Flories Tale [One]

Flories Tale [One]

Aku menunggumu sampai kelopak terakhir gugur..
–Im Saera

***

Sebuah mobil van hitam melaju memotong rintik-rintik hujan sepanjang jalanan kota Seoul. Shim Changmin menatap ke luar jendela mobil dengan datar. Sebuah keajaiban ia bisa melihat kota kaya budaya itu lagi. Tidak, bukan hanya melihat, bahkan ia sudah ada di Seoul.

Sambil menarik napas panjang, Changmin mengalihkan pandangannya. Seorang lelaki berjas hitam dengan kacamata hitam bertugas menjadi supirnya kali ini. Changmin menolak berbincang dengannya.

“Di Osaka,” ucap lelaki berkacamata hitam itu pada Changmin, jelas sekali ingin menyudahi keheningan dalam mobil. “kau baik-baik saja?”

Changmin mengerutkan kening lalu balas menatapnya. “Kau masih ingat padaku?”

“Tentu saja. Aku juga salah satu cucu kakek,” jawabnya. “Cucu pertama.”

“Oh, maaf, aku sama sekali tidak tahu silsilah keluarga orang tua itu,” Changmin menyahut acuh. Sambil menyandarkan punggung, ia menutup mata. “Memangnya aku harus tahu?” bisiknya sinis.

Lelaki itu tersenyum samar. “Tentu saja kau tidak harus tahu. Kau juga tidak pernah mau tahu.”

“Bagus,” Changmin berkomentar singkat kemudian kembali sibuk memandangi pepohonan hijau yang semakin tebal.

Sementara lawan bicaranya terus memacu mobil vannya tanpa suara, Changmin melipat tangan di dada. Pikirannya sibuk bermain tebak-tebakan. Telepon mendadak itu datang lalu esoknya sudah ada kiriman tiket pesawat menuju Seoul.

Changmin menarik napas. Sepuluh tahun lebih ia ‘diasingkan’ dari keluarga ayahnya sendiri dan ‘dibuang’ ke negara tempat ibunya berkuliah; Jepang. Kemudian tiba-tiba saja telepon itu mengacaukan hidup damainya.

Tanpa alasan yang jelas, orang di telepon itu memintanya pulang ke Seoul.

“Apa kau tidak suka pulang kesini?” komentar datar itu berhasil membuat Changmin reflek menoleh. Lelaki tadi tersenyum. “Wah.. tepat sasaran?”

Changmin mendengus, mencoba menutupi pikirannya yang terbaca jelas. “Siapa yang suka dipaksa kembali ke tempat asing?”

“Kau lahir dan besar di Seoul,” sahutnya. “kenapa tidak suka?”

Sambil melirik ke samping, Changmin berkata, “Apa kau diperintah untuk mencari informasi dariku? Bukankah keluargamu akan lebih senang kalau aku tidak kembali?”

“Kau pikir begitu?” ulangnya santai. “Baiklah, anggap saja begitu. Kau puas?”

Entah kenapa sekarang justru Changmin yang merasa bersalah. Lelaki di sampingnya ini mungkin tak bermaksud buruk, tapi Changmin selalu mudah marah dalam keadaan seperti ini.

“Sebenarnya kita mau kemana?” ujar Changmin, berusaha mengalihkan pembicaraan.

Saat sampai di sebuah tanah lapang yang penuh mobil, van mereka berhenti. Lelaki dengan jas hitam formal itu menoleh ke arahnya. “Kau belum tahu?”

“Apa?”

Sambil mengeratkan pegangannya pada setir, ia tersenyum pahit. “Kita akan ke pemakaman kakek..”

—-

Kelopak-kelopak bunga itu kembali berguguran. Masih ada beberapa kelopak ungu yang bertahan disana, tapi itu tak membuat Im Saera tersenyum. Kakek taman yang selalu menyayanginya sudah tak ada, dan itu membuatnya kosong.

Im Saera menghela napas berat. “Kemana orang itu?”

“Dia akan datang,” gadis berambut orange dengan ekor kuda menepuk pundaknya.

“Tapi,” Saera menopang dagu. “kalau sampai orang itu tidak datang saat kelopak terakhir jatuh, aku tidak akan bisa–“

“Saera, dia akan datang,” potong gadis orange itu. “Lagipula bukankah kau harus menemui kakek itu? Ini terakhir kalinya kau bisa bertemu dengan kakek.”

Saera menoleh, memandangi wajah gadis di sampingnya. “Haneul Eonni, aku akan dapat tuan lagi, kan?”

Setelah mendapat balasan senyum dan anggukan kecil dari gadis itu, Saera mengepak-ngepakkan sayap bening di punggungnya lalu terbang meninggalkan taman.

Tempat Saera berada sekarang adalah taman tempat tinggalnya. Saera adalah seorang peri bunga sebesar telunjuk orang dewasa. Peri bunga bisa mengubah tubuhnya seukuran manusia biasa. Tak ada yang bisa membedakan mereka saat berada diantara manusia lain.

Peri bunga seperti Saera mempunyai sepasang sayap bening transparan. Terletak di punggung belakang dan tak terlihat manusia.
Masing-masing dari mereka memiliki ‘Tuan’, atau bisa diartikan sebagai orang yang merawat taman tempat tinggal mereka.

Kepemilikan peri bunga itu bergilir. Seperti saat ini, kakek taman Saera meninggal, dan kakek itu sudah mengatakan akan ada yang menggantikannya merawat taman kecil Saera.

Tapi kalau sampai orang yang dimaksud Tuannya tak pernah datang, peri taman akan mati –musnah.

“Takut ya?” gadis bersayap lain menghampirinya. Dengan rambut sebahu berwarna perak, gadis itu berhenti tepat di samping Saera. “Kau takut pengganti tuanmu tidak datang dan kau akan mati, kan?”

Saera buru-buru menjawab. “T-tidak! Eonni, aku tidak akan mati. Kakek taman sudah menyuruhku untuk menjaga penggantinya, jadi tidak mungkin aku mati. Paling tidak aku akan hidup di dunia manusia.”

“Hidup di dunia manusia? Kenapa kau senang sekali?” tanya gadis perak tadi.

Saera mengulas senyuman lebar di wajahnya. “Karena nanti aku bisa mencari mereka. Aku harus–”

“Aa.. dua orang itu,” sahut si gadis perak sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Mereka berdua pasti sudah melupakanmu.”

“Yeosin Eonni! Mereka tidak mungkin melupakanku,” bantah Saera.

“Peri bunga yang sudah jadi manusia tidak akan pernah mengingat peri bunga lainnya, Saera,” gadis bernama Yeosin itu kehilangan senyumannya. “Mereka akan melupakanmu, tapi kau tidak akan bisa melupakan mereka.”

Saera menelan ludah. Ia tahu persis kesedihan gadis di sampingnya ini. Ada tiga orang temannya yang memilih menjadi manusia dan meninggalkannya di taman mereka.

Sambil menggigit bibir, Saera menyandarkan kepala ke pundak Yeosin. “Eonni.. tapi mereka tidak benar-benar lupa.”

“Saera, biar kuberitahu,” Yeosin merasakan air mata di pipinya. “Kalau peri bunga jadi manusia, semua memorinya akan menghilang. Mungkin tak apa untuk mereka, karena mereka tidak akan hidup selamanya. Tapi kita? Selamanya kita akan merasakan sakitnya dilupakan dan ditinggalkan. Aku tidak mau membuat peri bunga lain merasakan itu, karena itu aku tidak akan mau menjadi manusia.”

“Eonni,” bisik Saera lirih.

Saera tak menyahut lagi. Tak ada gunanya berdebat dengan Yeosin. Gadis berambut perak itu sama sekali menolak membicarakan dunia manusia. Baginya menjadi peri bunga dengan Tuan yang tak pernah mengabaikannya jauh lebih baik daripada berubah menjadi makhluk tak abadi.

Yeosin menarik napas panjang lalu kembali menatap wajah Saera. “Pergilah, cari Tuan barumu.”

Dengan sedikit senyuman kaku, Saera mengangguk. Kakinya menyentak pada sebuah daun lebar sebelum terbang menuju tempat Tuan barunya.

—-

“Pemakaman kakek?” ulang Changmin, setengah berteriak karena terkejut. “T-tidak ada yang bilang padaku kalau kakek sudah meninggal? Hei! Jangan main-main denganku!”

Lelaki berjas hitam gelap itu mengenakan kacamata hitamnya dan tersenyum samar. “Namaku Cho Kyuhyun, bukan Hei.” Ia kemudian membenarkan posisi dasinya. “Dan kakek memang sudah meninggal. Saat kau mendapat telepon itu seharusnya kau sudah tahu, kan?”

“Aku sama sekali tidak tahu,” jawab Changmin lirih, nyaris terdengar seperti berbisik.

“Sekarang kau tahu. Dan kuharap kau tidak membuat keributan di acara ini,” lelaki bernama Cho Kyuhyun itu mewanti-wanti. “Sekarang turunlah, kakek sangat ingin bertemu denganmu.”

Changmin tak menjawab. Tubuhnya sudah lemas, energinya hilang tak bersisa.

Melihat Changmin yang masih terkejut, Kyuhyun menarik napas. “Tidak apa-apa kalau kau mau disini, tapi setidaknya kau harus menemuinya nanti.”

Kyuhyun membalikkan tubuh dan meninggalkan Changmin dalam mobilnya.

Changmin mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Orang tua itu memanggilku pulang hanya untuk menghadiri pemakaman bodohnya?! Hah! Harusnya aku tidak pulang! Harusnya aku tidak perlu menuruti perintahnya!”

Dalam kepalanya terbayang wajah kakeknya yang keriput dan penuh dengan kesan bijaksana. Changmin tak pernah membencinya –setidaknya ia tak bisa walaupun sudah mencoba. Pria tua itu memang selalu memerhatikan hidupnya di Jepang; tak pernah benar-benar mengasingkannya.

Changmin menenggelamkan wajah dalam lipatan tangannya di dashboard mobil. Lelaki itu mengutuki nasib buruknya berkali-kali. Sepuluh tahun tanpa pernah bertemu dengan kakeknya, dan sekarang ia harus langsung menghadiri pemakamannya. Ironis.

“Kakek..” setelah sekian lama tak bisa bersuara, Changmin hanya bisa membisikkan satu kata.

Sambil mengatur aliran udara yang masuk dan keluar melalui paru-parunya, Changmin membuka pintu mobil. Ia memejamkan mata dan mengeratkan pegangannya pada ransel cokelat yang ia bawa dari Osaka; ransel pemberian kakeknya.

Changmin menelan ludah lalu mulai menghitung, “Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima.. Tenangkan dirimu, Shim Changmin. Enam.. Tujuh.. Delapan.. Sembilan.. Atur napasmu. Dan sepuluh! Kau akan baik-baik saja!”

Ritual hitung-menghitung ini selalu berhasil menenangkannya.

Dengan susah payah ia berhasil menyeret kakinya menyusuri jalanan setapak. Changmin berhenti sejenak saat melihat orang-orang berdiri rapi di depan sebuah nisan batu. Ia menelan ludah. Lagi-lagi tenaganya hilang.

Lelaki berjas hitam –Cho Kyuhyun, menoleh ke arahnya. Tahu-tahu Kyuhyun melambaikan tangannya ke arah Changmin.

Changmin sangat ingin menggerakkan kaki, tapi otaknya menolak. “Jalan, Changmin!” gumamnya.

—-

Sepasang manik berkilau Saera menyapu setiap wajah yang datang ke pemakaman. Setelah lelah terbang di sekitar taman, Saera memilih duduk di atas sebuah buket bunga yang diletakkan di depan nisan batu. Sayap beningnya berhenti mengepak, ia menarik napas berat.

“Yang mana, yang mana..?” Saera bertanya-tanya. Ia lalu membalikkan badan, menghadap nisan. “Kakek.. yang mana yang harus kutemani? Yang mana yang akan jadi tuan baruku?”

Sekarang pikiran Saera sibuk. Ia harus menemukan tuan barunya dengan cepat. Kelopak bunga ungu di tamannya sudah tinggal sedikit, jadi Saera harus menemukan tuannya sebelum kelopak terakhir gugur. Harus.

Saat masih berkutat dengan pikiran kalutnya, mata Saera menangkap seorang pria berjas hitam keluar dari barisan manusia. Alisnya terangkat sebelah, heran.

Lelaki itu berjalan cepat menghampiri lelaki lain yang hanya berdiri kaku tak jauh dari nisan kakek taman. Saera mengerutkan kening. “Kenapa berdiri disana?” gumamnya.

“Kau bisa memberikan penghormatan terakhirmu bersamaku,” Saera mendengar samar-samar lelaki berjas hitam tampan itu bicara.

Lelaki yang lebih tinggi dari yang satunya menjawab, “Aku.. aku hanya akan berdiri disini.”

Saera mencibir. “Aneh sekali. Apa dia benci pada kakek taman?”

“Semua cucu kakek harus berkumpul disana,” bujuk si jas hitam. “Kau bisa melihat Minhyuk, kan? Kami semua menunggumu.”

Setelah tampak berdebat dengan pikirannya sendiri, lelaki jangkung itu mulai menggerakkan kakinya. Ia langsung berjalan mendekat ke arah nisan batu dan juga ke arah Saera. Dalam radius lima meter, Saera bisa merasakan degupan jantungnya melambat. Terasa aneh.

“DIA?! Dia datang?” pekiknya. Saera segera menajamkan mata dan melihat kedua lelaki tadi berdiri di depannya. “Yang mana? Yang berjas hitam ini? Bukan, tadi dia di dekatku dan aku tidak merasakan apa-apa. Jadi.. laki-laki yang satunya?”

—-

Haneul menggigit bibir bawahnya saat menyaksikan kelopak ungu terakhir gugur. Hatinya disergap kecemasan. Saera bisa musnah kalau tuan barunya tak datang. Peri bunga yang lebih muda darinya itu tak boleh musnah begitu saja.

“Eonni, jangan pasang tampang menakutkan begitu,” si gadis berambut perak –Yeosin- menegur.

Tanpa berniat menoleh ke arah Yeosin, Haneul menyahut, “Kalau sampai orang yang dimaksud kakek itu tidak datang, Saera bisa–“

“Saera akan baik-baik saja,” potong Yeosin. “Lagipula semangatnya sangat tinggi untuk bisa hidup dengan manusia itu. Memangnya sampai kapan dia harus menemani tuan barunya?”

“Menurut Saera, kakek taman tak pernah bilang soal batas waktu,” Haneul berusaha mengingat-ingat. “Yang jelas sampai tuan barunya itu menemukan ayah kandungnya.. Tunggu, berarti kakek taman itu minta Saera dan cucunya mencari anaknya?”

Yeosin mengulum bibir lalu mengangguk-angguk. “Kalau begitu tidak akan lama, kan?”

“Harusnya begitu,” tambah Haneul. “Tapi bagaimana kalau tuan barunya benar-benar tidak datang ke pemakaman kakek taman?”

—-

“Kakek..” Changmin berbisik lalu berlutut di depan nisan kakeknya. Dadanya terasa sakit saat ini. Terlalu sakit sampai-sampai ia tak bisa menangis.

Kyuhyun melepaskan kacamata hitamnya sebelum membantu Changmin kembali berdiri. “Banyak orang yang melihatmu, tenanglah.”

“Kalau kau jadi aku, apa kau bisa tenang?” tuntut Changmin. Tapi kemudian ia menurut. Changmin hanya berdiri tegap tepat di depan nisan batu. Setelah berhasil mengatur napasnya, ia membungkukkan badan. “Apa kabar, kakek? Aku sudah datang..”

“Changmin Oppa, kau datang?” seorang gadis memakai setelan hitam formal dengan rok selutut tahu-tahu berdiri di samping Changmin.

Changmin menoleh dan tampak heran. Ia mencoba mengingat-ingat siapa gadis di sampingnya, tapi gagal. “Kau.. siapa?”

“Shin Hyori, cucu angkat kakek Shim,” jawabnya sambil tersenyum.

“Hyori Noona, jangan berdiri disana,” tegur Minhyuk, lelaki paling muda diantara semua cucu yang berkumpul disana. “Berdirilah disini. Yang bisa berdiri di depan hanya cucu kandung kakek.”

Hyori memutar bola mata kemudian mundur ke belakang. “Kita akan mengobrol lagi nanti, Oppa.” Setelah berdiri di samping Minhyuk, Hyori mencibir. “Kau, berhenti memanggilku ‘Noona’, aku lebih muda darimu.”

“Tapi kau ditemukan kakek lebih awal,” balas Minhyuk.

Kyuhyun berdeham, memberi isyarat untuk kembali tenang. Ia kemudian membiarkan petinggi perusahaan Shim mempercepat acara pemakaman ini.

Diam-diam ia melirik Changmin yang berdiri di sampingnya. Lelaki itu menundukkan kepala dalam-dalam, tampak sangat berduka dan sedih. Kyuhyun menarik napas. Tak heran sepupunya itu bersikap seperti itu. Changmin adalah kesayangan kakek, setidaknya sebelum ia memutuskan meninggalkan Seoul.

Changmin melepaskan ransel kemudian menggeletakkannya di tanah. Setelah semua orang selesai memberi penghormatan terakhir, ia tak beranjak.

“Hyung, apa kau mau disini?” tanya Minhyuk.

Hyori tak mau kalah, ia merangkul lengan Changmin dan tersenyum simpati. “Oppa, biar kutemani, o?”

“Tidak ada siapapun yang akan menemani siapa,” tegur Kyuhyun. “Shin Hyori, kau harus bereskan rumah dan siapkan kamar untuk Changmin.”

“Aku baru saja bertemu dengan Changmin Oppa, kenapa sepertinya kau tidak suka kalau aku–“

“Noona, kaja~~~” potong Minhyuk sambil menyeret Hyori meninggalkan Changmin dan Kyuhyun. “Hyung, sampai bertemu di rumah!”

Kyuhyun melambaikan satu tangan ke arah Minhyuk sampai kedua sepupu kecilnya itu menghilang ke dalam mobil. Ia menepuk pundak Changmin. “Kau.. baik-baik saja, kan?”

“Aku tidak akan pulang ke rumah,” ujar Changmin tenang. Ia mengabaikan tatapan aneh dari Kyuhyun. “Aku akan kembali ke Osaka besok pagi.”

Sambil menutupi rasa terkejutnya, Kyuhyun bertanya, “Kenapa?”

“Bukankah sudah kubilang aku tidak suka terlalu lama berada di tempat asing?” Changmin tetap tak sudi menatap lelaki di sampingnya. Setelah yakin sepupunya itu tak akan bertanya lagi, Changmin baru menoleh. “Bisa tinggalkan aku disini?”

Kyuhyun balas memandang Changmin. Dalam hati ia ingin sekali mencoba mengerti perasaan lelaki itu, tapi melihat sikap Changmin yang defensif, ia mengurungkan niatnya. Kyuhyun mengangguk satu kali sebelum meninggalkan Changmin.

“Kakek..” lagi-lagi kata itu yang berhasil ia bisikkan. Changmin menekuk lutut lalu mengusap nisan batu di depannya. “Tidak ada kabar dan langsung meninggalkanku? Hah! Hebat sekali..”

Tanpa ia sadari sepasang mata bulat mengawasi di depannya. Saera mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba memahami apa hubungan lelaki ini dengan kakek tamannya. Sayapnya masih terkepak lembut, tak ingin terbang tapi juga tak mau diam.

“Kau tuanku ya?” tanya Saera. Tapi kemudian ia mengetuk pelan kepalanya sendiri. “Tentu saja kau tuan baruku!”

Changmin mengabaikan pertanyaan Saera, karena ia memang tak bisa mendengarnya. Ia tetap fokus dengan nisan kakeknya. “Kenapa memanggilku pulang?”

“Karena kau harus mencari ayahmu. Kau tidak tahu?” Saera menjawab pertanyaan Changmin walaupun tahu lelaki itu tak akan mendengarnya.

“Ayah,” nyaris saja Saera berpikir Changmin bisa mendengar suara peri sepertinya. “Ada dimana ayahku? Kau tahu, kan? Aku tidak bertanya karena kau pasti akan menemukannya.”

Saera mengelus-elus dadanya, mencoba menenangkan diri. “Hh.. kukira aku sudah kehilangan bakat periku. Aish.. tuan baruku ini ternyata penuh kejutan ya.” Ia lalu tersenyum lebar. “Ah, dan soal ayahmu, tenang saja, aku ada disini untuk menemanimu mencarinya. Kau senang, kan?”

Dan tentu saja lagi-lagi Changmin tak akan bisa mendengar suara itu.

“Tuan Muda!” seseorang berlari-lari kecil ke arah Changmin. “Mobilnya sudah kusiapkan, ayo..”

Lelaki itu mengenakan jas hitam dan ada sebuah alat dengar yang terpasang di telinganya. Jelas sekali menggambarkan bahwa orang itu semacam pengawal. Belum sempat Changmin menjawab, lelaki tadi sudah menarik lengannya.

“Aku bisa tinggal di hotel,” protes Changmin saat lelaki itu berhasil menyeretnya sejauh sepuluh meter. “Tunggu dulu, tunggu! Ranselku masih disana!”

Setelah berhasil melepaskan diri dari pengawal, yang menurutnya menyebalkan itu, Changmin berjalan sendiri kembali ke nisan kakeknya. Ransel cokelat itu berisi barang-barang penting dari Jepang, ia tak akan meninggalkannya begitu saja.

Tapi langkah Changmin mendadak terhenti. Di depan nisan batu kakeknya itu sudah berdiri seorang gadis bergaun ungu muda yang membelakanginya. Rambut gadis itu cokelat panjang bergelombang, tampak cantik.

“Tuan Muda, kenapa berhenti?” pengawal itu ternyata masih mengikuti Changmin.

Changmin tak memalingkan wajah dari punggung gadis misterius tadi. Ia mengangkat telunjuknya dengan susah payah, mengarahkannya pada gadis itu. “Itu.. siapa?”

“Siapa?” si pengawal mencoba melihat ke arah yang sama dengan tuan mudanya. “Apanya yang siapa? Tidak ada siapa-siapa disana..”

Changmin reflek menoleh, mencoba protes. “Tidak ada siapa-siapa bagaimana? Disana ada seorang gadis–“ ucapannya terhenti. Changmin kembali melihat nisan kakeknya dan matanya terbelalak. Tidak ada siapa-siapa disana. “Tadi gadis itu berdiri di depan nisan kakek.. kemana dia?”

“Gadis apa? Aigooo.. Tuan Muda sedang mabuk?” timpal pengawalnya.

Mendahului Changmin, pengawal itu menenteng ransel Changmin dengan tangan kanannya. Changmin sendiri masih membeku di tempat. Jelas-jelas ia melihat seorang gadis yang berdiri disana. Ia juga melihat gadis itu mengenakan gaun ungu muda selutut.

Changmin mengerjap-ngerjapkan mata. “Apa tadi aku bermimpi?”

“Tuan Muda!” seru pengawalnya. Pengawal itu sudah berdiri di sebelah mobil van hitam yang tadi dikendarai Kyuhyun. Sambil membukakan pintu penumpang, pengawalnya kembali berseru, “Kita harus sampai di rumah sebelum jam makan malam.”

Dengan wajah bingung, Changmin mencoba melupakan bayangan gadis misterius tadi dalam kepalanya.

Saera membalikkan tubuh, memerhatikan punggung Changmin yang menjauh. Perlahan-lahan ia mengembangkan senyum. “Waaa.. tubuh manusia memang menyenangkan.” Saera tertawa sambil memutar-mutar tubuh hingga rambut panjang dan gaunnya ikut terkibar.

Changmin tak bisa berhenti penasaran lalu kembali berbalik. Matanya membulat. Gadis bergaun ungu muda itu disana! Benar-benar disana!

Kali ini mata Saera bertemu dengan mata Changmin. Saera berhenti menari-nari lalu tersenyum lebar. Gadis berambut panjang itu melambaikan tangan. Tapi Changmin tak membalasnya. Saera berubah bingung saat Changmin buru-buru meninggalkannya.

Changmin berlari ke arah mobil dan menepuk pundak pengawalnya pelan. “Ya! Apa tempat ini berhantu?”

—-

Saera duduk di sebuah ayunan kayu di taman kecilnya setelah selesai membersihkan nisan kakek. Gadis itu memandangi taman yang menjadi tempat tinggalnya. Ia mengangguk-angguk pelan. “Ternyata tamanku sangat kecil..”

Merasa bosan, ia berjongkok di depan taman dan menemukan bunga ungu yang sudah kehilangan semua kelopaknya. Saera tidak mati, berarti ia memang sudah menemukan tuan yang benar. Saera lalu tampak berpikir, mencoba memutuskan apa yang harus dilakukannya setelah menjadi seukuran manusia seperti ini.

“Tuan baruku sudah pergi tak tahu kemana. Seharusnya dia tidak meninggalkanku. Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?” gerutunya kesal.

Saera berdiri lagi lalu buru-buru berjalan ke arah sebuah kaca besar. Ia tampak bercermin disana. Sambil memutar-mutar tubuhnya di depan kaca, ia sadar sayapnya sudah semakin transparan –nyaris hilang.

“Merepotkan.. berarti aku tidak bisa terbang tiap saat,” Saera menghela napas berat. Ia kemudian mendadak teringat pada dua teman perinya. “Haneul eonni dan Yeosin eonni.. kalau aku mau menemui kalian, apa yang harus kulakukan?”

Lagi-lagi ia berjongkok di depan taman sambil berusaha mencari dua peri bunga sebesar jari telunjuk. Saera mengacak-acak tangkai bunga, tapi tak bisa menemukan apapun.

“Eonni~~~” rengeknya. “Kalau tidak ada kalian, aku harus bagaimana?”

“Berisik!” suara tadi membuat Saera memeriksa sekeliling. Tak ada siapapun di tamannya, dan ia mulai takut. “Telinga kami sudah mau pecah mendengar teriakanmu itu!”

Saera memekik gembira. “Yeosin Eonni!” Tapi ia kemudian berubah bingung. “Eonni ada dimana?”

“Di dekatmu, bersama Haneul Eonni juga, tapi kurasa kau tidak bisa melihat kami,” sahut Yeosin.

“Kenapa?” tanya Saera. Ia sudah nyaris menangis saat mendengar ia tak bisa melihat kedua temannya.

Saera bisa mendengar Yeosin menarik napas panjang. “Karena kau sudah kehilangan sebagian bakat perimu. Kau sadar sayapmu yang menipis, kan? Sebelum kau menyelesaikan tugasmu, kau tidak akan bisa melihat kami.”

“Lalu?”

“Apanya yang lalu? Tentu saja kau harus cepat menyusul tuanmu kalau kau ingin kembali menjadi peri, kecuali kau ingin jadi manusia,” sahut Yeosin.

Saera merengut kesal. Ia tak ada rencana berubah menjadi manusia. Niat awalnya hidup di dunia manusia hanya untuk memenuhi keinginan kakek tamannya dan mencari dua orang yang dulu pernah ia kenal.

“Saera,” kali ini giliran Haneul yang memanggilnya. “Kau harus menemukan tuanmu dulu..”

“Eonni, tidak adakah yang bisa menemaniku?” rengek Saera lagi. “Kalau sendirian, aku–“

Yeosin memotong. “Tidak ada. Kami hanya akan mengunjungimu sesekali, tidak bisa menemanimu setiap saat. Lagipula kami selalu bisa mendengarmu kalau kau mulai merengek seperti sekarang.”

“Pergilah, tuanmu menunggu,” bisik Haneul.

“Ah, jangan sampai tersesat di jalan,” Yeosin mencoba mengejek. “Melihat sifat cerobohmu, kami tidak akan heran kalau nanti kau salah mengenali tuanmu.”

Saera cemberut kemudian bangkit dan mengepalkan tangan kanannya. “Biar kubuktikan kalau aku bisa menjalankan tugasku dengan baik, sempurna, dan tanpa kesalahan! Aku tidak akan tersesat. Aku pintar mengingat jalan!” protesnya.

Saera lalu berbalik, bermaksud meninggalkan taman kecilnya.

“Saera,” panggil Haneul. Saera menghentikan langkahnya dan menoleh sebentar. “Jalan keluarnya bukan disana.”

—-

Langit di luar jendela besar di ruang makan sudah gelap. Suasananya sama seperti tadi siang; nyaris hujan. Bahkan malam ini tak ada bintang yang terlihat.

Changmin menghela napas berat. Sejak tadi tak ada yang dikerjakannya selain memandangi langit mendung di luar jendela.

Perasaannya masih campur aduk. Belum hilang rasa sedih di tempat pemakaman kakeknya, lalu kejadian aneh disana, ditambah duduk di meja makan raksasa bersama dengan sepupu dan sepupu angkatnya seperti saat ini.

Ketiga sepupunya duduk berdampingan sementara hanya dirinya sendiri yang menjaga jarak. Ia tak nyaman. Dan seharusnya semua orang di rumah ini tahu hal itu.

“Oppa, kau akan pindah ke Seoul, kan?” Shin Hyori, satu-satunya gadis di ruangan itu menegur.

Changmin menoleh, memalingkan pandangannya dari jendela. Ia mencoba tersenyum –senyum kecil. “Tidak. Besok harus langsung ke Jepang.”

“Kenapa?” tanya Hyori, setengah merengek.

Kyuhyun berdeham lalu meletakkan sendok kembali ke mangkuk supnya. “Kau bisa tinggal disini. Aku sudah bilang begitu, kan? Lagipula sekarang kami hanya tinggal bertiga, kalau kau bisa bergabung, kami–”

“Aku juga sudah bilang aku tidak mau tinggal disini, kan?” timpal Changmin.

Hyori mencoba membujuk, “Oppa, tinggalah di–“

“Kau tidak mau mencari ayahmu?” Kyuhyun kembali memotong. Nada suaranya kali ini terdengar sengit dan angkuh. “Kakek meminta kami menahanmu supaya kau bisa cepat menemukan ayahmu. Sebelum ayahmu ditemukan, pengacara kakek belum bisa memutuskan siapa penerus perusahaan.”

Changmin mendengus pelan. “Kau mengincar kekuasaan? Picik sekali.”

“Hyung, kami tidak serendah itu,” sela Minhyuk yang sejak tadi hanya mendengarkan.

Kyuhyun tersenyum dingin lalu bangkit dari kursinya. “Benar, kami sangat rendah. Karena itu cepatlah temukan ayahmu. Dan jangan coba-coba melarikan diri.”

Saat Kyuhyun meninggalkan ruang makan dan tak berniat melanjutkan perdebatan, Changmin kesal. Ia tak senang membicarakan masalah ayahnya di rumah ini. Kedua pasang mata –milik Hyori dan Minhyuk- menunggu respon Changmin.

“Jangan menatapku begitu,” ujarnya.

Changmin kemudian mendorong kursinya ke belakang dan memilih mengunci diri dalam kamarnya. Pikirannya masih tak beraturan. Terlalu banyak hal yang menyesakkan kepalanya untuk hari ini.

Setelah memastikan Changmin sudah masuk kamar –dan bisa dipastikan akan lama untuk keluar lagi, Minhyuk mengeluh, “Orang itu sudah berubah.”

Hyori menanggapi komentar Minhyuk sambil tersenyum lebar. “Berubah jadi semakin tampan..”

—-

Changmin masuk ke kamarnya setelah berhasil mengontrol diri untuk tidak membanting pintu. Sepupunya itu selalu bisa membuatnya kesal. Changmin masih ingat kalau orang itu termasuk orang yang angkuh.

“Aku tidak akan menuruti keinginanmu,” ia menggerutu di belakang pintu. “Besok aku akan pulang! Apanya yang mencari ayahku? Aku tidak akan melakukannya!”

“Kalau kau tidak mau mencari ayahmu,” suara sejernih bel menyadarkan Changmin bahwa ia tak sendirian. Changmin menoleh. Matanya terbelalak saat melihat gadis bergaun ungu muda berdiri di samping ranjangnya. “lalu bagaimana denganku?”

Changmin menatap gadis berambut cokelat panjang di depannya tanpa berkedip. “Kau.. siapa?”

“Aku? Ah, namaku Im Saera, aku adalah peri bungamu,” jawab Saera sambil tersenyum lebar. Tubuhnya mendekati Changmin, namun laki-laki itu mundur selangkah. Alis Saera mengernyit, “Kenapa?”

“Aku.. aku yakin sekali aku melihatmu di pemakaman kakek! Tapi kemudian kau hilang lalu muncul lagi, lalu melambaikan tangan ke arahku, lalu kau tiba-tiba ada disini, di KAMARKU!” Changmin menelan ludah sementara telunjuknya masih terarah pada gadis misterius bergaun ungu itu.

Saera tampak berpikir sebelum kembali tersenyum. “Aa~ kau ketakutan ya?”

“T-takut? Ya! Aku bukan penakut!”

“Kalau begitu duduklah disini,” Saera duduk di atas ranjang Changmin dan menepuk-nepuk ruang di sampingnya. “Sini, disini..”

Sambil melirik ranjang dan gadis –yang katanya- bernama Saera itu bergantian, Changmin kembali menelan ludah. Merasa tak punya pilihan, ia mengembuskan napas berat lalu berjalan pelan sampai ke depan ranjangnya.

Saera mengerlingkan mata, “Duduk..”

Changmin berusaha menenangkan debaran jantungnya yang terasa memberontak sebelum ragu-ragu duduk di samping Saera. “Kau ini.. apa?”

“Peri bunga,” sahutnya.

“Ya! Berhenti bermain-main denganku!” tegas Changmin. Ia baru saja akan beranjak dari ranjang saat tangan gadis itu menahan lengannya. Changmin menoleh cepat, “Apa?”

Saera menggigit bibir bawahnya, “Aku peri bunga..”

“Hah! Benar, kau peri bunga,” ujarnya. Belum sempat Saera tersenyum, Changmin menambahkan, “kau pikir aku percaya?”

Desahan berat terdengar dari mulut mungil Saera, “Hh~ kenapa kau tidak percaya?”

“Karena aku bukan orang bodoh yang bisa kau tipu,” sahutnya. “Kau dibayar Cho Kyuhyun untuk memaksaku mencari ayah, kan? Karena itu kau berusaha menakutiku di pemakaman kakek lalu sekarang kau muncul disini. Pergilah, bilang pada Cho Kyuhyun itu kalau kau gagal.”

Saera mengerjapkan mata bingung. “Cho.. Kyuhyun?”

“Tidak usah pura-pura polos begitu. Aku tidak akan tertipu,” Changmin menepis tangan Saera kasar. “Sekarang keluar dari kamarku!”

Nada suara Changmin yang tinggi membuat Saera terkejut dan menyipitkan mata. “Aku ini peri bungamu!”

Sambil mengerutkan kening, Saera menatap lurus ke arah Changmin. Tatapannya berubah menakutkan. Matanya yang tadi cokelat sekilas terlihat seperti berwarna merah pekat. Changmin bergidik. Langkahnya mundur satu demi satu.

“Aku. Peri. Bunga,” desis Saera. “Mu.”

Changmin bisa merasakan seluruh benda dalam kamarnya berputar mengelilingi mereka –ia dan gadis misterius itu. Putaran itu semakin lama semakin cepat. Benda-benda di kamarnya mulai saling bertubrukan, menimbulkan suara dentuman yang nyaring.

Saat sebuah rak buku terbang dengan cepat menuju ke arahnya, Changmin langsung meraih tangan Saera yang bebas. “Yaaa!!”

Mata kemerahan Saera memudar. Perlahan kedua matanya berubah kembali cokelat. Ia tersenyum kecil merasakan sentuhan hangat dari tuannya. Dan voila! Semuanya berhenti. Tidak ada lagi benda yang terbang dan saling membentur.

“Kau.. menyentuhku,” bisik Saera. “Ini pertama kalinya tuanku menyentuhku!”

Changmin buru-buru melepaskan tangannya. “Aku hanya.. terkejut! Kau tidak lihat benda-benda yang terbang tadi? Siapa yang tidak terkejut?”

“Kau takut,” Saera memerhatikan wajah Changmin. Kemudian ia menyeka keringat di kening laki-laki itu. “Maaf.. aku tidak sengaja menakutimu. Tapi itu karena kau juga mengejutkanku dengan berteriak…”

Mata Changmin melirik tangan Saera yang masih ada di keningnya. “Itu bukan gempa..?”

“Gempa?”

“Tadi, guncangan tadi, itu bukan gempa?” Changmin menunjuk-nunjuk perabotan kamarnya yang sudah kembali ke posisi semula. “Benda-benda itu..”

Saera menurunkan tangannya kemudian tertawa renyah. “Tidak ada gempa yang bisa mengembalikkan semua benda ke tempat semula. Tadi.. itu sedikit kesalahanku. Aku tidak tahu kalau aku bisa membuat benda-benda itu berputar seperti tadi. Keren, kan?”

“Keren?” ulangnya. Changmin memutar bola mata lalu buru-buru menjauhkan diri. “Jadi kau.. bukan manusia?”

“Bukankah aku seukuran manusia sekarang?” Saera mengerjapkan mata sebelum akhirnya tersenyum lebar. “Aku sudah bilang kalau aku peri bungamu, kan? Kenapa kau tidak bisa terima saja hal itu?”

Changmin menelan ludah lalu bergerak maju ke depan. Matanya meneliti setiap inchi bagian tubuh dan wajah gadis di depannya. “Peri.. bunga?”

“Mm. Tadinya pemilikku adalah kakek taman, eh maksudku kakekmu,” jawab Saera. Sambil kembali duduk di atas ranjang, ia memaksa Changmin ikut duduk di sampingnya. “Tapi karena kakek sudah tidak ada dan dia menyuruhku menunggumu, jadi disinilah aku..”

“Kakek? Menungguku? Aku tidak mengerti,” sahut Changmin pelan.

Saera memiringkan kepala, berusaha membaca raut wajah Changmin –yang ternyata memang terlihat tak mengerti. “Kakek menyuruhku membantu menemukan ayahmu. Ah, dia juga memintaku menjagamu.”

“Menjagaku? Kau pikir aku orang yang butuh penjagaan dari makhluk sepertimu?” Changmin menatap kosong ke arah pandangan Saera.

“Makhluk sepertiku? Aku makhluk seperti apa? Aku bukan monster atau makhluk yang berbahaya!” tegas Saera.

Changmin mengabaikan omelan gadis itu dan kembali sibuk dengan pikirannya. “Menemukan ayah? Kenapa semua orang ingin aku menemukannya? Tidak, bahkan makhluk sepertimu juga ikut menyuruhku menemukan laki-laki itu..”

“Hei, aku tanya, memangnya aku makhluk seperti apa? Aku sama sekali tidak berbahaya!” Saera mengguncang-guncangkan pundak Changmin.

Detik berikutnya Changmin menoleh, menatap wajah Saera yang cemberut. Ia mengerjapkan mata, “Makhluk seperti apa yang bisa membuat benda-benda disini berputar seperti tadi? Kau bahkan bukan manusia..”

Saera terus memandang laki-laki yang sekarang sudah tak menatapnya. Ia menggigit bibir, menahan rasa aneh dalam dadanya. Pasangan sayapnya terkepak lembut dan menyadarkannya pada sesuatu.

Ia bukan manusia..

Semirip apapun sekarang penampilannya dengan manusia, Saera tetap bukan manusia. Ia bahkan ragu sekarang ia masih bisa disebut peri bunga atau bukan. Peri bunga berukuran sebesar telunjuk manusia, tidak sebesar ukuran tubuhnya sekarang.

Untuk beberapa saat Changmin berhasil mengabaikan keberadaan gadis aneh di sampingnya. Ia bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah balkon. Rumah ini masih sama seperti dulu; gelap. Matanya tiba-tiba terpaku pada beberapa pohon yang terlihat janggal.

Pepohonan yang tumbuh melingkar di halaman rumah kakeknya ini mendadak keriput dan tampak mengecil. Bahkan Changmin bisa melihat rumput hijaunya mulai menguning secara ajaib.

“Ada apa ini?” gumamnya. Changmin kemudian menoleh ke arah Saera. Gadis itu murung dan nyaris menangis. “Y-ya! Apa ini juga perbuatanmu?”

Saera mendongak, merespon panggilan tuannya. Penasaran dengan maksud Changmin, ia berjalan dan berhenti tepat di sebelahnya. Matanya melebar saat melihat pemandangan aneh di taman rumah itu.

“Ada apa dengan tumbuhan-tumbuhan itu?” tanyanya. Saera buru-buru menutup mulut dan memekik, “Apa mereka begini karena aku?!”

Changmin menoleh cepat, “Kau?! Kau apakan tumbuhan di rumah kakek?”

“Mungkin.. karena tiba-tiba suasana hatiku tidak baik,” sahut Saera ragu. “Aku peri bunga, tentu saja kadang suasana hatiku memengaruhi tumbuhan lain..”

“Mworago?! Ya! Sekarang bagaimana caranya mengembalikan tumbuhan-tumbuhan itu seperti semula?” bentak Changmin. Tapi melihat wajah Saera yang langsung murung lagi, ia menarik napas panjang. “Gara-gara ucapanku ya?”

Saera menatap Changmin sambil menggigit bibir bawahnya. Ia mengangguk pelan.

“Kau sedih karena aku mengatakan hal yang menyakitimu?” tanyanya lagi.

“Sedih?” ulang Saera. Ia kemudian mengangguk-angguk paham. “Jadi perasaan aneh ini disebut ‘sedih’? Rasanya dadaku sesak lalu ada sesuatu yang merambat dan membuat mataku panas..”

Changmin membelalakkan mata, “Kau bahkan menangis?”

Saera menggeleng lemah. Perasaan sesak ini sama sekali berbeda dengan perasaan yang biasa dirasakannya saat masih menjadi Peri Bunga mini. Ia tak pernah benar-benar merasakan sesuatu yang bernama kesedihan karena ia selalu bisa melupakannya.

Tapi kali ini perasaan itu memenuhi rongga dadanya, dan seolah mencabik tubuhnya dari dalam.

“Maaf,” suara lembut Changmin membuat Saera menghentikan perdebatan dalam kepalanya. “Kurasa ucapanku sudah keterlaluan. Tidak peduli makhluk apapun dirimu, kau sudah berusaha menemukanku kesini. Dan kurasa aku lupa kalau kau juga perempuan yang punya perasaan sangat lembut.”

Saera tak mengerti apa yang sedang coba disampaikan tuannya, tapi ia merasa hatinya lebih baik. Kata-kata Changmin tadi berhasil membuat sesak dalam dadanya berkurang.

“Aku.. tidak apa-apa,” ucap Saera. Saat ia mengulas senyuman kecil di bibirnya, Changmin kembali terkejut. “Lihat, mereka sudah baik-baik saja..”

Pepohonan dan rumput yang mulai layu itu mendadak kembali seperti semula; kokoh dan hijau.

“Aku tidak akan membuat mereka mati semudah itu. Mereka pasti sedih,” Saera memandang mereka –pohon dan rumput- dari balik jendela kaca. “Maaf ya..”

Changmin memerhatikan wajah Saera dari samping. Gadis itu benar-benar tampak menyesal. Sambil pelan-pelan menghela napas lega, laki-laki itu tersenyum.

Tanpa ia sadari kehidupan ala dongeng pengantar tidur ini sudah membuka halaman awalnya..

==========TBC=============

Jjajan~ inilah hasil berfantasi-ria pake muka Changmin.. KYAAA.. (?) Err.. and yes, ini FF gado-gado, ada DBSK Changmin, CN Blue Minhyuk, ama SJ Kyuhyun. Aku lagi maruks~ XD

Dan cast cewek yang semuanya OC, mudah-mudahan bisa tergambarkan dengan jelas karakter mereka masing-masing. Maaf kalo mengecewakan, aku masih belajar. *bow*

Ah, karakter Kyuhyun disini agak.. ngarang bin ngaco. Sebenernya agak aneh baca karakter dia disini. So sebelum pada ngebahas karakter Kyuhyun, biar aku duluan yang bikin pengakuan dosa. (?)

Terima kasih suda baca, makin terima kasih kalo pada komenn.. (mengingat si author gak ada bakat di genre fantasy begini) *bow*

PS: behind the title, Flories Tale diambil dari Fairy Tale, Flories sendiri gabungan Flower and Fairies.. Jadi anggep aja ini kisah para peri bunga.. *mengarang indah* XD

58 thoughts on “Flories Tale [One]

    • “Eunhyuk oppa… Yoo oenni mulai nulis tentang Changmin nih? gak dimarahin apa oenni-nya?”
      heheh ^^ *kabur sebelum dikejar*

      bagus kok oenni FF fantasynya.. feelnya dapet. walaupun gado-gado tapi mudeng kok. wkwkw ^^

      Eunhyuk oppa gak dimasukkin kedalam cerita ta? entar marah lo dia.. 😛

      • Huhuhu.. gak dimarahin kok, paling poo cuma guling2 doang di jalan (?)
        Bagus dehh kalo bisa nangkep ceritanya.. ^-^
        Hyuk? untuk kali ini nda ada ceritanya dia ikut maen disini. Hohoho~ xD
        makasihh suda baca yahh~ ;D

  1. bagus…
    like it… suka cara penggambaran perasaannya…
    feelnya dapet…
    aku suka karakter Kyuhyun … Unyu ~~~~ muah muahhhhhh

    Yippy… aku jadi peri bunga… tapi kok sifatnya juteks banget hhh…
    tapi begitu liat bawahnya…
    KANG MINHYUK /pingsan/
    aku pengen jd perinya Minhyuk *tendang Heechul*

    • hehehe.. suka karakter kyu? aku pikir malah anehh~
      gak kok, teh.. Yeosin nda juteks, cuma agak dingins.. *ambil jaket (?)
      Hoho.. napsu ama Minhyuk? Suda dikontrak ampe tamat nih si akang. XD

      makasihh suda baca, teteh~ ;D

      • Shel… ada yg tth bingungin deh…
        itu ceritanya Changmin n Kyu itu sepupuan gitu???
        kan mereka beda marga trus kakeknya marganya Shim…
        otomatis ayahnya Changmin marganya Shim kan??
        berarti anaknya si kakek shim???
        kok bisa kabur cih emang h diiket???

      • ehemm~ biarkan saya mendongeng, teh. Dengerin yahh, xD
        jadi sebenarnya mereka sepupuan, nah kakek Shim sendiri punya 2 anak kandung, yang pertama ibunya kyu, yang kedua ayahnya changmin.
        jadi wajarlah kenapa marga mereka beda, karena kyu ikut marga ayahnya.. Gitchu~
        terus hyori ama minhyuk itu dua cucu angkat yang diambil dari anak pegawai2nya kakek shim.

        kenapa misi disini nyari ayahnya changmin, itu masih rahasia.. xD
        sekian dan terima kasih, jika ada pertanyaan lain, silakan komen lagii~ ;D

  2. baguss kok shel, penggambarannya aku suka..gampang dimengerti :]
    gado-gado nda apa-apa, shel..
    besok-besok tambahin dari SHINee, 2PM dll *dirajam*

    aku nda mau komenin Changmin, mau komenin Minhyuk aja *plak*
    Minhyuk kok cuma jadi pemeran pembantu?aaa~ saya nda terima *ditabok*

    nda mau komen panjang2, ntar eror lagi.. -__- *timpukshela* (?)Nee, 2PM dll *dirajam*

    aku nda mau komenin Changmin, mau komenin Minhyuk aja *plak*
    Minhyuk kok cuma jadi pemeran pembantu?aaa~ saya nda terima *ditabok*

    nda mau komen panjang2, ntar eror lagi.. -__- *timpukshela* (?)

    • Waduhh~ nanti kalo SHINee ama 2PM ikutan malah bingung mau pilih yg mana… /diinjek
      hoho.. mana mungkin saya menjadikan minhyuk sbg peran pembantu? tidak akan terjadiii~ xD
      wah.. ternyata komennya tetep eror.. /jitak hyuk (?)

      makasihh suda baca yaaahh~ ;D

  3. Aku suka abang Changmin di sini ❤ ^_^
    Ih,, Hyori genit deh..
    Kurang puas ma Kyu,, terus lirik" abang Changmin..

    Saera suka warna ungu iah??
    Kayaknya warna perinya diambil dari warna kesukaan.

    FF gado" malah jadi makin rame..
    tambah lagi cast cowoknya dari Beast, SHINee, 2PM, 2AM, atau aph Lah biar makin rame.. Kekekekee

    Suka ma ceritanya..
    aku lanjut Shela ^^

    • hohoho… iyah, hyori genits~ mentang2 sama2 evil, maen lirik2 ajah.. /dicekek mom
      emm..anggep ajah warna ungu itu warnanya saera, haneul orange, terus yeosin perak. 😀

      jangan ditambah lagii~ nanti aku bingung aku mau ama yang manaaaa.. /plakk
      makasihh, onnie~~~ ;D

  4. love it ^^
    suka alurnya kok trus gampang bgt di mengerti
    mayan miris juga ya nasipnya chang min
    kok bapaknya bisa ilang ya?? di telan apa?? hehe
    keknya kyu rada2 mulai cemburu neh disini, hyori nempel ama changmin haha

    • Bapaknya changmin bakal dijelasin di next2 part kalo sempet.. xD
      hoho.. aku kan gak mungkin ngebiarin Hyori ama Kyu berpisah disini. *ngeles*
      makasihh suda baca, onnie~ ;D

  5. wuuuaahhhhh,,love u eoni karna udah masukin changkyu plus si minhyuk yang cute itu….hmmm,,tapi pegel eon bacanya ,tumben chapnya sepanjang ini…fighting eon,,ilustrasi saera yang pake baju ungunya kren bet..

  6. Selesaaaaaaaaaai!!!
    Ad Changmin sma minhyuk!!! *lompat2*
    si hyori sama minhyuk cucu angkatny si kakek??
    Aku jg mau donk..
    Hahahahaha..
    FF na keren..
    Jarang aku baca yg peri2an keq gini…
    Ceritanya tuh enak plus mudah dimengerti.. Love it!!

    Kepikiran si Im Saera tuh aku..
    Hohohohohoho..

    • huhu.. jarang soalnya ini juga masih percobaan.
      bagus dehh kalo gampang dimengerti~ tengkyuuuuu~~~ ;D

      hoho.. silakan sajo, Im Saera milik publik kok~ XD
      makasihh suda baca yaaahh~ ;D

  7. “udah-mudahan bisa tergambarkan dengan jelas karakter mereka masing-masing” –_____–
    Ya Tuhan, hyori segenit itu kah ? ckck~
    Ah~ aku suka ini XD ada peri-peri’an~! /emut jinggajummha + teteh/ XD
    banyak sekali pria pria tampan di ff ini, membuat saya semangat untuk membacanya HAHAHA XD

    astaga Kyuhyun, sekarang alih profesi jadi supir ya ? hmm~
    hihi… penggambarannya kerens >.<
    CEPAT LANJUTKAN~! /cekek poo (?) XD

  8. Kenapa ga Jae aja yg maen? Kalo Jae,hatiku tidak akan terluka karena cemburu *lebay.com ala sinetron*
    Itu yeosin jangan2 sama Kyu? Ga boleh! Kyu itu milik saya *lho?
    Bagus kok ceritanya.. Suka sama karakter Kyu yg agak2 gimana gitu,hehe
    Request pemain tambahan boleh ga saeng? Mau ada artis senior kayak So jisub,Jo insung, atau Song seunghoon..
    Buat jadi ayah yg menghilang juga ga apa2.. Hehe

    • karena aku naksir changmin~ /diinjek. xD
      yeosin ama kyu? waduhh.. ajaib amat.. -___- nanti bang chul gimane?
      Waaa~ kayanya song seung heon bisa tuhh.. *efek nonton my princess*
      liat nanti deh onn..XD
      makasihh suda baca yaa~ ;D

  9. Uwaaaa *O* *mta brbinar” kekekek~
    Oniee :3 critanya manis bgt smpe dikerebungi semut 😀 *nah lho? -_-”

    Oniee suka bgt liat changmin dsini >,< suka karakternya :3 *ngences halah XD
    Wkwkw.. Saeranya lucu 😀 polos" gmna gtu.. Wkwkwkkw XDD

    Next part I'm waiting unie 😀

  10. Saaahh..mantep bangett..ngetik k0men musti diulang2 aja..napa gk masuk2 siee..
    *gigit hyukie*

    Wkaka..saera dikira hantu.. Ilang muncul ilang dipekuburan si..

    Suka bgt karakter mimin disini..dingin dingin empuk gimanaa gitu..

    Mood saeranya gampang bgt dialihin..bentar sedih..dikasih senyum mimin langsung cerah lg.. 🙂

    Udaah..saeranya jadi manusia aja,gak usah jadi peri bunga lagi..biar hapili eper apter sama mimin..hehe, 🙂

    • Gantiii~~ jangan gigit hyuk.. ini ajah, *sodorin chul*
      Dingin2 empuk, dikata permen mint kali yak. XD
      Hohoho.. namanya juga ketemu tuannya, cakep lagii, yah gampang sumringahnya. <33 /opini subjektif

      makasihh suda baca, onn~ ;D

  11. Huaaaa abaaaaaaang *hug chngmin~
    hihi udah ketemu sama saera, ciyeeeeee
    saera bukan hantu atuuuhh :p

    udah kebayang ih mesti ntar bakalan seru xDD
    saera jangan kembali jadi peri bunga, ntar changminnya sedih 😐

    haha lanjut shel! bagus iniii :*

  12. Woa Woa s’keluarga ganteng semua tuh,?
    BapakNya BaChang kmna sich,?bkin pusing orang aja (?)
    ntu Saera nya kasian dah kehilangan sebagian kekuatan periNya,!
    c’bebep diem2 nyeremin ya,?!
    Makin penasaran ><
    Ayo lanjutanNya ASAP ya ^^

  13. annyeong. . . .
    Ulfa imnida. . . 18 y.o 🙂
    Aq ank br d blog ini. . .
    Wah. . . Ffx keren. . .crtax jg bguz. . . Aq sk banget. . ,

    hyori mank suka ma changmin ya. . . . ? ?
    Pensarn knp ayahx changmin prlu d cari. . . .

  14. genre fantasinya keren qo,, ga aneh malah bagus…
    sebenenya gaya bahasanya masih sama kaya author nulis ff selain genre fantasi,makanya mudah bangt dipahami dan penjabarannya cpt msuk otak saia ^^

  15. Huaa!!Suami ku keren bgt d sini >< slh 1 idolaku tuh.. Coba ad hee,kibum, sm jae.. Alangkah indah.y hidupku 😀
    #DUAGH
    Smg ayah changmin cpet ktmu.y yaaa. . Dan slm itu pula aku jlan breng Hyuk XD yippy /d tentang yoo/
    Nice ff^^

  16. Huaa!!Suami ku keren bgt d sini >< slh 1 idolaku tuh.. Coba ad hee,kibum, sm jae.. Alangkah indah.y hidupku 😀
    #DUAGH
    Smg ayah changmin cpet ktmu.y yaaa. . Dan slm itu pula aku jlan breng Hyuk XD yippy /d tentang yoo/

  17. Ah ada yg ktinggln komen.y.. Abs.y kpotong mulu dr tadi 😥
    MAX!! Saranghae :*
    aku suka karakter dy d sni. .Ff.y seru nih. . DAN YANG PALING FENOMENAL A.D.A.L.A.H org yg jd supir wkt jemput changmin itu CHO KYUHYUN!! XD wkwkwk *girang* sumpah ga nyangka
    Yaa changmin~ah ko penakut sih?? T__T
    aaa jgn runtuhkan image muu.. Klo pun saera itu hantu, jgn syok jg kalii. . Org dy cntx gtu /sodorin tangan ke saera/ *minta duit mksud.y* #DUAGH
    ehem. . Radarku ga enk nih… Ad 2 cewe d dket changmin!! Aaa hyori genit bgt deh.. Ko jd genit sih dy?? Tp mrka ga bkal brengkn yaa. . Hyo kn tak trpisahkan sm kyu.. Aplg kyu udh ada tanda” cemburu gtu deh 😀 kemungkinan besar.. Changmin nnti sm saera deh huhu u,u /lari kepelukan hyuk/
    tp ga bkal macem” kan yaaa.. Liat aj klo macem”.. Shim Changmin!! Kau tdk akn dpt jatah makan slm 3 bulaaaan!! /tarik hyuk/

  18. Daebak crtanya, pertama kali baca ff dblog hye na, trus deson, sekarang kamu. Kalian pengarang yg bgs, dah berasa ky bc novel ja. Lanjut baca lg ah,,,msh bnyk

  19. Daebak crtanya, pertama kali baca ff dblog hye na, trus deson, sekarang kamu. Kalian pengarang yg bgs, dah berasa ky bc novel ja. Lanjut baca lg ya,,,

  20. yooooooooooo aka shela XD akuuuuuuu sukaaaaaaaaaaaaaaaaa banget :* walaupun telat *ff taun brpa* baru baca hehe suka bgt, jd berasa ikut masuk dalam ceritanya, bisa bayangan seperti yang di dongeng2 hihihi kereeennnnnnnnn bgt jalan ceritanyaaaaa
    terima kasih :))

  21. suka bgt sm ceritanya, q bnr2 terhibur sm krkter saera jg changmin lucu n polos bgt XD.. iya kyuhyun agak aneh disni :-P.. tp ttp sk koq :-D..

Leave a reply to autumnsnowers Cancel reply