.

“Mianhae, aku benar-benar harus ke restoran sekarang,” Jiyoo kembali tersenyum meminta maaf. Untuk beberapa alasan, Kyuhyun tidak menyukainya.

“Arasseo,” kemudian Hyukjae berbalik, menghadap Kyuhyun, membuat lelaki itu terkesiap. “Kau, ke arah mana?” Kyuhyun bingung sejenak, pura-pura berpikir. Ia lalu menunjuk arah selatan. “Joha! Jiyoo juga akan ke arah sana. Antarkan dia ke restoran ya?”

“Ha?”

“Bukankah searah? Aku tidak mau membiarkan Jiyoo jalan sendirian malam-malam begini,” ujar Hyukjae santai, seakan tidak ada yang akan melayangkan protes padanya. “Karena Hyori mau pulang, biar aku yang mengantarnya. Tidak apa-apa, kan?”

Hyori menginjak kaki Hyukjae, membuat lelaki itu mengaduh. Hyori mengabaikan Hyukjae dan mengomel, “Kenapa aku harus pulang denganmu?”

“Karena aku yakin Kyuhyun juga tidak akan mau membiarkanmu pulang sendirian, gadis bodoh!” erang Hyukjae, masih mencoba meredakan rasa sakit di kakinya. Ia kemudian menatap Kyuhyun. “Iya, kan? Tidak apa-apa, kan?”

Kyuhyun memutar bola matanya lalu mengangkat bahu tak peduli. “Terserah. Lagipula selama ini kalian yang sibuk memutuskan segala hal.”

—-

“Mwoya, sama sekali tidak minta pendapat orang lain, suka mengambil keputusan sendiri. Selalu seperti itu,” Jiyoo mengomel sepanjang jalan, tak peduli Kyuhyun sedang mendengarkannya.

Kyuhyun tiba-tiba ingin tahu, apa yang sedang dibicarakan Jiyoo adalah Lee Hyukjae. Entah kenapa ia penasaran. Apakah tidak ada satu hal pun yang bisa dilupakan gadis itu dari Hyukjae?

Kemudian Kyuhyun mengerutkan kening. Pertanyaan lain berputar di kepalanya. Kenapa ia harus peduli? Ini bahkan bukan masalahnya.

Sepertinya sepotong lagu selamat ulang tahun dari gadis itu membuat Kyuhyun bingung. Entah apa yang dibingungkannya, mengingat seharusnya sepotong lagu hanya akan menjadi kenangan yang terlupakan. Jiyoo bahkan tidak memberikan sepotong kue, hanya lagu.

Lalu kenapa Kyuhyun harus memikirkannya?

“Selimut itu… benar-benar milikmu ya?” pertanyaan Jiyoo membuat Kyuhyun menoleh ke samping. Gadis itu menatapnya dengan pandangan ingin tahu.

“Kau penasaran?”

Jiyoo berdeham. “Tidak juga.”

“Iya. Itu milikku. Wae?” Kyuhyun mendadak ingin mendapat ucapan terima kasih dari gadis itu. Sepertinya semakin banyak hutang budi yang dirasakan gadis itu membuat Kyuhyun senang. Kyuhyun memaki pikirannya sendiri. Itu sangat aneh. Kenapa ia harus senang?

“Kukira itu… dari Hyukjae,” ucapan Jiyoo benar-benar membuat Kyuhyun terkejut. Bukannya berterima kasih, tapi membicarakan Lee Hyukjae? Lagi? Jiyoo mendesah, sama sekali tak menyadari perubahan raut wajah Kyuhyun. “Aish… aku malu sekali sampai tidak bisa menatapnya!”

Kyuhyun berdecak, “Karena itu kau menolak diantar olehnya?”

Jiyoo mengangguk lemas. Gadis itu menoleh, menatap Kyuhyun dengan kedua matanya yang kecil. “Rahasia ya!”

“Terserah.” Kyuhyun tidak tahu kenapa, tapi ia tiba-tiba merasa marah.

Saat keduanya sampai di depan restoran, Jiyoo mengeluarkan kunci restoran dan berbalik pada Kyuhyun. Gadis itu tersenyum lalu melambaikan tangan. “Selamat ulang tahun lagi!”

Kyuhyun tidak menyahut. Euphoria ulang tahun yang tadi dirasakannya mendadak lenyap, digantikan dengan rasa kesal yang tidak terdefinisi. “Hei!” Jiyoo mengangkat alis. “Kau tidak benar-benar ada urusan di sini, kan?”

“Hmm…” Jiyoo mengulum senyum samar. “Aku menginap di sini.”

“Apa?”

“Dormku sedang kacau. Aku sedang berusaha menebusnya, makanya untuk sementara aku tinggal di sini,” ucap Jiyoo pelan. “Jangan bilang pada siapapun ya! Ini rahasia juga..”

Kyuhyun merasa angin sejuk mengisi tubuhnya. Semilir angin itu membuat senyum kecil merambati wajahnya. Beberapa rahasia bersama gadis ini sama sekali tidak buruk.

“Tentu, tentu,” lelaki itu mengucapkannya dengan tak acuh. “Masuk sana.”

Jiyoo tersenyum kemudian menyampaikan satu salam lagi. “Terima kasih, untuk selimutnya!”

Selama dua detik, Kyuhyun membeku di tempatnya. Lelaki itu mendengus, menahan senyuman yang lagi-lagi nyaris mencapai wajah. “Terserah.”

—-

Lee Hyukjae melangkahkan kakinya dengan malas. Ia sangat ingin mengantar Jiyoo pulang, memastikan gadis itu baik-baik saja sampai ke dormnya. Tanpa sadar, ia mengembuskan napas berat.

Hyori yang mendengarnya langsung menyikut rusuk Hyukjae. Lelaki itu mengaduh. “AWW~ YAH! Kau ini perempuan yang suka dengan kekerasan ya?”

“Kau membuat kesan seolah-olah pulang bersamaku itu adalah beban, Lee Hyukjae,” ujar Hyori santai. “Aku juga tidak mau diantar olehmu.”

Hyukjae berdecak, “Tentu saja. Kau hanya mau diantar pulang oleh pangeran kesayanganmu itu, kan?”

“P-pangeran? Pangeran apa?” sekali lagi Hyori mencoba meraih tubuh Hyukjae, tapi lelaki itu berhasil mundur ke belakang. “Aishh… Yah! Kemari kau! Kau sendiri bukannya sama saja. Kau hanya mau mengantar pulang tuan putri kesukaanmu seumur hidup itu, kan?”

“Memang,” aku Hyukjae. Lagi-lagi tarikan napasnya terasa berat. Ia bergumam. “Tapi dia tetap tidak mau diantar olehku.”

Hyori menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu merasa kasihan sekaligus menganggap Hyukjae sebagai pecundang terbesar di dunia. “Jiyoo sering mencari tahu soal dirimu sejak kau bergabung di BluEast. Awalnya kukira dia hanya fan biasa, atau paling parah mungkin dia stalker. Tapi setiap kali kuajak bertemu denganmu, dia selalu menolak. Kukira itu aneh, sampai akhirnya aku tahu kalau kalian adalah sepasang kekasih.”

“Sejak kapan kau mengenalnya?” tanya Hyukjae. Kedua matanya tampak menerawang.

“Ng… tidak sampai setahun,” Hyori mengangkat bahu. Otaknya memutar memori saat ia dan ibunya pertama kali pindah rumah di seberang dorm Jiyoo. “Tapi kurasa kami bisa berteman baik.”

Hyukjae menoleh, mengantarkan tatapan tajam dengan kedua matanya. “Tentu saja. Kau harus berteman baik dengannya.”

“Ck, love-syndrome,” gumam Hyori. Gadis itu mengeratkan pelukannya ke tas plastik besar yang sejak tadi dipegangnya.

“Apa itu?”

“Selimut. Milik Kyuhyun,” sahutnya riang. Hyukjae berjengit saat Hyori justru semakin mempererat pelukannya pada benda itu.

Hyukjae kemudian menyipitkan mata. “Milik Kyuhyun?”

“Eung! Wae?” Hyori memandang Hyukjae dengan tatapan ingin tahu. Lelaki di sampingnya itu tampak tertarik pada selimut yang dibawanya.

“Tidak apa-apa,” ujar Hyukjae. Entah kenapa, firasat aneh mengunjungi benaknya. Selimut itu tidak mungkin selimut yang sama, kan? pikirnya. Atau… iya?

Hyori menarik napas lega saat ia sampai tepat di depan rumah bercat putih bersih miliknya. “Jaa~ aku sudah sampai! Terima kasih sudah diantar!”

“Lain kali traktir aku. Tidak ada yang gratis di dunia ini,” gumam Hyukjae asal. Lelaki itu buru-buru berbalik sebelum Hyori melayangkan tinju mentah atau menginjak kakinya lagi. Walaupun begitu, pertanyaan tentang selimut itu masih membayangi kepalanya. “Milik… Kyuhyun?”

—-

The next day

Udara pagi musim semi menyusup masuk melalui celah lebar di jendela restoran. Choi Jiyoo baru saja menyibak tirai saat ia mengenakan mantel tipis dan sepatu flatnya. Gadis itu mengunci pintu restoran, persis seperti pesan Hyunyoung.

Hari ini Jiyoo kembali latihan bersama BluEast Harmony. Sepertinya baru tiga hari dirinya bergabung dengan band itu, tapi banyak perubahan dan informasi yang diterimanya akhir-akhir ini. Alih-alih memilahnya, Jiyoo bahkan kesulitan untuk mencernanya satu per satu.

Sedikit banyak ia tahu mengenai Cho Kyuhyun. Terlepas dari cerita mentah yang selalu didengarnya dari Hyori, sekarang ia tahu lebih detil. Jiyoo bukannya tidak suka itu, tapi rasanya mengembangkan perasaan empati sekarang bukan saat yang tepat.

Justru Jiyoo-lah yang sepatutnya mendapat rasa empati. Dormnya belum bisa ditebus. Kalau sampai akhir bulan ini tidak bisa ditebusnya, Jiyoo benar-benar harus mengemis memohon tempat tinggal.

Jiyoo mendesah berat. Ternyata dibangunkan dari mimpi itu sangat menyakitkan. Semalam ia bermimpi tentang keluarganya. Lengkap, tanpa cacat, tanpa cela.

Begitu tersadar dan terbangun di atas selimut yang dipasang di atas lantai restoran, Jiyoo merasa ingin menangis. Seandainya terbangun itu akan sesakit ini, apakah ia boleh meminta agar tak perlu bermimpi selamanya?

“Perhatikan jalanmu,” suara yang datar itu membuat Jiyoo buru-buru menoleh. Cho Kyuhyun berdiri di belakangnya,tegap.

“Apa yang kaulakukan?”

“Berjalan menuju studioku,” ucapnya tenang, seolah-olah jawaban itulah yang dibutuhkan Jiyoo.

“Bukankah kau tinggal tepat di samping studio?” tanya Jiyoo lagi.

Kyuhyun mengangkat bahu. “Memangnya aku harus berada di kamarku terus? Bukankah aku juga boleh menginap di luar?”

Jiyoo berhenti bertanya. Ia sadar, semakin ia mengikuti arah pembicaraan lelaki itu, ia akan merasa semakin frustasi. Dan ia tidak mau memilih frustasi di pagi hari.

Keduanya berjalan dalam diam hingga mencapai pintu depan studio. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan, terutama Jiyoo yang sepertinya masih tak rela terbangun dari mimpi. Kyuhyun mendorong pintu dengan satu sentakan ringan.

“Eo? Cho Kyuhyun! Aku mencarimu sejak tadi! Kenapa kau tidak ada di kamarmu?” pertanyaan Hyori langsung menyerang Kyuhyun bahkan sebelum lelaki itu melepaskan sepatunya. “Yoo! Pagi!”

“Pagi,” Jiyoo tersenyum lebar menyambut salam Hyori. Gadis itu kemudian mendahului Kyuhyun, melepaskan sepatu dan mantelnya lalu mengeluarkan karet untuk mengikat rambutnya ke belakang.

Kyuhyun bergumam. “Kau menerobos masuk ke kamarku lagi?”

“Tentu saja! Aku harus memastikan kau bangun dan tidak tertidur sampai siang. Aku baik, kan?” Hyori menyahut bangga.

“Terlalu baik sampai membuatku kerepotan,” ujar Kyuhyun datar. “Kau tahu tidak ada berapa banyak ajumma yang membicarakan soal itu? Ck, kau membuatku menjadi bahan obrolan mereka tiap pagi, Nona Shin.”

Hyori mengerjapkan mata, berpikir. “Geurae?”

“Tentu saja!” Kyuhyun mengacak rambut Hyori lembut. Senyumnya melebar melihat keluguan yang tak wajar dari temannya itu. “Mana Lee Hyukjae?”

“Dia sedang dalam perjalanan ke sini,” sahut Hyori riang. Sepertinya tenaganya terisi ulang hanya dengan disentuh Kyuhyun. Gadis itu kemudian beralih pada Jiyoo. “Sudah sarapan?”

Jiyoo menggeleng sambil tersenyum. “Belum. Nanti saja, di restoran.”

Hyori mengerucutkan bibir. “Seharusnya kubawakan roti atau sereal untukmu. Nanti siang, aku akan mampir ke restoran, oke?”

“Ne, Hyori-nim,” Jiyoo memutar bola mata dan menahan senyum menghadapi gadis mungil di depannya ini. Sepertinya memang pribadi seperti Hyori-lah yang bisa membuat Kyuhyun tertawa seperti tadi. Jiyoo mengerutkan kening. Eh? Kenapa ia berpikir begitu?

—-

“Ini show case perdana kita. Aku sudah mendapat sponsor dari hyung pemilik kafe tempat kita akan melakukan show case,” Kyuhyun menjelaskan. Ketiga member bandnya membentuk lingkaran dan sibuk mendengarkan. “Walaupun ini hanya show case kecil, tapi kurasa kalian tahu ada banyak yang mengantisipasi show case ini, kan?” ucapannya disambut anggukan semangat dari Hyori. “Kalau show case ini sukses, mungkin kita bisa mulai membuat album perdana. Album kita sendiri.”

Jiyoo menggigit bibir sambil mendengarkan. Bagaimana pun, ia hanya seorang additional player. Ia juga belum terlalu ‘akrab’ dengan keyboardnya. Jiyoo tak bisa membayangkan kalau ia bisa menjadi faktor utama kacaunya show case itu.

Hyukjae, yang duduk tepat di samping Jiyoo, melirik gadis itu. Ia tahu persis seperti apa Jiyoo, jadi sedikit banyak ia paham dengan kekacauan perasaan Jiyoo sekarang. Hyukjae mencondongkan tubuh ke samping, mendekatkan bibirnya ke telinga Jiyoo dan berbisik. “Semuanya akan baik-baik saja. Berhenti menggigiti bibirmu.”

Jiyoo menoleh secara otomatis dan mendapati Hyukjae nyengir padanya. Gadis itu langsung berhenti menggigit bibir dan menarik napas dalam-dalam.

“Aku tidak akan menggunakan kata toleransi untuk setiap kegagalan, jadi berlatihlah yang benar,” tutup Kyuhyun di akhir penjelasannya. Benar. Ia memang tak akan menolerir kegagalan apapun.

Show case ini awalnya, pintu gerbangnya, dan harapan terbesarnya. Kyuhyun optimis akan ada jalan yang lebih baik untuknya daripada terus-menerus dimanfaatkan oleh laki-laki yang menyebut dirinya sebagai ‘ayah’ itu.

“Hyo,” senggol Jiyoo. “Berapa lama lagi, sampai waktunya show case?”

Hyori berpikir, berusaha mengingat-ingat. “Seminggu? Ah, kurang lebih lima hari lagi.”

“MWO? Kenapa cepat sekali?” Jiyoo memekik tertahan. Ia berusaha memelankan suaranya walaupun kenyataannya Hyukjae dan Kyuhyun mendengarnya. “Kau tidak bilang kalau secepat itu~?”

“Aku tidak bilang? Benarkah?” tanya Hyori –entah pada siapa. “Ah~ pokoknya jangan khawatir, kau sudah bermain bagus!”

Jiyoo kembali menggigit bibir, melupakan semua ucapan Hyukjae tadi. Kepalanya terasa pening dan berputar-putar sekarang. Ia ingin menyerah saja, lari ke restoran dan bekerja dengan giat di sana. Bukannya terkurung di bawah tekanan seperti ini.

“Choi Jiyoo,” suara yang kini terdengar familiar di telinga Jiyoo itu membuatnya mendongak. “Coba mainkan keyboardnya.”

“Ne?” ulang Jiyoo. Suaranya terdengar parau.

Kyuhyun mengendikkan kepala ke arah keyboard silver-hitam di sampingnya. Sepertinya lelaki itu tidak mengharapkan bantahan saat ini. Jiyoo merengut tapi juga pasrah. Mau tak mau, ia harus menuruti perintah lelaki itu.

Setelah mengatur udara yang keluar-masuk paru-parunya, Jiyoo menarikan jemarinya di atas tuts keyboard. Ia memainkan lagu yang ditulis Kyuhyun. Melodi itu ternyata mempunyai efek yang menyenangkan.

Jiyoo merasa tangannya bergerak sendiri. Lantunan lagu Kyuhyun membuatnya melayang memasuki setiap not balok yang dimainkannya. Lagu ini jelas punya sihir.

“Whoooaa~ bagus sekali!” pekik Hyori sambil mengacungkan dua jempolnya untuk Jiyoo.

Hyukjae tersenyum menyemangati. “Sudah kubilang, kan?”

“Ayo istirahat,” adalah satu-satunya ucapan yang keluar dari bibir Kyuhyun. Lelaki itu meninggalkan studio tanpa banyak bicara. Jiyoo memandangi punggung lelaki itu hingga tak terlihat lagi.

Kenapa rasanya Kyuhyun ingin Jiyoo menghilangkan perasaan khawatirnya?

—-

The next day – Hyori’s room

Shin Hyori sedang duduk di balik komputer kesayangannya saat Jiyoo menarik kursi dan duduk di sampingnya. Gadis itu tampak memerhatikan beberapa pigura kayu yang dipajang di meja belajar Hyori. Jiyoo tersenyum geli.

Hyori menyikut lengannya pelan. “Kenapa kau tertawa?”

“Fotomu dan Kyuhyun… lucu sekali,” salah satu jari Jiyoo menunjuk ke arah sebuah pigura kayu dengan foto Kyuhyun dan Hyori yang berdiri berdampingan.

Keduanya memakai seragam yang sama. Hyori tersenyum sambil menunjukkan huruf V dengan salah satu tangannya sementara Kyuhyun tersenyum kecil sambil meletakkan tangannya di kepala Hyori. Foto itu diambil empat tahun yang lalu, saat pertama kalinya Hyori masuk sekolah menengah.

“Aku memang lucu,” sahut Hyori. Kemudian ia terkekeh geli, “Tapi percayalah, kadang dia tidak lucu. Sama sekali tidak lucu.”

Jiyoo mengerutkan kening lalu tertawa. “Bagaimanapun, dia lucu untukmu, Shin Hyori.”

“Apa begitu?”

“Kau sangat menyukainya ya?” tanya Jiyoo lugu.

Hyori menelan ludah lalu mengetuk kening Jiyoo pelan. “Pelankan suaramu! Eommaku bisa mendengar. Dia suka sekali menguping.” Gadis itu celingukan ke arah pintu kamarnya kemudian menghela napas. “Terlihat jelas ya?”

“Mm… sebenarnya, kalian seperti memiliki hubungan yang lebih khusus dari itu,” ucap Jiyoo jujur. “Kalau ada dia, pasti ada kau di sebelahnya. Kalau kalian bersama, seakan-akan tidak perlu bicara pun kalian bisa saling mengerti.”

Sambil memalingkan wajahnya yang merona, Hyori mendesis. “Mwoya, kaupikir kami ini orang yang punya kekuatan super?”

“Tidak… hanya dua orang dengan hubungan super,” sahut Jiyoo, geli dengan istilah yang baru saja diucapkannya sendiri.

“Bukankah sama saja denganmu dan Hyukjae?” Hyori menyerang balik.

“Kami tidak seperti itu,” bantah Jiyoo. Ia meletakkan kembali pigura kayu yang sejak tadi dipegangnya. “Kami lebih rumit.”

Hyori berdeham salah tingkah, tidak enak sudah mengorek kenangan Jiyoo. Kemudian ia menegakkan punggungnya. “Kami juga tidak seperti itu. Kurasa masih ada banyak hal yang dirahasiakannya dariku. Kau tahu, sepertinya dia tidak benar-benar nyaman di dekatku.”

“Konyol..”

“Yah…” helaan napas panjang Hyori terdengar jelas. “Begitulah aku.”

—-

Show Case Day

“Yoo! Ayo cepaaaat~” Hyori memekik. Kedua tangannya memeluk sarung gitar yang membungkus gitar putih kesayangannya. Hyori dan Jiyoo masih berada di studio, mempersiapkan alat musik milik Hyori dan Hyukjae.

Jiyoo buru-buru memasukkan dua stik drum milik Hyukjae lalu mengenakan kembali sepatu flatnya. Gadis itu berlari kecil mengikuti Hyori. Untunglah kafe tempat show case itu tidak jauh, hanya beberapa blok dari studio.

Tapi tetap saja. Mencapai kafe itu dengan terburu-buru tentu akan menguras tenaga Jiyoo.

Saat ia baru saja meraih pintu masuk, dua orang yang berjalan melewatinya membuat Jiyoo tertegun. Gadis itu otomatis berhenti bergerak. Tanpa sadar, Jiyoo berbalik, berusaha memastikan orang yang baru saja dilihatnya.

Kedua matanya tidak salah. Salah satu orang itu memang orang yang dipikirkan Jiyoo. Orang itu bersama seorang anak kecil; seorang gadis kecil.

Jiyoo merasa tubuhnya membeku. Darahnya terserap ke tanah, meninggalkan setiap pembuluh darahnya. Jiyoo masih membelalakkan mata walaupun Hyori sudah berteriak memanggil-manggilnya.

Gadis itu menggenggam erat kedua stik drum dalam pegangannya. Dengan susah payah, Jiyoo berhasil menyeret kakinya. Ia  mengabaikan tatapan ingin tahu dari Hyori. “Hyo..”

“Apa? Ayo, Kyuhyun sudah menunggu!” ujar Hyori cepat. Gadis itu melihat perubahan raut wajah Jiyoo. “Wae? Kau kenapa? Kenapa menangis?”

Jiyoo menahan lengan Hyori. “Mianhae…” Gadis itu menyerahkan stik drum pada Hyori dan berlari cepat meninggalkan kafe. Air mata di pelopak matanya sudah menggantung dan siap jatuh.

“Yoo? YOO!” Hyori mendongakkan kepala, berusaha memanggil Jiyoo dengan suara nyaring. Yang dipanggil justru sudah menghilang di balik kerumunan. “Aish… bagaimana ini?”

“Kenapa?” Hyori buru-buru menoleh saat mendengar suara Hyukjae. Ia menggigit bibir saat tidak hanya menemukan Hyukjae, tapi juga Kyuhyun. “Jiyoo… kurasa dia tidak bisa bermain bersama kita sekarang.”

“Apa?! Kenapa? Ada masalah apa?” Hyukjae menjadi satu-satunya dari dua lelaki yang berseru panik. “Apa dia baik-baik saja?”

Hyori menggeleng lemas. “Aku tidak tahu. Dia… sepertinya dia hampir menangis tadi.”

“Pergi kemana dia?” tanya Hyukjae sambil menengok kanan-kiri, mencari sosok gadis mirip Choi Jiyoo. Begitu Hyori menunjuk arah terakhir yang dituju Jiyoo, Hyukjae menghela napas. “Kyuhyun-ah, aku akan mencarinya. Kalian mulai saja show casenya.”

Belum sempat Hyukjae mengangkat kakinya, Kyuhyun sudah menahan lengannya. “Jangan konyol. Kita tidak punya waktu mengurusi perempuan itu.”

“Hei! Dia itu anggota bandmu, memang hanya additional player, tapi apa kau tidak khawatir padanya, sedikit saja?” cecar Hyukjae kasar. Ia tak peduli jika nanti ia dikeluarkan dari band ini. Baginya, sudah cukup kehilangan Jiyoo di masa lalu. Sekarang, ia akan mengejar gadis itu. Hyukjae tidak akan membiarkan gadis itu menghilang lagi.

“Sudah kubilang,” tegas Kyuhyun. “Kita tidak punya waktu.”

—-

Choi Jiyoo duduk di kloset kamar mandi. Ia membiarkan kran air terbuka hingga menimbulkan suara berisik. Hal itu membuatnya lebih nyaman untuk menangis. Jiyoo menggigit bibir. Tangannya menekan dada, seolah berusaha meredakan rasa sakit di sana.

Bodoh sekali ia. Melarikan diri dari show case hanya gara-gara bertemu dengan orang itu. Sekarang ketakutannya menjadi nyata. Ia, Choi Jiyoo, menjadi faktor utama pembuat kacau show case BluEast Harmony.

Kenapa orang itu harus berada di kafe itu?

Kenapa Jiyoo harus melihat orang itu?

Kenapa, kenapa, dan kenapa semua ini harus terjadi padanya?

Jiyoo merasakan bibirnya bergetar. Tak lama kemudian, air matanya kembali jatuh. Setiap inchi bekas lukanya yang dulu kembali berdarah. Jiyoo membiarkan rasa sakitnya menyebar ke seluruh tubuh.

Mau bagaimana lagi? Ia tidak tahu bagaimana caranya membalut luka itu.

—-

Seluruh pengunjung kafe bersorak saat nama BluEast Harmony diteriakkan. Sebagian besar yang datang adalah penggemar yang selalu hadir di setiap penampilan mereka. Beberapa orang adalah produser yang sejak lama memerhatikan band indie ini. Sisanya mungkin hanya orang-orang yang penasaran pada band indie yang lumayan dikenal itu.

Seperti kata Kyuhyun, jika show case ini sukses, jalan baru akan terbuka.

Hyori menjadi orang pertama yang menaiki panggung kecil itu. Gadis itu tersenyum kecil sambil menunduk. Raut wajahnya menunjukkan ekspresi yang bercampur tak karuan. Ia khawatir pada Jiyoo, tapi juga tak bisa membantah keinginan Kyuhyun.

Gadis itu tahu benar kesempatan malam ini adalah impian Cho Kyuhyun. Hyori akan bersikap egois kali ini saja. Demi Cho Kyuhyun.

Disusul Hyukjae yang menampakkan raut wajah tak suka. Ia benar-benar tak rela dipenjara di tempat ini sementara ia tak tahu dimana keberadaan Choi Jiyoo. Ditambah lagi, jika keterangan Hyori tentang Jiyoo yang menangis itu benar, Hyukjae tidak akan mengampuni Kyuhyun.

Kyuhyun menaiki panggung. Sikapnya tetap tenang. Tidak ada emosi yang terpancar dari wajahnya. Ia bahkan tidak tersenyum saat sekumpulan gadis berteriak menyerukan namanya. Kyuhyun langsung berdiri di belakang mic-stand.

“Annyeong haseyo,” ucapnya, menyapa semua orang yang sedang memandangnya. “Malam ini adalah show case perdana kami, BluEast Harmony. Kami tahu ada banyak orang yang menantikannya.”

Hyukjae mendengus di balik drumnya. Tentu, banyak orang itu tidak mungkin ditukar Kyuhyun dengan seorang Choi Jiyoo. Hyukjae memutar bola mata. “Laki-laki egois.”

“Tapi, kami mohon maaf,” Kyuhyun memandang lurus ke depan, tetap tanpa emosi. “Ada beberapa masalah yang terjadi sebelum kami tiba disini.”

Hyori menelan ludah sambil sesekali mencoba membaca raut wajah yang tersirat dari pengunjung di depannya. Ia sudah cukup mendengar Hyukjae menggerutu dan ia hanya ingin mengalihkan perhatiannya.

Kyuhyun menarik napas panjang, “Karena itu, kami harus membatalkan show case ini.”

===============================

Chapter 3 finished~ ^-^

Sadar sepenuhnya kalo ini kebanyakan dramanya. Jadi maafkanlah ke-drama-an saya ini *bow* Dan saya makin bingung, mau jadi apa coba Kyuhyun disini? Ck, ck, ck. (?)

Harusnya… harusnya ya, chapter si galau gerl ada di next chapter. :3 Silakan ditunggu ya Hyori Dongsaeng. 😀

Comment(s) are appreciated. Thank you~ ^-^

Maaf, maaf banget suka lama bales-balesin komen. *bow* Kadang memang internet suka memberikan kebahagiaan dan kesengsaraan dalam waktu yang sama (re: suka lemot seenaknya) Jadi males buka blog kalo suda gitu… ;____;

Jangan khawatir, semua komen tetep saya baca, saya bales satu-satu (kalo misal ada yang kelewat, mohon maaf~) Terima kasih buat semuanyaaa… ^-^ *deep bow*

 

59 thoughts on “BluEast Harmony #3

  1. Asli penasaran sama perasaan kyu ke jiyoo ~
    Tapi… Kasian hyo (-̩̩̩-̩̩̩_-̩̩̩-̩̩̩) kalo dia ngeliat kyu deket sama jiyoo gimana ?!!! Bahkan kyu nyeritain cerita hidupnya ke yoo ,, wuahhh asli deh sedih bgt waktu hyo bilang kalo kyu ga terlalu nyaman dideketnyaa .
    Gimana ya reaksi hyukjae kalo selimutnya beneran punya kyu !!! Kenapa jiyoo nangis tiba2. Endingnya sukses bikin penasaran -_-

  2. waa.. pas jiyoo ama kyuhyun berdua, cerita tentang masa lalu ny.. aq ngerasa JiKyu cocok bnget. tp.. tp.. pas ada hyori.. waa.. aq jd pengen KyuHyo lagi.. waa aq galau.. wkwk
    ditunggu lanjutan ny.. hehe hwaiting!^^

  3. aduh aduh gimana nir..kok.saya merasa galau ya
    sudah terbiasa dengan jihyuk..dan tiap baca ff ini per kalimatnya saya gak rela saat ada jikyu…..waaaaa…mianeeee
    saya kali ini belum bisa setuju dengan jikyuuu
    terlepas dengan ceritanya yg keren…tapi jikyu masih saja membuay saya galau…..

    kyuhyun ituu….udah mulai perhatian ya??? awas hyukjaee..hati hati….jiyoo nanti lari…

  4. .penasaraan…!! TBCnya gak pas…kkeke 🙂
    q suka qo sama ke-drama-anmu thor bkin ceritanya tmbh greget… 🙂
    next chap jng lma” y thor.,!! 🙂

  5. AAAAAA~~~
    jikyu… jikyu… jikyu…
    kyuhyun tetep yaaa, misterius dan susah ditebak -_-v
    haha. tapi agak penasaran nih, waktu jiyoo nginep di restaurant, kan kyuhyun juga nginep tuh. kira2 nginep dimana yaa?
    jangan2 buat ngawasin jiyoo, lagi.
    mwehehehhehehh :3
    *terobsesi jikyu

    huweeee…
    hyori…
    thor, bikin hyohyuk cepet2 yaaa? yaaa? yaaa?
    kasian tuh anak dua. #plakk

    • kyu itu sebenernya gak nginep dimana-mana, tetep di studionya, cuma pagi2 suda nyamperin yoo.
      Intinya mah dia cuma jemput yoo pagi2, cuma gak mau ngaku. xD
      hyohyuk…..okeh *sigh*
      makasihh suda bacaa~ ^-^

  6. Sepertinya benih2 cinta udah mulai keluar nih antara jikyu . Penasaran ama apa yg ada di otak nya si kyu nih . Udah jelas2 suka , masih aja bohongin perasaan sendiri . Hubungan hyori ama kyu juga kea nya makin rumit . Si kyu ini nganggep hyori sebagai teman biasa ato gimana ?? Hyukjae !!! Siap2 patah hati yah . Ditunggu next nya .

  7. gk tau kenapa rada aneh yahhh liat jikyu…
    huwaaaa udah terbiasa sm hyokyu sih…
    tapi akau pengen hyori cepet2 tau klo kyu suka sama jiyo…
    terus terus terus si hyorinya jadi galau……
    sm kayak hyukjae… nahhhh abis itu aku pengen si hyukjae sm hyro saling hibur…. *banyak maunya ni anak*
    ayooooo next chapternya buruan publish!!!!!!!

  8. FINALLY PUBLISH JUGA T^T hampir tiap hari aku buka berharap publish dan akhirnya publish T^T rasanya berasa menang lotre(?) kak shela, aku cinta padamuhhh~ aku suka cara kakak menceritakan sosok kyuhyun disini. Bikin melting dan itu tbc nya kenapa disitu, tp disitu juga saat2 bikin melting. OMG CHO KYUHYUN WHY R U SO GENTLE LYK THIS HUH? Dan tb2 aku kasian sama hyukjae&hyori….mereka…entahlah-_- kasian pokoknya. Dan menurut aku ini ga ke drama an ah, atau karena aku sering nonton drama jadinya biasa aja?-_- yasyudahlah, pokoknya part 4 aku nanti sekali~ kak shela daebak! Kak shela fighting :3

  9. udah mulai ngerti dikit-dikit gimana ntar bisa berubah jadi jikyu… tapi kalo hyoyuk? masih g ada gambaran -,-

    siapa yg dilihat jiyoo? orangtuanya ya? sampe nangis gitu…

    ga nyangka kyuhyun ternyata membatalkan showcasenya… ternyata dia ga jahat-jahat amat kok, apa memang karena… ada hati?

  10. Kyaaa~ bagus~~ endingnya gantung gila, bikin penasaran >< kasian gtu itu ana berdua
    cepet kasih HyukHyo scene donk :3 JiKyu~~ rela gak rela hehe ^^

  11. oh okay…selembar selimut menjadi awalnya
    saya kira tuh selimut cuma jadi cameo selintas doang…ternyato

    siapa yang diliat yoo? keluarganya?

    kyu…kagak nyangka batalin showcase

    part ini belum kerasa galaunya…

    episode 4 galau ya?
    apa waktu nyari yoo yang paling heboh tuh kyu?
    jadi kagak sabar pengin liat (baca) hyo galau
    eh tapi, hyuk juga galau deng!

    part selanjutnya ditunggu!
    ganbatte~

  12. ahhh~~gemes!!! sumpah! knp JiKyu makin meraja lela d part ini huaaa :(((
    Hyori eottokhae?? aish~~ Kiyu sm Yoo kebnyakan boong nih sm Hyo & Hyuk..kasian mereka :(( aku lbh suka JiHyuk & KyuHyo drpd JiKyu & HyoHyuk hihihi…
    itu siapa yg diliat Jiyoo?? ishh~~ tuh org bkin penasaran,,siapa yah smpe bkin Jiyoo nangis & gkjd ikut showcase..si Kiyuu jg knp mendadak ngebatalin showcasenya?? apa jgn” dia jg khawatir sm Yoo..oh my God…knp mkiin rumit sihh critanya,,ya allah… okelah eonn..aku tunggu next partnya yahh.. cao 🙂

  13. ih waw yah kan yah kan jikyu bnyk bgt disini
    Mantabs dah hahaha
    Tp jujur ada prasaan gk rela klo kyu demen ama yoo,
    Kasian hyo ama hyuk
    Tp ttp lucu klo jikyu jadian wkwk #labil

    Omg ntu bpknya yoo y? Y ampun ampe sgtunya yoo
    Dan omg kyu lope lope ya kacau dah ampe ngebatalin show casenya
    Hebaaat
    Lanjut~

  14. Aduh ini belum apa2 kok aku udah kasihan sm LHJ ya?

    Itu yoo kenapa sih? Liat siapa? Ibunya? Adiknya? Arrgghh penasaran.

    Omo… Itu Kyu batalin show nya? Wow..

  15. Yoo lucu..masa kue nya di makan sendiri..jadi bingung yg ulang tahunnya siapa==a
    makin ke sini moment jihyuk makin dikit..tergeser ma jikyu moment..sabar y hyuk.hehe*tepok2 punggung hyuk*kasih hyuk ice cream*

    Kalo jikyu jadian mungkin orang yang paling sakit+patah hati tu hyori..dia suka kyu udah dari dulu..

    orang yang di liat yoo siapa eonn??appanya bukan sih??ko bawa anak kecil??kyaaa.sumpah..penasaran nihh>.<

    mwo?jadi showcase nya d cancel??sayang bangett..ga nyangka kyu bakal ngambil tindakan tu..#salut
    lanjuut eon..next part d tunggu y~
    😀

  16. Seruuuuuuuuuuuuu!!!!! Kenapa tbc disaat saat seperti itu????? 😦
    Merinding bacanya~~~~~ㅠㅠ
    Next chap pleaseeeeeeeee…….
    ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ

  17. Waaah semakin nih jikyu. Agak gak rela sih harusnya jiyoo sama hyuk. Tapi gak papa, tetep dukung jikyu.
    Aku suka ff ini, alurnya gak cepet2 banget. Pas lah (?)

    Tetep berkarya ya Eon. Hwaiting!!!

  18. Pingback: BluEast Harmony #4 « « Strawberry's Room »

  19. nyesek banget bacanya pas bagian jiyoo nangis..pdhal gatau apa pnyebabnya..apa org itu slah 1 kluarganya?? ayahnya mungkin??*sotoy kumat 😀
    ga nyangka kyu lbih rela ngebatalin show case nya demi seorang jiyoo..
    ugh kyu…my lopeli upil*eh epil 😀
    author nya DAEBAKK! 😀

  20. part ini kerend banged. Apalagi JiKyu. Ternyata lebih dapet feel nya yaa.
    Hyori disini agresif bged ya. Jadi gimanaaa gitu. Gag comfort. Hehe. Mian…
    Tapi JiHyuk nya dikit ya disini…

  21. langsung deh aq kommnt endingnya,, wuuuhh penass banget thou unnie ><,, apa itu ayahnya jiyoo ?? ,,apa nnti hyukjae akan tnaya2 banyak soal selimut itu ke kyuhyun ? apa hrory dan kyu beneran jadian ,,ahhggg kyu opppa membatalkan show cas itu , pasti karna kurangnya personil ,,ini sesuatu yng beda dari sebuah ff ,,, author unnie aq lanjt lagi yooo

  22. yg diliat jiyoo itu siapa ya? ayahnya atau oppanya? ga nyangka kyuhyun ngebatalin show case itu, pdhl itu yg dia tunggu2 kan.. mkn pnsrn sm ceritanya :-D..

  23. Ini JiKyu ceritanya sependeritaan yah? Sama-sama bermasalah dengan keluarga, sama-sama punya kepahitan karna ditinggalkan…aku rasa dari sana awal kepedulian…persamaan. HyoHyuk juga gitu…sama-sama dari latar belakang keluarga yang baik, sama-sama memuja satu orang yang tidak pernah tergantikan.

    Wah, menarik nih ^^ But, Still You…Poo & Yoo ❤

    Jeongmal gomawo, author-nim 😀

Leave a reply to Spencer Love Cancel reply