She is There–Will Always be

685e14db5e286def93436900e1a2fde3

Ia pernah tertawa. Ia tak jarang menangis. Ia sesekali marah. Ia sering bahagia. Layaknya sebuah lingkaran, semuanya berulang. Ia selalu melewati masa-masa yang sama bersamanya. Semua jenis perasaan, serumit apa pun itu, pernah ia rasakan bersamanya.

Berdua, mereka saling memberikan senyum. Berdua, kadang saling meluapkan amarah. Berdua, mereka merasa bahagia. Dan berdua, mereka tak terkalahkan.

Bersamanya, gadis ini tak pernah merasa takut. Gadis ini tahu ia bisa melakukan apa pun bersamanya. Asalkan gadis ini bisa terus bersamanya, gadis ini merasa sempurna.

Dan ketika sudah saatnya gadis ini beranjak dewasa, gadis ini menolak sekuat tenaga.

Ia tak ingin usianya bertambah. Karena saat angkanya bergerak maju, begitu pula dengan angka milik… separuh jiwanya. Saat gadis ini bergerak menuju kedewasaan, separuh jiwanya justru menua.

Separuh jiwa si gadis ini bernama Ibu.

Ia samar-samar mengingat saat sang Ibu ada untuknya. Di setiap waktu, setiap kesempatan, setiap masa-masa penting dalam hidupnya. Tak pernah sekali pun ia membiarkan gadis ini melaluinya sendirian. Mungkin sang Ibu pun tak pernah ingin gadis kecilnya–her little enemy–beranjak dewasa. Mungkin pula sang Ibu belum siap melepaskan tangan gadis ini.

Entahlah.

Menjelang pertambahan usianya, gadis ini bertanya-tanya dalam hati. Sebuah pertanyaan yang sering muncul di benaknya, namun selalu tertinggal tanpa jawaban.

“Kenapa pertambahan usia ini justru dirayakan untukku, saat pada tahun ke-0 ada dua orang lain yang lebih patut mendapatkan perayaan?”

Sang Ibu melahirkan gadis ini, sementara sang Ayah melantunkan adzan. Lalu kenapa setiap tahun perayaan ini bukan untuk keduanya?

Gadis ini bertanya pada sang Ibu, dan Beliau menjawab sekadarnya, “Karena kamu sudah tumbuh sehat hingga di umur sekarang. Dan itu patut dirayakan.”

Tapi gadis ini tak ingin menerima jawaban semacam itu. Tahun ini, ia akan memberikan perayaan untuk sang Ibu. Karena telah membesarkannya. Karena tak pernah berhenti bangga padanya.

Karena selalu ada untuknya–walau pun tak jarang gadis ini mengecewakan.

Teruntuk Mama Tersayang,

Terima kasih atas limpahan kasih sayang yang tak terbatas. Mungkin gadis kecil Mama ini memang belum siap untuk beranjak dewasa, tapi bukan berarti gadis kecil ini akan berhenti mencoba. Jadi, berkenankah Mama untuk tetap berdiri di sana, hingga nanti kita dapat bertukar peran? Jika tiba saatnya nanti, gadis kecil Mama inilah yang akan selalu ada untuk Mama.

Thank you for always be there for me, Mom. I love you.

Leave a comment