Marry Yoo! [5th Step]

[5] The Gift

I’m going to marry Yoo.”

Eunhyuk memarkir Audi silvernya di tepi restoran. Setelah waktunya bersama Jiyoo dibatasi, lelaki itu menjadi lebih cepat bosan. Ia harus menyibukkan diri. Mungkin salah satunya dengan menghabiskan waktu makan siang bersama dua temannya.

Pandangannya menyapu seluruh ruangan. Senyum terkembang di wajahnya dengan cepat. Daehyun menunggunya di salah satu meja berbentuk bundar. Eunhyuk melambai sesaat diikuti dengan Donghae.

“Jadi, seminggu lagi ya?” sapa Daehyun. Lelaki itu tersenyum sambil mengangkat cangkir kopinya.

Donghae mengangguk. Dengan gerakan pelan, ia menarik kursi. “Sesuai tebakan. Dia akan jadi yang pertama di antara kita bertiga.”

“Tentu saja. Aku tidak suka membuang-buang waktu seperti kalian,” balas Eunhyuk.

Ketiganya bersulang menggunakan cangkir kopi. Seharusnya Eunhyuk bisa merasa teralihkan sekarang. Namun, sepertinya pikirannya tak bisa berkompromi. Ini hari ketujuh ia tak melihat Jiyoo. Bahkan di kantor pun, rasanya Eunhyuk jarang melihat gadis itu.

Eunhyuk meringis dalam hati. Ia tahu persis siapa yang bertanggung jawab akan hal itu. Ibunya mengatur agar pekerjaannya sebagai direktur dimaksimalkan. Dengan kata lain, Eunhyuk menjadi semakin sibuk.

“Hei,” sahut Daehyun. Bibirnya melengkung membentuk senyuman. “Mau dengar sebuah rahasia?”

“Apa?” Eunhyuk bertanya dengan enggan.

Daehyun mengangkat alis, berpura-pura berpikir tentang apa yang ingin dikatakannya. “Jiyoo ada di kantor hari ini. Ibumu memintaku memberikan sedikit pekerjaan pada tunanganmu itu. Kurasa dia bosan.”

“Jung Daehyun!” sela Donghae. “Seharusnya kau membuat orang ini lebih merana lagi!”

“Siapa yang kausebut ‘orang ini’, Lee Donghae?” Eunhyuk menyipitkan mata ke arah Donghae. Jika ada orang yang bahagia dengan keadaan hatinya sekarang, orang itu adalah Lee Donghae. Sepertinya Donghae selalu ingin melihat pengorbanan lain yang dilakukan Eunhyuk untuk Jiyoo.

Daehyun mengangkat bahu. “Kurasa tunanganmu akan berada di kantor sampai sore ini.”

Yah! Aku akan segera kembali!” Eunhyuk meninggalkan kursinya dan berlari ke luar restoran. Satu-satunya kesempatan untuk melihat gadis itu adalah sekarang. Ia tak ingin membuang waktunya. Eunhyuk mengabaikan gerutu orang-orang yang disenggolnya.

Donghae bergumam sambil tersenyum jahil, “Kami tahu kau tidak akan kembali ke sini, bodoh!”

—–

Kesepuluh jemari Choi Jiyoo bergerak-gerak di atas keyboard. Matanya fokus ke arah monitor. Tumpukan arsip tergeletak di atas mejanya. Pekerjaan mendadak yang diberikan Daehyun membuatnya terkejut tapi juga senang. Ia bisa menyibukkan diri.

Seharian tadi ia tak benar-benar mengerjakan apapun di rumah utama tunangannya. Tunangan? Kata itu benar-benar ajaib. Jika Jiyoo tidak sedang duduk, ia rasa kakinya sudah meleleh sekarang.

Tunangan… pernikahan… suami… Lee Hyukjae…

Rentetan kata itu sengaja bermain-main dengan pikirannya. Jiyoo mendesah frustasi. Jika otaknya tak segera difokuskan, ia tak akan bisa menyelesaikan semua pekerjaan ini.

“Hai!” bahkan suara Eunhyuk sekarang bisa bergema, keluar dari kepalanya.

Tunggu dulu… suara itu sama sekali tak terdengar seperti pikirannya yang bergema. Jiyoo memutar kursi. Kedua matanya melebar, nyaris bersinar senang saat melihat Eunhyuk berdiri di depan lift.

Sudah berapa lama ia tak melihat lelaki itu? Seminggu? Benarkah? Rasanya lebih dari itu, karena luapan perasaan aneh menggelenyar hingga ke ujung kakinya.

Jiyoo menelan ludah. Seperti berbaring di ranjang yang lembut dan bergelung dalam selimut hangat, rasanya ia sudah menunggu saat-saat seperti ini. Ia, mungkin, merindukan lelaki itu.

“Kau tidak mau menyapaku?” Jiyoo bisa mendengar napas Eunhyuk yang terengah-engah.

“Kau… berlari ke sini?” pertanyaan konyol itu meluncur dari bibir Jiyoo.

Eunhyuk mengangguk. Ia melangkah cepat menghampiri gadisnya. “Aku ingin melihatmu. Kurasa eomma agak berlebihan karena menjauhkanmu dariku. Aku bisa gila kalau harus begini terus sampai seminggu ke depan.”

Jantung Jiyoo berdetak nyaring, menggelepar, menghantam dadanya. Ia tak tahu apakah berlebihan jika menganggap debaran kuat ini bisa membuat jantungnya meledak, tapi ia tak akan heran jika itu bisa terjadi. Ia benar-benar nyaris meledak saat ini.

“Beri aku pelukan, satu kali saja,” pinta Eunhyuk.

Haruskah Jiyoo memberikannya? Gadis itu takut Eunhyuk bisa mendengar suara jantungnya. Tapi jika ia tak memeluk Eunhyuk, ia takut jantungnya sendiri akan berhenti berdetak.

Eunhyuk merasakan keragu-raguan gadis itu. Ia tak tahu sebabnya. Apa Jiyoo tak senang bertemu dengannya sekarang? Mustahil. Jelas sekali gadis itu sempat tersenyum saat melihatnya.

“Aku…” Jiyoo berjalan perlahan, selangkah demi selangkah sebelum mengubur wajahnya di dada Eunhyuk. “merindukanmu.”

—–

“Jangan melihatku seperti itu.” Jiyoo menggerutu. Wajahnya yang sudah merah padam seolah tak cukup bagi Eunhyuk. Lelaki itu tersenyum makin lebar. Jiyoo menggigit bibir. “Eunhyuk!”

Eunhyuk tertawa. Seingatnya, ini pertama kalinya Jiyoo memanggilnya seperti itu. “Bagus, tapi lain kali panggil saja Hyukjae. Oke?”

“Ugh. Diamlah!” pekik Jiyoo.

Lagi-lagi Eunhyuk tertawa. Rasanya ia tak pernah tertawa seperti ini sejak tujuh hari terakhir. Ia berpikir sejenak. Tentu saja. Ia tak akan bisa tertawa seperti ini jika bukan karena gadis bernama Choi Jiyoo.

Aku merindukanmu…

Kalimat itu terasa terlalu jauh, terlalu maya hingga rasanya tak mungkin jadi nyata. Eunhyuk tak akan pernah membayangkan akan mendengarnya dari Jiyoo. Jika ia tak mengingat hangatnya tubuh gadis itu dalam pelukannya, ia pasti mengira ia sedang bermimpi.

Saat ponsel Jiyoo berdering nyaring, gadis itu menghela napas lega. Ia tak tahu bagaimana cara berhadapan dengan Eunhyuk setelah ini. Setelah pengakuan naifnya, ia benar-benar ingin mengubur dirinya dalam tanah.

“Jiyoo, apa kau masih di kantor?” suara Lee Sora. Jiyoo menjauh dari Eunhyuk. “Ada kabar buruk yang harus kusampaikan. Menurutku bukan kabar yang terlalu buruk, tapi eomma sedang mengomel untuk cepat-cepat mengabarimu soal ini.” Jiyoo bahkan tak memiliki kesempatan untuk menyahut.

Eomma sedang menghubungi Hyukjae untuk menjemputmu.” Jiyoo menoleh ke belakang dan melihat Eunhyuk sedang menerima telepon. “Untuk malam ini dan tiga hari berikutnya, kau harus tinggal di rumah Hyukjae. Eomma dan aku harus menyewa gedung yang akan kalian gunakan di California. Kami akan segera kembali sebelum hari pernikahan kalian. Oke?”

Sambungan terputus. Jiyoo melongo. Otaknya berusaha keras mengurutkan semua kalimat dari Sora. Jadi ia harus kembali tinggal di rumah Eunhyuk? Oke, ia paham. Tapi… apa maksudnya soal gedung di California?

Gadis itu melirik Eunhyuk yang tersenyum puas sambil menempelkan ponsel ke telinganya. Jiyoo merasakan bulu kuduknya meremang. Sepertinya ia harus menyusun cara untuk meredam perasaan lugunya pada lelaki itu.

“California?” tanya Jiyoo begitu Eunhyuk selesai dengan ibunya di telepon.

Eunhyuk mengangkat bahu. “Kurasa hanya resepsi. Eomma yang tiba-tiba punya usul itu.” Lelaki itu tersenyum. Oh, dan Jiyoo harus membenci senyum yang satu ini. “Ah, kau sudah dengar, kan? Kita akan tinggal bersama lagi!”

—–

Kamar itu tetap sama seperti yang terakhir kali dilihat Jiyoo. Hanya ada televisi dan sofa mungil yang masih sangat baru. Eunhyuk langsung membelikannya saat mereka masih berada dalam perjalanan pulang.

“Supaya kau tidak bosan,” sahutnya bangga. Rasanya sulit menghancurkan kepercayaan diri semacam itu.

Jiyoo sama sekali tak keberatan dengan perabotan baru. Satu-satunya hal yang membuatnya terpesona adalah gaun putih yang dipajang di kamar itu. Ia menoleh ke arah Eunhyuk, melayangkan tatapan bertanya.

“Itu… kurasa seharusnya itu menjadi kejutan. Nuna ingin membawanya padamu, tapi aku ingin memberikannya padamu nanti, tepat setelah kita menikah,” ujar Eunhyuk ragu. Dan betapa menyenangkannya bisa melihat ekspresi tulus dari lelaki itu. “Kuharap kau… suka.”

Jiyoo menarikan jemarinya di atas gaun putih milik ibunya. Ini gaun yang sama yang diterimanya malam itu. Sepertinya Sora benar-benar memodifikasi gaun kuno ibunya. Jiyoo mendapatkan beberapa jahitan benang emas dan perak yang dirangkai membentuk motif bunga-bunga kecil.

Saat kecil, Jiyoo sering membayangkan memiliki gaun pernikahan yang istimewa. Gaun yang hanya ditujukan untuknya; kain sutra lembut berwarna putih, jahitan berpayet emas dan perak. Semua hal yang sempat dibayangkan Jiyoo kini ada di gaunnya.

“Aku… suka sekali,” Jiyoo tak bisa mengalihkan pandangannya dari gaun itu. “Terima kasih.”

Eunhyuk merasakan sapuan hangat di dadanya. Gadis itu senang. Mustahil Eunhyuk bisa mendapatkan perasaan semenyenangkan ini. “Kau cantik sekali.”

“Apa?”

“Kau terlihat sangat senang, aku suka melihatnya. Kurasa di saat-saat seperti ini kau terlihat paling cantik,” ujar lelaki itu. Ia membelai lembut salah satu pipi Jiyoo. “Aku harus membuatmu berwajah seperti ini setiap detik.”

Jiyoo bersumpah sedetik tadi ia ingin membalas sentuhan Eunhyuk. Tak seorang pun pernah mengucapkan kalimat seindah itu untuknya. “Hadiahmu membuatku senang. Kalau… ini bisa membuatmu senang, kau harus tahu kalau aku merasa seperti ini karena dirimu, Lee Hyukjae. Terima kasih.”

“Apa kau mau tahu sesuatu yang lebih menggelikan?” tanya Eunhyuk. Jemarinya tak lepas dari wajah Jiyoo. “Bagiku, justru kau-lah hadiahnya.”

“Berapa banyak gadis yang mendapatkan kalimat itu darimu?” Jiyoo mendengus geli.

Eunhyuk mengangkat bahu dengan sikap serius. “Entahlah. Hitung saja. Tapi kurasa satu-satunya gadis yang beruntung karena akan kunikahi hanya kau, Yoo.”

—–

The next day

“Katakan padaku, apa kau bahagia?”

Jiyoo melirik Donghae yang menopang dagu dengan sikap ingin tahu. Keduanya sedang berada di kafe mungil yang dekat dengan kantor Donghae. Lelaki itu memaksa Jiyoo menemaninya minum kopi.

“Kau suka sekali bergosip ya?” balas Jiyoo. Ia menyesap cairan cokelat gelap dalam cangkirnya.

Donghae berdecak tak sabar. “Kau dan Hyukjae sangat pelit. Padahal aku, Lee Donghae, juga ambil bagian dalam pernikahan kalian!”

Tentu saja Jiyoo tak melupakan hal itu. Donghae mungkin adalah satu-satunya orang yang merencanakan semua ini bahkan sebelum pernikahan pasti terjadi. Sejak Jiyoo terjebak bersama Eunhyuk lagi, Donghae-lah salah satu tersangka dalam hal ini.

“Aku serius, apa kau bahagia?” tanya Donghae lagi. Ia berusaha membaca raut wajah Jiyoo, tapi gagal. Lelaki itu bersandar sambil mendesah frustasi. “Lupakan saja!”

Jiyoo tertawa pelan. “Aku bahagia, Lee Donghae. Sangat.”

“Sungguh?”

“Mm. Apa kau tidak percaya padaku?” sahut Jiyoo. Tatapan matanya melembut. “Dan aku tahu kau berperan besar dalam kebahagianku ini. Terima kasih.”

Donghae mengusap hidungnya, tanda ia salah tingkah. “Kau berhutang satu permintaan padaku.”

“Apa?”

“Entahlah. Aku belum memikirkannya. Pokoknya aku bisa menggunakannya sewaktu-waktu. Oke?” ujar Donghae. Melihat Jiyoo hanya mengangkat bahu, ia mengangguk-angguk senang. “Setelah ini, kau kembali ke kantor?”

Jiyoo menggeleng. Rasanya ia harus menghormati adat yang digunakan keluarga Lee. Gadis itu baru saja melanggarnya dengan tinggal seatap dengan Eunhyuk dan ia tak ingin memperparah keadaan.

“Aku akan ada di kampus. Hyukjae tidak boleh melihatku terlalu sering.”

Donghae berdecak, “Ck, ck, ck. Dia pasti akan frustasi lagi.”

“Kau mulai berlebihan. Kami bisa bertemu saat makan malam.” Jiyoo meneguk habis kopi cokelatnya.

“Kalian tidak… tidur bersama, kan?”

Kedua mata Jiyoo menyipit tak senang. Ia harus menahan diri agar tak melemparkan cangkir ke arah Donghae. “Lee Donghae!”

“Aku hanya bertanya.” Donghae tergelak nyaring. “Lagipula tidak ada salahnya kalian tidur dalam satu kamar. Kalian akan segera menikah. Berhentilah berpikir kolot dan biarkan Hyukjae bahagia.”

“Aku masih bisa melemparkan benda ini, Lee Donghae,” ancam Jiyoo. Tangannya terangkat ke udara, memamerkan cangkir yang masih dipegangnya.

Donghae tersenyum menantang. “Aku punya gerak reflek yang cepat, Choi Jiyoo.”

Sial. Donghae benar. Dan Jiyoo selalu sangat membencinya saat lelaki itu memang benar. Ia menurunkan cangkirnya.

“Hei, temani aku!” seru Jiyoo. Tiba-tiba ide menyenangkan bermunculan di kepalanya.

“Wah, wah,” Donghae menggeleng-gelengkan kepala, kecewa. “Kau akan menikah tapi sudah mau selingkuh? Dengan temanmu dan teman baik tunanganmu sendiri?! Kau mengecewakanku, Jiyoo-ssi.”

Jiyoo menggeram. “Lee Donghae!”

“Bercanda.” ujar Donghae cepat. “Mau ke mana?”

Sambil mencondongkan tubuh ke depan, Jiyoo berbisik, “Membeli hadiah.”

—–

“Aku benar-benar minta maaf, Daehyun sunbae,” Jiyoo membungkuk ke arah lelaki yang mengenakan kemeja merah hati. Sesekali ia memaki Donghae dalam hati. Ia ingin Donghae yang menemaninya membeli hadiah, bukannya Jung Daehyun, bosnya sendiri.

Daehyun mengibas-ibaskan tangan. “Bukan masalah. Donghae pasti sibuk.”

Seandainya Donghae memang sibuk, Jiyoo tak akan keberatan untuk pergi sendiri. Kadang Lee Donghae memang perlu pelajaran tentang memahami perasaan orang di sekitarnya. Kenapa lelaki itu selalu mengambil keputusan sendiri!?

Setelah Jiyoo menunggu selama 15 menit di dekat sebuah pusat perbelanjaan, ia mendapati Jung Daehyun memberi salam dan tersenyum padanya. Tak butuh semenit untuk mengambil kesimpulan bahwa Donghae memberikan tugas menemani Jiyoo pada Daehyun.

Dan disinilah ia, bersama Daehyun, bosnya sekaligus teman baik Eunhyuk, di pusat perbelanjaan di Seoul.

“Lalu, kau mau beli apa?”

Jiyoo tersadar. Perasaannya mendadak berbalik. Ia tersenyum. “Mm… aku tidak tahu, tapi apa Eunhyuk suka memakai jam tangan?”

“Kenapa bertanya padaku?” Daehyun tertawa. Benar juga. Seharusnya Jiyoo lebih tahu tentang hal sepele seperti itu. Sadar raut wajah Jiyoo berubah, Daehyun mulai merasa simpati. “Dia biasa mengenakan jam tangan. Kurasa dia menyimpan beberapa sebagai koleksi.”

Jam tangan seperti apa yang harus dibeli Jiyoo untuk Eunhyuk? Jiyoo sama sekali tak punya bayangan. Sementara Eunhyuk mengingatnya sepanjang hidupnya, Jiyoo justru merasa buta oleh kehadiran lelaki itu.

Jiyoo tak mengenal Eunhyuk. Tak sedikit pun.

Dan kenyataan itu membuat Jiyoo merasa tak senang. Ia ingin menjadi orang yang memahami Eunhyuk. Jiyoo termenung. Sekarang keinginannya mulai selalu berkaitan dengan lelaki itu.

“Ada apa?” tanya Daehyun.

Jiyoo menggeleng. Bibirnya melengkung, membentuk seulas senyuman tipis. “Apa ini bagus?” Jiyoo menunjuk sebuah jam tangan yang dipajang di etalase. Lingkaran jamnya berwarna perak dengan tali yang terbuat dari kulit. “Aku suka modelnya.”

Daehyun memerhatikan benda yang ditunjuk Jiyoo. Pandangannya beralih bergantian dari jam tangan dalam etalase ke Jiyoo. “Kurasa bagus.”

“Baiklah!” sahut Jiyoo. Ia tersenyum puas. Rasanya menyenangkan menyiapkan hadiah untuk orang lain.

Kesenangan Jiyoo bertambah berkali-kali lipat karena orang lain itu adalah Lee Hyukjae.

—–

Sepertinya baru 30 menit yang lalu Jiyoo merasa senang karena Eunhyuk. Tiga puluh menit terbuang percuma karena prasangka tak beralasan dari lelaki itu. Jiyoo mendadak kesal. Rasanya jantungnya seperti dimasukkan ke dalam air mendidih.

Eunhyuk melihat Jiyoo dan Daehyun di tempat parkir. Lelaki itu masih ingat saat Jiyoo bilang ia tak akan ke kantor hari ini. Eunhyuk kesal saat melihat gadisnya bersama Daehyun, dan ajaibnya, justru sedang berada di kantor.

Jiyoo tak mengerti dimana letak kesalahannya. Pertama, ia hanya menghormati aturan keluarga Lee. Ia harus mengurangi frekuensi pertemuannya dengan Eunhyuk. Kedua, bukan dirinya yang ingin pergi bersama dengan Daehyun. Jika ia punya cara untuk menolak, Jiyoo sudah melakukannya sejak awal.

Ketiga, kenapa Eunhyuk sama sekali tak bisa bersikap dewasa?!

Anggap saja Jiyoo bisa memahami alasan Eunhyuk untuk marah, tapi lelaki itu justru bersikap kekanakan. Eunhyuk memilih Song Chaerin –salah satu pegawai magang yang datang bersama Jiyoo- sebagai pembantu asistennya. Bukannya Jiyoo ingin dipilih oleh lelaki itu, tapi keputusan Eunhyuk terlihat terburu-buru. Semua orang di lantai 3 –tempat ruangan Eunhyuk dan meja Jiyoo berada- bisa melihat hal itu.

Dan bukan karena Jiyoo percaya diri akan dipilih oleh Eunhyuk.

“Aku bisa menjelaskannya pada Hyukjae. Kurasa dia hanya salah paham,” ujar Daehyun. Jiyoo melirik lelaki itu. Satu-satunya orang yang merasa bersalah di sini adalah Daehyun.

“Tidak perlu.” Jiyoo mengatupkan rahang. Walaupun tadi tangannya terkepal, sekarang ia terpaksa membebaskannya. Dalam hati, ia merutuk. Lee Hyukjae harus berterimakasih pada Daehyun.

“Mungkin inilah sebabnya kenapa kalian harus dipisahkan sebelum hari pernikahan,” Daehyun tertawa renyah. Kedua tangannya sibuk merapikan arsip-arsip warna-warni di meja. “Semakin jarang bertemu, semakin jarang bertengkar. Dan sebaliknya.”

Jiyoo tertawa sumbang. Mungkin benar juga teori itu. Rasanya ia pernah mendengar hal semacam itu dari beberapa orang. Hanya saja, Jiyoo tak pernah memercayai hal sekuno itu.

“Apa tidak apa-apa jika posisi itu jatuh pada Chaerin?” tanya Daehyun. Raut wajahnya berubah simpati.

“Tidak perlu dipikirkan. Lagipula aku juga masih kuliah. Kurasa Chaerin lebih berkompeten dalam hal itu.” Jiyoo mengangkat bahu. Ia berusaha agar tak terlihat peduli. Seharusnya memang begitu.

Sepanjang hidupnya, ia tak pernah benar-benar bersikap kompetitif. Dengan siapapun, pada apapun. Tak peduli apapun alasannya, Jiyoo tak pernah suka berkompetisi. Begitulah seharusnya. Seharusnya…

Bukankah rasanya akan aneh jika sekarang ia merasa tak suka? Jiyoo mendesah. Perasaan ini bukan cemburu, kan?

Jiyoo memandangi kotak yang diletakkan di atas mejanya. Kotak itu berisi jam tangan untuk Eunhyuk. Kegembiraan saat memilih benda itu menguap entah kemana. Rasa ingin tahu Jiyoo akan reaksi Eunhyuk juga mendadak lenyap.

Jika tadinya semangat Jiyoo meluap-luap, sekarang semangat itu menjelma menjadi duri ketidaknyamanan yang menusuk sekujur tubuhnya.

—–

“Makan malam sudah disiapkan, Nona.” Pelayan Han menyambut Jiyoo yang memasuki ruang tengah.

Jiyoo mengangguk, berusaha untuk tetap tersenyum sopan. Wajahnya kuyu. Rasanya semua energi positifnya habis terserap ke tanah.

“Apa Anda sakit?” tanya pelayan Han.

“Tidak. Saya baik-baik saja.” Jiyoo tersenyum lebih lebar. Meskipun ia agak jengah dengan perhatian orang lain, ia bertekad tak boleh menunjukkannya. “Aku akan makan setelah mandi, Ajumma. Terima kasih.”

Tanpa menunggu jawaban pelayan Han, Jiyoo melenggang. Ia menyeret kakinya menaiki tangga. Pintu kamar Eunhyuk berada tepat di belokan pertama koridor lantai dua. Jiyoo sempat melirik pintu kokoh itu.

“Sudahlah.” Gadis itu bergumam. Ia memutuskan tak akan memedulikan lelaki kekanak-kanakan itu.

Kotak hadiah seperti berteriak dari dalam tasnya. Jiyoo menarik napas berat. Jika Eunhyuk sama sekali tak berusaha memahami posisinya tadi, Jiyoo tak akan pernah memberikan hadiah itu. Tak akan.

Saat Jiyoo membuka pintu kamarnya, ia terkesiap. Eunhyuk duduk di tepi ranjang sambil melipat salah satu kakinya. Jiyoo berdeham, “Apa yang kaulakukan di sini?”

“Seingatku, ini bagian dari rumahku.” Eunhyuk bahkan menjawab tanpa mendongak.

Jiyoo merasakan aura merah melayang-layang di udara. Eunhyuk kesal. Masih sangat kesal. Jiyoo tahu itu, tapi ia tak ingin mengalah. Jika lelaki itu bisa kesal, Jiyoo juga bisa.

Keputusan Eunhyuk yang memilih orang lain dibandingkan dirinya membuat Jiyoo kembali tersulut emosi. “Tapi ini kamarku.” Eunhyuk diam. Jiyoo memutar bola matanya dan mengeluarkan kotak hadiahnya. “Aku membelinya bersama Daehyun sunbae.”

Eunhyuk tak bergerak. Luapan rasa frustasi menenggelamkan Jiyoo.

“Kau benar. Seluruh ruangan di rumah ini milikmu.” Jiyoo bersedekap. Betapa menyebalkannya jika ia berhadapan dengan Eunhyuk yang seperti ini. Rasanya ia mendapat de javu dari sikap lelaki itu. “Aku akan tidur di tempat Donghae.”

“Incheon itu dua jam dari sini.”

Alis Jiyoo terangkat. Apa itu cara Eunhyuk untuk melarangnya pergi?

“Aku tahu,” sahut Jiyoo. Matanya menangkap gaun putih yang masih dipajang. Baru kemarin ia merasa luar biasa bahagia bersama lelaki bernama Lee Hyukjae ini.

Eunhyuk mengikuti arah tatapan Jiyoo. Ia meloloskan napas panjang. Sepertinya sejak tadi ia menunggu Jiyoo sambil menahan napas. “Aku hanya khawatir.”

“Aku sudah dewasa. Dan kalau kau mau tahu, aku sama sekali tidak tahu bagian mana dari hidupku yang perlu kaukhawatirkan,” Jiyoo mengalihkan pandangannya pada Eunhyuk.

“Untuk pasangan yang baru bertemu, bertunangan, dan akan menikah, kita termasuk sering bertengkar,” ujar Eunhyuk.

Jiyoo meniup poni depannya frustasi. “Kau yang mulai.”

Mustahil meneruskan perdebatan seperti ini. Eunhyuk menyambar kotak yang diberikan Jiyoo. “Tidurlah di sini.”

Lelaki itu meninggalkan Jiyoo yang masih berdiri. Kedua tangannya masih terlipat di depan dada. Jiyoo tak pernah suka berdebat, tapi rasanya ia ingin terus berdebat dengan Eunhyuk.

Hanya agar lelaki itu mendengarkan dan memahaminya.

—–

Eunhyuk menutup pintu kamar Jiyoo dengan pelan. Ia tersenyum kecil. Rasanya ia agak keterlaluan dengan bersikap seperti ini. Eunhyuk benar-benar harus belajar lebih keras untuk mengenali Jiyoo lagi.

Dengan perlahan, ia mengingat ulang pesan singkat Daehyun untuknya.

Tunanganmu pergi bersamaku karena terpaksa. Harusnya dia bersama Hae, tapi sahabat baikmu itu pergi entah kemana. Jangan marah pada tunanganmu.

ps: dia membelikan sesuatu untukmu, bodoh!

-Jung-

Di tangannya, terdapat kotak kayu yang bermotif indah. Eunhyuk tak perlu bertanya pada Jiyoo. Benda itu pasti hadiah untuknya.

Tentu saja seharusnya ia minta maaf pada Jiyoo tadi. Seharusnya. Jika saja egonya agak lebih rendah saat di dalam tadi, ia pasti sudah melakukannya.

Hanya agar gadis itu merasa nyaman dengannya.

—–

 The next day

Jiyoo malas turun untuk sarapan. Jika ia turun, kemungkinan besar ia akan bertemu dengan Eunhyuk. Lelaki itu sama sekali tak ingin mendengarkannya dan Jiyoo tak suka dengan orang seperti itu.

Lain ceritanya jika Eunhyuk memang tak meminta penjelasan. Jiyoo memikirkan hal itu berulangkali. Sepertinya Eunhyuk mulai merasa bahwa Jiyoo bukan gadis yang tepat untuknya.

Lalu, jika itu benar, apa yang harus Jiyoo lakukan?

“Ayo sarapan,” pintu kamarnya terbuka. Jiyoo melihat Eunhyuk berdiri di tepi pintu. “Kenapa diam saja? Kuantar ke kampus hari ini.”

Jiyoo berpikir keras. Sikap Eunhyuk kembali seperti semula. Seolah kemarin tak ada masalah. Jiyoo sama sekali tak bisa membaca suasana hati lelaki itu.

“Dan,” Eunhyuk mengangkat pergelangan tangan kirinya. “Terima kasih hadiahnya.”

“K-kau… memakainya?” tanya Jiyoo. Akhirnya ia bisa menjawab rasa penasarannya sendiri. Tadinya, ia menebak-nebak, akan seperti apa jam tangan itu di tangan Eunhyuk. Benda itu sempurna untuk Lee Hyukjae. Jiyoo puas dengan pilihannya.

“Bukankah ini untukku?”

Jiyoo termenung. “M-memang.”

“Aku tidak akan bersikap seperti kemarin lagi.” Eunhyuk melangkah pelan, menghampiri Jiyoo yang masih duduk di ranjang. “Aku minta maaf.” Lelaki itu menunggu respon Jiyoo, tapi tak ada yang didapatkannya. “Seharusnya aku minta maaf semalam, tapi kurasa… yah… aku terlalu egois untuk itu, jadi…”

“Aku juga minta maaf.”

Jiyoo menelan ludah. Seharusnya ia memang mengucapkan kalimat itu sejak kemarin. Jauh sebelum Eunhyuk menunggunya di kamar ini, sebelum lelaki itu justru menjadi orang yang menjemputnya di sini.

Eunhyuk menghela napas lega. “Kalau begitu, masalah selesai?” tanyanya. Jiyoo mengangguk pelan. “Dan soal hadiah, aku punya hadiah yang tidak menyenangkan untukmu.”

—–

Memang tak menyenangkan. Sama sekali. Eunhyuk harus berkali-kali menentang pikiran itu. Bagaimana pun, ia bisa melihat binar kebahagiaan dari kedua mata Jiyoo.

Siang ini ia membawa gadis itu ke tempat Choi Siwon. Itulah satu-satunya hal yang sangat ingin dihapuskannya dari agenda hari ini. Eunhyuk ingin menghapus kenyataan bahwa ia harus sering bertemu dengan Choi Siwon.

Mengingat kenyataan lain bahwa Jiyoo merasa senang berada di tempat lelaki itu, Eunhyuk mati-matian menekan rasa tak sukanya.

Choi Siwon menyiapkan gedung dan altar yang akan dipakai Jiyoo. Eunhyuk benci cara Siwon mengatakannya, seolah ia tak pernah ada di samping Jiyoo. Walaupun gedung itu, harus Eunhyuk akui, megah dan luar biasa indah.

Nuansa putih gading tergambar di sana. Ukiran-ukiran rumit dipahat di sepanjang pilar dan dinding. Di dalamnya bisa menampung lebih dari jumlah undangan yang akan datang. Luas, megah, gaya Choi Siwon. Di belakang gedung, terdapat taman hijau dengan air mancur yang tampak berkilau. Gedung itu sempurna untuk pernikahannya dengan Jiyoo.

Siwon bilang, segala dekorasinya akan disesuaikan dengan keinginan Jiyoo. Eunhyuk mendengus. Lagi-lagi ia dilupakan.

“Bisakah… aku minta warna ungu muda di seluruh ruangan?”

Siwon mengerutkan kening. “Jangan bertanya, langsung minta saja. Kau tahu aku bisa memberikan semuanya.”

“Aku juga bisa,” gumam Eunhyuk tak suka. Ia sengaja berbisik di belakang Jiyoo, membuat gadis itu menahan senyum.

“Katakan padaku apa yang kauinginkan, aku akan mengaturnya untukmu, Jiyoo,” ujar Siwon sambil tersenyum.

Choi Siwon baik sekali. Sungguh. Eunhyuk mengakui. Hanya jika sikap arogan itu tak ditunjukkan tepat di depan hidungnya.

Sepertinya Siwon belum tahu tentang kekayaan keluarga Lee. Eunhyuk tak suka menyombongkan diri, tapi jika lelaki itu memaksa, apa boleh buat. Keluarganya yang memutuskan untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan resepsi di 3 kota, 2 negara.

Keluarga Lee yang menyiapkan semua hal untuk hari istimewa Jiyoo.

“Aku mengerti.” Jiyoo tersenyum sopan. Mungkin rasanya aneh jika ia harus bergantung pada salah satu kerabat jauhnya, tapi rasanya juga menyenangkan memiliki seseorang yang dekat seperti Siwon. “Terima kasih banyak.”

Siwon tersenyum sekilas sebelum meninggalkan Jiyoo dan Eunhyuk di dalam gedung. Jiyoo kembali mengagumi kemegahan gedung itu. Tiba-tiba ia merasa khawatir.

Berapa banyak orang yang harus diundangnya ke tempat sebesar ini? Jiyoo tak akan memiliki banyak orang untuk diundang, dan rasanya tak benar jika membiarkan gedung ini kosong di hari pentingnya.

“Aku sangat sangat tidak suka dengannya.” Eunhyuk menggerutu. Tangannya bertaut di sela jemari Jiyoo.

Jiyoo tersenyum. “Kau selalu berkata begitu.”

“Hei, lihat gedung ini. Sangat sempurna, kan?” Eunhyuk mengalihkan pembicaraan. Ia berputar ke belakang Jiyoo, memeluk gadis itu dari belakang. “Kita akan berada di sana, di altar itu. Aku akan mengenakan jas putih dan kau berjalan anggun dengan gaun ibumu.”

Bayangan itu membias di benak Jiyoo. Bayangan yang diucapkan Eunhyuk terasa nyata untuknya. Semuanya akan sangat indah, sangat sempurna.

Tapi pikiran tadi kembali mengusik Jiyoo. Ia tak punya cukup teman untuk memenuhi gedung ini.

“Kau bisa mengundang semua orang. Walaupun tidak banyak, kau tidak perlu memikirkannya.” Eunhyuk berbisik tepat ke belakang telinga Jiyoo. Mendebarkan tapi menyenangkan. “Jangan memikirkan apapun kecuali cara agar aku tahan untuk tidak langsung membawamu lari dari altar itu. Oke?”

Jiyoo tak tertawa. Dengan keberadaan Eunhyuk di dekatnya, sepertinya ia harus mulai mengkhawatirkan hal yang sama.

—–

Wedding day

Sekarang Jiyoo mulai mengkhawatirkan banyak hal. Ia kurang tidur. Jantungnya berdebar-debar. Rasanya perutnya pun tak nyaman, seperti ada sesuatu yang meremas-remas seluruh bagian perutnya.

Jika Jiyoo boleh menambahkan, tangannya juga selalu gemetar.

“Kau tampak kacau.” Sora tersenyum saat menyapa Jiyoo di ruang ganti. Gadis itu sudah mengenakan gaun selutut berwarna jingga muda. “Kau cantik, Jiyoo.”

Jiyoo menolak menatap cermin. Saat dirias pun, ia sama sekali tak berani melihat pantulan wajahnya. Mungkin ia adalah satu-satunya pengantin yang bersikap terlalu paranoid seperti ini.

Seharusnya rasa euphoria bisa menutupi kegelisahannya. Alih-alih merasa demikian, Jiyoo justru semakin tak tenang. Ia terbagi dua. Ia senang bisa menikah dengan Eunhyuk, tapi ia juga memenuhi benaknya dengan pertanyaan; apakah ia memang orang yang tepat untuk lelaki itu?

“Apa perlu kupanggil Hyukjae ke sini?” goda Sora.

“Tidak! Jangan!” serunya. Jiyoo berdeham salah tingkah. “Maksudku… tidak perlu. Nanti kami akan… kami akan…”

“Bertemu di altar.” Sora tersenyum geli melihat wajah Jiyoo merona tanpa perona pipi. “Aku yakin sekali kau ingin mengatakan itu. Benar, kan?”

Jiyoo menggigit bibir. “Tentu saja.”

“Seharusnya kau lihat dulu dirimu di cermin. Kau mengagumkan. Hyukjae tidak akan berpikir dua kali untuk berada di altar dan menunggumu yang seperti ini.” Sora merapikan sedikit tatanan rambut Jiyoo. Gadis itu bersandar di meja rias, memandangi Jiyoo yang masih gugup. “Mau kuberi tahu sesuatu?”

Untuk sesaat, Jiyoo ragu. Jika sesuatu itu adalah hal yang bisa membuatnya lebih panik, ia bersumpah tak akan keluar dari ruangan ini hingga perasaannya membaik. Akhirnya, Jiyoo hanya mengangguk pasrah. Mustahil menolak dalam keadaan linglung seperti ini.

“Hyukjae adalah anak dan laki-laki yang baik.” Sora tersenyum bangga. “Sejak kecil, dia tidak pernah mengeluhkan apapun. Dia akan langsung melakukan sesuatu yang menurutnya patut dilakukan. Sejak kecil, dia tidak pernah berpikir untuk dirinya sendiri. Jika ada hari yang sangat kunantikan, itu adalah hari ini.

“Hyukjae akan mulai menjalani hidupnya, memikirkan kebahagiaannya, dan berhenti mengkhawatirkan kakaknya ini. Dia adik yang baik, bahkan adik terbaik yang bisa didapatkan oleh kakak mana pun. Karena dia terlalu mencemaskan keluarganya, dia tidak pernah benar-benar bahagia.”

Jiyoo tak meragukan hal itu. Eunhyuk yang dilihatnya adalah Eunhyuk yang seperti ini. Terkadang Eunhyuk bukan seperti Eunhyuk yang jenaka. Sepertinya akan sulit untuk tak melihat sisi kesepian yang tersembunyi dari Eunhyuk.

“Ah… apa yang kukatakan?” suara Sora agar parau. Jika seharusnya pernikahan memang diwarnai isak tangis, saat ini hal itu justru berasal dari keluarga si lelaki. “Dia akan membuatmu bahagia. Aku senang kau bisa menemukan orang sepertinya.”

Bolehkah Jiyoo meralatnya? Bahwa dirinya-lah yang ditemukan. Eunhyuk-lah yang mencarinya hingga dirinya ditemukan.

—–

Altar pernikahan dihias dengan bunga-bunga berwarna ungu. Jiyoo tak sempat menghitung ada berapa bunga yang dijadikan hiasan di sini. Perhatiannya langsung teralihkan pada Eunhyuk yang menunggu di altar.

Lelaki itu tampan. Calon suaminya sangat tampan. Jiyoo menelan ludah. Tangannya mencengkram erat lengan Siwon.

“Jangan gugup,” bisik lelaki itu.

Jiyoo mengangguk kaku. Untuk kali ini, ia mengingat ucapan Eunhyuk. Ternyata ia memang benar-benar harus mencari cara agar tak berlari, menghambur ke pelukan lelaki itu. Jiyoo ingin segera melihat Eunhyuk dari dekat.

Saat Siwon mencapai altar, ia mengenggam tangan Jiyoo dengan tulus. Jiyoo merasa lelaki itu menjadi ayahnya untuk lima menit. Siwon menyerahkan tangan Jiyoo ke tangan Eunhyuk.

“Aku mengawasimu.” Siwon mengingatkan.

Eunhyuk nyaris mendengus jika tak mengingat upacara pernikahannya sendiri. Tangannya tersengat oleh halusnya sarung tangan satin yang dikenakan Jiyoo. Butuh beberapa detik untuk mengalihkan pandangan dari pengantinnya.

Pikiran Jiyoo kosong. Ia tak mendengar setiap kalimat yang diucapkan orang yang berwenang di depannya. Ujung maniknya melirik ke samping, mengamati Eunhyuk.

Eunhyuk benar-benar mengenakan jas putih. Jiyoo bahkan tak tahu kapan lelaki itu menyiapkannya. Dengan agak menyesal, Jiyoo berpikir seharusnya ia ikut menyiapkan segala hal dalam pernikahannya ini.

Bibirnya bergerak sendiri. Ia mendengar Eunhyuk berkata, “Aku bersedia.” Dan Jiyoo mengikutinya. Tak peduli apapun yang diucapkan, Jiyoo tahu ia pasti bersedia.

Eunhyuk tersenyum sambil menyematkan cincin di jari manis Jiyoo. Sial! Senyuman itu membuat Jiyoo lumpuh. Ia lupa untuk apa ia berada di sini dan bukannya di tempat terpencil hanya bersama Eunhyuk. Jiyoo tahu Eunhyuk menopang tangannya agar ia tak jatuh lemas.

Akan sangat memalukan jika pengantin wanitanya mendadak tak mampu berdiri hanya karena senyuman dari pengantin pria.

Jiyoo berusaha bernapas. Sungguh. Ia benar-benar berusaha memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dengan benar. Kenyataannya, Jiyoo menahan napas sambil memandang lurus ke mata Eunhyuk.

Kedua tangan Eunhyuk menangkup wajahnya. Jiyoo kehilangan kesempatan untuk bernapas. Matanya terpejam saat ia merasakan bibir Eunhyuk menyapu bibirnya. Ciuman manis yang ringan.

Terlalu ringan. Jiyoo merasa tubuhnya melayang ke awan. Ia bisa saja terbang jauh dan meninggalkan bumi, tapi Eunhyuk sudah menjadi gaya yang menahannya. Jiyoo seperti balon.

Bibirnya masih merasakan bibir Eunhyuk. Lelaki itu tersenyum di sela-sela ciuman mereka. Sejak ia melihat Jiyoo muncul di tepi pintu itu, Eunhyuk hanya ingin menciumnya. Sejak tadi ia berharap agar upacara ini cepat selesai. Eunhyuk menunggu puncaknya.

Ia menunggu bibir gadis itu di bibirnya. Ia menunggu memberikan napasnya untuk gadis itu. Ia menunggu Choi Jiyoo.

Ciuman itu harus berakhir. Jiyoo merasa tak rela, tapi sepertinya norma dan etika menjadi segalanya saat ini. Tangan Eunhyuk berada di punggungnya, tetap dengan tujuan untuk menopang tubuh Jiyoo.

“Kau cantik sekali,” ujar Eunhyuk.

Jiyoo menarik napas dalam-dalam. “Terima kasih.”

“Apa aku boleh meminta sesuatu darimu?” Eunhyuk tersenyum ke arah tamu.

“Apa?”

Eunhyuk menarik tubuh Jiyoo mendekat. Jiyoo terhuyung, nyaris kehilangan keseimbangan. “Aku… ingin kau mengucapkan pengakuanmu. Padaku.”

Tentu saja Jiyoo mengerti maksud lelaki itu. Cinta. Sepertinya ia memang tak pernah mengucapkan kata itu untuk Eunhyuk. Jiyoo terbiasa menerima cinta dari Eunhyuk tanpa berusaha membalasnya.

Kenapa Jiyoo tak pernah berpikir tentang itu?

“I love you, just you,” bisiknya. Jiyoo memutar tubuhnya berhadapan dengan Eunhyuk. Sambil berjinjit, Jiyoo mengecup ringan bibir lelaki itu. “Just… you.”

—–

“Kau berani sekali.”

Donghae mengajak tubuh Jiyoo berputar mengikuti alunan musik. Tubuh gadis itu terasa mungil dalam dekapannya. Ia tertawa mengingat ciuman kilat Jiyoo yang tiba-tiba.

“Kurasa aku pengantin wanita yang buruk,” gumam Jiyoo. Ia sendiri tak tahu kenapa ia melakukan itu. Berciuman di depan umum sama sekali tak pernah terlintas di pikirannya.

“Kau mengerti kan kenapa setiap di upacara pernikahan para pengantin selalu bersikap erotis?” Donghae berbisik jahil. Kakinya menjadi sasaran empuk sepatu hak tinggi Jiyoo. Ia menahan diri untuk tak berteriak. “Choi Jiyoo!”

“Sekarang kau mengerti kan kenapa setiap pengantin wanita harus mengenakan sepatu hak tinggi istimewa di pernikahan mereka?” sahut Jiyoo puas. “Itu untuk menghukum tamu-tamu menyebalkan sepertimu.”

Donghae tertawa nyaring. Lagu lain mulai diputar. Kali ini ia mendekatkan Jiyoo ke tubuhnya. Gadis kecil itu sekarang sudah menjadi lebih tinggi. Gadis kecil itu menjadi seorang pengantin. Pengantin yang cantik.

“Kau sangat bahagia.”

Jiyoo menyembunyikan wajahnya di dada Donghae. “Memang.”

“Jangan coba-coba mengotori jasku dengan menangis,” tegur Donghae. Tangannya menepuk-nepuk punggung Jiyoo. “Kau bahagia, kan?”

“Sangat…” suara Jiyoo terdengar putus-putus.

Donghae tersenyum kecil. “Kalau begitu, jangan menangis. Atau tamu-tamu di sini akan mengira aku melakukan sesuatu pada pengantin wanitanya!”

Sambil berusaha menghentikan tangisannya, Jiyoo mendongak, menatap Donghae. “Aku tidak punya siapapun kecuali kau, Lee Donghae. Juga ibumu.”

“Sekarang kau punya Hyukjae. Dan keluarganya.” Donghae mengerti akan kemana arah pembicaraan Jiyoo ini. Lelaki itu tak melihat siapapun yang dikenalnya sebagai keluarga Choi, kecuali Choi Siwon dan rombongannya. “Kau punya segalanya, semuanya. Kau dengar aku?”

Jiyoo mengangguk pelan. Pernikahannya adalah pernikahan paling indah yang pernah dihadirinya. Bukan karena Jiyoo suka membanding-bandingkan macam-macam pernikahan, tapi karena pernikahannya sendiri adalah satu-satunya pernikahan yang pernah dihadirinya.

Jiyoo tak ingin merusak kenangan ini. Ia bahagia. Semua orang, seluruh dunia harus tahu hal itu.

“Boleh aku menyela?”

Donghae dan Jiyoo menoleh bersamaan. Eunhyuk sudah berdiri, menunggu dengan tangan diulurkan ke arah Jiyoo. Lelaki itu tersenyum untuknya. Jiyoo tahu itu. Lelaki itu juga menunggunya.

“Kau sudah memonopoli Jiyoo sejak tadi, Hyuk!” omel Donghae.

Eunhyuk mengangkat bahu. “Kalau begitu, aku akan tetap memonopolinya sampai nanti, Lee Donghae. Pergilah cari gadis yang kausuka di sini. Aku mengundang banyak orang yang bisa kaupilih. Semuanya bisa kauajak berdansa, kecuali yang bernama Choi Jiyoo.”

“Aku tahu, aku tahu,” Donghae menggerutu. Ia mengusap pipi Jiyoo lembut. “Laki-laki ini adalah milikmu.”

Dengan seulas senyum tipis, Jiyoo mengamati punggung Donghae yang menghilang di kerumunan. Tentu saja Eunhyuk adalah miliknya. Sekarang Lee Hyukjae hanya miliknya. Jiyoo menatap lelaki yang menjadi miliknya saat ini.

Lagu kembali mengalun. Kali ini, Jiyoo tak ingin membuang waktu untuk bersembunyi di dekapan Eunhyuk. Ia ingin menatap kedua mata Eunhyuk, merekam setiap suara, dan merasakan helaan napas lelaki itu di dekatnya.

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Eunhyuk. Senyumnya memesona, seperti biasa.

Jiyoo mengangkat bahu. “Donghae hanya bertanya apa aku bahagia.”

“Dan jawabanmu?”

“Rahasia,” jawab Jiyoo. Ia tertawa saat Eunhyuk mendengus. “Apa kau bahagia?”

Eunhyuk menggeleng. Dengan cekatan, ia menarik Jiyoo mendekat. Eunhyuk sengaja berbisik di telinga gadis itu. “Aku sedang mencari kata lain yang melebihi kata bahagia. Apa kau punya usul?”

“Mm… entahlah,” Jiyoo menyahut santai. Satu hal penting yang ia tahu, Eunhyuk bahagia, lebih daripada dirinya. Dan itu cukup bagi Jiyoo.

“Kau sudah bercermin?”

Jiyoo tiba-tiba panik. Sejak awal dirias dan mengenakan gaunnya, ia memang tak pernah mengamati wajah dan penampilannya sendiri. “Apa? Kenapa? Apa ada yang salah?”

“Semuanya salah.” Eunhyuk menundukkan kepala untuk mengecup pipi gadis itu. “Semua orang sedang menungguku melepaskan tanganmu. Biarkan saja mereka menunggu. Aku tidak akan pernah melakukannya.”

“Apakah itu bisa kuartikan sebagai hal yang baik?” tanya Jiyoo. Ia merasakan hembusan napas dingin Eunhyuk di sekitar wajahnya.

“Mm. Sangat baik. Kau… sempurna.”

Satu-satunya hal yang sempurna bagi Jiyoo saat ini adalah lelaki itu. Eunhyuk tampak lebih dari sempurna di matanya. Dan sudahkah Jiyoo mengakui bahwa Eunhyuk terlihat tampan sekali hari ini? Jika sudah, Jiyoo tak keberatan mengulangi ucapannya.

Eunhyuk menarik Jiyoo mendekat. Wangi lilac lembut bercampur dengan aroma tubuh Jiyoo yang menyenangkan. Eunhyuk bisa bertahan hidup dengan kedua hal itu saat ini. Hangat tubuh Jiyoo membuat kulit Eunhyuk tersengat. Rasanya tak ada hal yang lebih tepat daripada pernikahan ini.

“Aku yakin sudah waktunya pengantin wanita berdansa dengan walinya,” suara angkuh itu membuat Eunhyuk memutar bola mata. Choi Siwon sudah berdiri di samping Jiyoo. Sialnya, lelaki itu tampan seperti biasanya. “May I?”

Mau tak mau, Eunhyuk melepaskan tangan Jiyoo. “Satu lagu. Tidak lebih.”

Jiyoo menahan senyum melihat Eunhyuk terpaksa mengalah. Pandangannya tak lepas dari lelaki itu walaupun Eunhyuk sudah mundur ke pinggir lantai dansa. Jiyoo merasa terancam sekaligus tergoda dengan tatapan protektif Eunhyuk untuknya.

“Dia sangat kesal,” komentar Siwon pendek.

“Kurasa juga begitu,” Jiyoo terkekeh pelan. “Gedungnya, altarnya, semuanya indah sekali. Terima kasih.”

Siwon memutar tubuh Jiyoo sebelum membuatnya lebih dekat. “Semuanya cocok untukmu, adik manis. Maaf, seharusnya aku menemui jauh sebelum Eunhyuk mendatangiku.”

Senyuman Jiyoo terkulum samar. Ia mengingat cerita Donghae tentang usaha Eunhyuk menemukan ayahnya. Alih-alih menemukan ayah, Eunhyuk bertemu dengan Choi Siwon. Jiyoo cukup berhutang budi pada lelaki itu karena bersedia menjadi wali pernikahannya.

“Dia laki-laki yang lumayan,” ujar Siwon. Jiyoo mengerutkan kening. Sepertinya kalimat Siwon itu ditujukan sebagai pujian, tapi mungkin begitulah cara keluarga Choi mengungkapkan sesuatu. “Walaupun dia tidak suka, dia tetap memintaku menjadi bagian dari pernikahan ini.”

Jiyoo terkesiap. Ia nyaris menginjak kaki Siwon. “Dia? Eunhyuk?”

“Mm. Dia bilang kau pasti ingin mendapat dukungan keluarga. Sebenarnya dia ingin sekali menemukan paman agar bisa mendampingimu di altar, tapi hanya aku yang ada di hadapannya, jadi dia minta aku menjadi walimu,” jelas Siwon tenang. Sepertinya baru kemarin Eunhyuk meminta, sambil menekan rasa frustasi dan harga dirinya, agar Siwon bersedia menjadi wali untuk Jiyoo.

Ini kali pertama Jiyoo mendengar cerita semacam itu. Jadi bukan Siwon yang menawarkan diri, seperti yang diceritakan Eunhyuk. Lelaki itulah yang mengusahakan semua hal untuknya.

Jiyoo menggigit bibir bawahnya. Walaupun Eunhyuk tak pernah suka pada Choi Siwon, lelaki itu tetap meminta hal yang seharusnya tak perlu dilakukannya.

“Sudah selesai.”

Eunhyuk berdiri di depan Jiyoo, menjadi penghalang antar dirinya dan Siwon. Sepertinya satu lagu tadi benar-benar menyiksa lelaki itu. Kedua matanya menyipit, menatap tajam Choi Siwon.

“Kebetulan sekali. Ada yang harus kubicarakan dengan kalian berdua,” ujar Siwon. Senyuman terbingkai sempurna di wajah porselennya. “Aku punya hadiah.”

—–

Menyebalkan.

Lelaki bernama Choi Siwon itu memang menyebalkan. Seharusnya ini pernikahan Eunhyuk dan Jiyoo. Seharusnya mereka berdua-lah yang menjadi bintang utamanya. Seharusnya demikian.

Lalu kenapa Choi Siwon bertingkah seolah-olah dirinya yang mengatur segala hal?!

Eunhyuk memerhatikan cara Siwon berdiri. Sangat arogan. Angkuh. Tak perlu detik kedua untuk memastikan Eunhyuk tak pernah menyukai lelaki itu.

“Hadiah macam apa yang ingin kauberikan? Jiyoo sudah punya semua hadiah yang bisa didapatkannya malam ini,” tukas Eunhyuk. Ia tak ingin berada di ruangan yang sama lagi dengan Siwon.

Siwon tersenyum, hanya pada Jiyoo. Eunhyuk mulai muak melihat lelaki itu. “Rumah baru. Di Seoul, dekat dengan kampus Jiyoo. Dua lantai, tiga kamar. Dan… taman bunga yang luas untuk Jiyoo.”

Eunhyuk mendengus. Hadiah untuk kalian atau hadiah untuk Jiyoo?

“Terima kasih.” Jiyoo membaca raut wajah Eunhyuk.

“Dan tiket bulan madu, ke Paris.”

Perhatian Eunhyuk teralihkan. Ia menatap Siwon lekat-lekat. Paris adalah kota kesukaannya. Semuanya akan sempurna jika ia bisa menghabiskan waktu bersama Jiyoo di kota itu.

“Kau serius?” ulang Eunhyuk.

Siwon mengangkat bahu. Jiyoo hanya menatap kedua lelaki itu bergantian.

“Tentu saja aku punya permintaan.” Siwon berkata tepat di hadapan Eunhyuk. “Aku tahu kalian sudah menikah sekarang, tapi kau juga harus tahu, Jiyoo masih berusia 20 tahun. Dia masih harus kuliah, dia tidak perlu bekerja di perusahaanmu lagi jika perlu.”

“Oh, tentu saja perlu. Jiyoo berkompeten untuk bisa bekerja di sana, jadi kurasa tidak ada hubungannya dengan usia dan kebutuhan Jiyoo untuk kuliah,” tandas Eunhyuk. Ia mulai tak suka dengan arah pembicaraan Siwon. “Dia akan tetap tinggal bersamaku, di rumahku dan bekerja di–“

“Intinya,” potong Siwon, “aku tidak mau kau melakukan hal yang tidak bertanggung jawab pada Jiyoo.”

“Apa!?”

Siwon memiringkan kepalanya. Kedua maniknya mengamati Eunhyuk dari atas hingga ke bawah. Eunhyuk benci tatapan menilai seperti itu.

“Jangan sentuh Jiyoo.” Siwon mengangkat dagu, tampak menantang. “Setidaknya sampai dia bertemu dengan seluruh keluarga Choi yang ada. Mungkin kau tahu kalau aku menjalankan perusahaan, dan seharusnya kau juga tahu Jiyoo akan bergabung denganku suatu saat nanti.

“Untuk itu, aku ingin pernikahan ini dirahasiakan dari keluarga kami. Keluarga Choi tidak akan suka jika gadis yang paling bungsu di keluarga ini ternyata sudah menikah. Status Jiyoo sangat dijaga oleh kami.”

Eunhyuk mendengus. “Keluarga macam apa keluarga kalian itu?!” Ia melirik Jiyoo, “Maaf, Yoo.”

“Keluarga Choi kami adalah keluarga yang mementingkan status anggotanya. Usia yang pantas untuk menikah dalam keluarga kami adalah 23 tahun untuk wanita dan 28 tahun untuk pria. Semuanya berjalan seperti itu.”

“Lalu kenapa kau… setuju dengan pernikahan ini?” tanya Jiyoo. Tangannya menggenggam lengan Eunhyuk dengan erat.

Siwon maju selangkah, berdiri di depan Jiyoo. Ia menyentuh helaian rambut hitam gadis itu. “Karena kau pantas mendapatkan hal yang berbeda. Kau istimewa bagiku. Paman juga menitipkanmu padaku, jadi aku hanya ingin kau mendapatkan sesuatu yang istimewa.”

“Kau ingin aku tidak menyentuh Jiyoo, kan? Hanya itu?” Eunhyuk tahu bukan ini yang diinginkannya. Bahkan jika dipikir ulang, ia tak perlu melakukannya. Keluarga yang sejak tadi disebut-sebut Siwon sama sekali bukan keluarga yang sama yang dimiliki Jiyoo.

Keluarga itu tak pernah ada saat Jiyoo membutuhkannya. Eunhyuk tak ingin membuat Jiyoo terikat dengan keluarga semacam itu. Tapi, perlu diakui, jawaban Siwon agak menyentuh hatinya.

Setidaknya masih ada orang yang peduli pada Jiyoo. Ada lelaki lain selain Donghae dan dirinya yang memikirkan Jiyoo seperti itu. Eunhyuk tak mungkin membenci orang yang peduli pada Jiyoo.

“Ya. Tidak ada kontak fisik yang intim, ehm… kau pasti mengerti maksudku,” Siwon berdeham sambil menutup mulut dengan salah satu tangannya. “Tidak ada ‘bulan madu’ yang seharusnya.”

===============TBC================

Err… I’d thought about this story-line for a long time. xD

No NC for the next chapter(s), maybe I’ll put it in the unpredictable chapter. You can wait, but I’ll be grateful if you’re not only waiting the NC but also the story. ^^

I’ll be glad if you really enjoy this story w/ or w/o NC scene.

Thanks! ^-^

ps: HAPPY BIRTHDAY MOTHER~ :*

131 thoughts on “Marry Yoo! [5th Step]

  1. kereeeenn, makin pelik aj ni konflik.. @.@
    siwoonnn, kenapa harus begituuu..
    ribet banget dikau bang.. #dangdutan #diinjekauthor
    lanjut ya thoorr..
    :3
    #bow

  2. Hyuk lucu waktu dia gasuka sama siwon hahaha
    Yessss cuma hyuk yg bisa bikin yoo seneng 😀 dan jiyoo cinta sama hyuk wuawuawua
    Lah ko nikah sampe ke california *benergasih*???
    Dan itu eunhyuk langsung seneng pas denger kata paris, dia seneng ke parisnya apa karena gratis nih hihihi siwon apa bgt -_-
    Yasudah saya tunggu next story nya bukan nc-nya karena saya blm cukup umur wuahaha

  3. aaaaah romantis banget *A*
    ngebayangin hyuk disini sumpaaaah perfect bangeet.
    abang siwon kok gitu sih ganggu kebahagiaan orang aja.
    aaaaaaah hyukjaaaaaae ;~~~;

  4. /tendang siwon/
    saengil chukae ahjumma… \(^o^)/ mikicih udh melahirkan the one & only my lovely bullied sister ke dunia.. :***

  5. Yeaayy nikah juga ini jihyuk!! Chukhae!!! Aigooo bukab bulan madu yang seharusnya? Kasihanlah hyukjae kkkk
    Part berikutnya ditunggu eon, gimana sih (bukan) bulan madu nya jihyuk hohoho >·< fighting!!

  6. hyukjae sekalinya kekanakan,bkin panas dingin
    Lg mikir bisa se sweet apalagi dia
    Yah siwon klo gt mreka gk bsa pnya anak dlu dong
    Aturan mcam ap itu
    Bru publish dan aku lngsng mnta lnjutanya sgera y hehe

  7. chukkae choi jiyoo eonnie. akhirnya cita-cita eonnie jadi nyonya lee kesampaian juga kkk~
    sumpah ini pernikahan tersosweeeeeeeeeet yang pernah aku baca. udah dadakan, mana hyukjae-nya sangaaaaat romantissss. kurang apa cobaaaa~
    aduh, jadi pengen punya suami kayak hyukjae nanti *plak
    itu itu, donghae nggak sama siapa-siapa kan, eon. boleeeh dong saya daftar buat jadi calon istrinya *eh
    siwon mah kok gitu amat sih ngasih syarat ke jihyuk. gimana mereka mau bikin baby dan muncul hyukjae junior kalau nggak boleh nyentuh, mereka kan udah nikah jadi berhak dong *yadong beraksi*
    pokoknya part ini romaantissssssss, eonnie. aku mupeng bacanya aaaaaaaa
    cuman scene kisseu-nya kurang lama tau *plak
    oke, kayaknya komennya udah panjang. aku tunggu chapter selanjutnya eon. fighting!!~~
    sekali lagi CHUKKAEYO, JIHYUK!!!~ semoga pernikahan kalian aweeet sampai kakek nenek. amin 🙂

    PS : eon, followback aku ya di twitter. unameku @fabiola_lina. gomawo *bow*

    • TERIMA KASYIIIIHH~~~ :*
      tapi ngomong-ngomong, cita-cita saya bukan jadi nyonya lee.
      cita-cita terpendam saya adalah menjadi seonggok batu, dieeeemm aja gak ngapa2in, gak ada beban. xD
      Fighting! Makasihh syuda baca yaa~ ^-^

  8. i am going to marry yoo .. ini bener2 favorit kata2nya ….
    and now you two just married …..
    ternyata lee hyukjae bisa marah juga … hahaha… sweet bgt sih berantemnya …

    choi siwon …. he is my last bias in super junior (sorry) and you give him this character????
    kenapa lee hyukjae gak boleh sentuh jiyooo
    no no not bcoz i want the nc…
    saya udah gak sabar keluarnya anak merekaaa…..paling cinta deh kalo hyukjae jadi appa

  9. demen dah pas ada masalah antara hyuk ama yoo ky bocah… Gara2 cemburu wkwkwk

    Dan yuhu akhirnya udah married jg…
    Dan itu kenapa dah si siwon masa hyuk gk boleh nyentuh yoo?
    Kan akyu mw buru2 jihyuk pnya baby
    #plakk
    Hahaha
    Lanjutkan segeraaaaa

  10. *pingsan* *bangunlagi* *tepuk tangan*
    chukkae…. 😀
    #bingung mau comment…
    Hae..?? kapan kau menikahiku..??? #plakk..

  11. senangnya mreka slalu bsa damai stelah tengkar gaje..
    eunhyuk emg childish tp cuma seorang lee hyukjae yg pntas utk seorang choi jiyoo..
    mereka ttp maniz sampe akhr..

    sumpah aq g suka sma choi siwon..
    dy seenaknya bgd sma jihyuk..
    ter-la-lu..
    aq setuju sama pemikiran eunhyuk soal siwon..
    ckckck
    perusak suasana..
    #dhajar siwonest

    aq tnggu next storynya dg jihyuk yg ud berumahtngga dan makin maniz..
    like this story..
    ^^

    • Aiihh~ komenmu sosuit sekaliii.. >//<
      Terima kasyihh~ ^-^
      Eii.. jangan gak suka dong ama siwon, dia sayang juga kok sama jiyoo. :'3
      Makasihh syuda baca yaa~ ^-^

  12. Ya Tuhan…
    Demi apapun ini FF KECE BADAI TOPAN TORNADO BANJIR BANDANG GEMPA TSUNAMI Aishhh..
    Romantis pake bangett sesuai permintaanku 😀
    Eunhyukk aaah kau harus bertanggung jawab telah membuat hatiku tak dapat berpaling darimu -___-

    Itu… itu pertengkarannya dahsyat banget ngebuat aku guling-guling loh, Nyuk kok gitu sih? Cemburu sih cemburu tapi gak segitunya juga kaliiii ==” sempat mikir pernikhannya jadi atw gak ya.

    Intinya adalah Part ini benar-benar memuaskan. Senang, gembira, Happy dihari ini bertambah dengan membaca FF Jihyuk yang super duper Sweeet.

    Untuk MAMA Kaksel “HAPPY BIRTHDAY”. Proud mother of a child who has a romance in a post, and children who are good in determining the flow of a story ^-^

    • Ebusseeeett~ Bencana alam semua yak itu? xD
      Yah… aku anggep positip aja yah bencana alamnya. Hahaha~ xDD
      Normalnya, kenyataannya, memang susah berpaling dari Lee Hyukjae kok. :’3

      Hehehe~ Makasihh ucapannya. Nanti disampein ke mamah. ^-^ ❤
      Makasih juga syuda baca yaa~ :*

  13. om0o akhirnyaa nikaah jugaa, selamatt bt jihyuk..!! 🙂 pernikahan yg maniss,!!
    .ff ini bner” tenang tp ngenaa bgt tiap m0mentnya bikin q senyum” geje bayangin hyuk jd suami gw…haha#dtendangyoo
    tapii sumpaah deh pdahal yaa blm ad k0nflik yg terlalu berat dff ini tp uda bisa bt saiia terkesimaaa ma ceritanya…hhoho#lebai
    bt shella semangatt terus bt nulis,!! 🙂

    p.s:mv yaa k0mentq supeer panjang pembalasan dri kmren q k0ment g msuk”,,sem0ga skrg bisa masuk.AMIN

  14. Keren bgd eon,, aku suka adegan pas jiyoo nyatain persaannya ke eunhyuk, manis bgd..
    Tapi sayang siwonnya ngajuin perintahnya kaya gitu, ahh menganggu ajjah nih,, hehe
    tapi tetep keren eonnie:)

  15. akh,,,,,choi siwon dirimu benar2 menyebalkan!!!akhirnya poo-yoo marit jg…pengen tau gmn bulan madu mereka tanpa ‘bulan madu’,,,,wkwkwkwkkkk…..
    Oh ya munculin donk pasangannya hae,,kasian tuh ikan,sndiri mlulu….
    Next part…oh ya bakal ada nc kah ni ff?

  16. Keren eon
    lucu liat si hyuk jealous #plak
    tpo aku kq pnya feeling kluarga choi nnti bkal bkin mslah ya #sotoy
    hahaha btw dtggu part slnjtnya ya eon
    fighting !!

  17. demi semua monyet yang suka makan pisang (?) !!!!!!! enyuk si raja monyet romantis bangeeeeeeet~
    yaholoohh ih .. pengen cakarcakar sesuatu yg bs dicakar (?) jadinya .—.
    uhuwaaang~ how lucky yooo is 😉
    yg aku suka dri ff shel itu perkembangannyaa ..
    dri mulai yg iyuh (?) sma enyuk smpe mulai dugdugdug (??) dan meledak itu step by step dan rapi bin mulus 😀
    my fav author as always foreveeeer :*

    bagian favorit pas hyuk dateng trus yoo bilang kangen . awwwwww~
    too romantic~ *fly*
    bagian favorit kedua pas yoo cium balik hyuk d altar !! *gatau knp sneng bgt klw ada adegan cw cium balik cowo xD*
    bagian favorit ketiga pas dansa bareng hae .. suka karakter donghae ! banget ! disini ! :3
    such a sweet bestfriend 😀
    aaanggg~ brati chap dpn bulan madu yg bukan “bulan madu” sbnernya ? *blepotan*
    aseeek , lanjhuuuuttt :”DDD

    • Aiiiihhh~~ Terima kasihh.. bikin nge-fly aja nihh.. ;~;
      Terharu juja.. hehe~
      Aku juga suka banget ama karakter donghae. Kayanya perfect banget dia sebagai temen hyuk ama yoo. Hohoho~ peran yang sesuai buat lee donghae. xD
      Lanjuuutt~ Makasihh syuda baca yaa.. :*

  18. Akhirnya, aku nikah juga. Uuppps salah, maksud aku jiyoo and hyukjae.
    Aaaaaa, kenapa sweat banget sih? Aku suka tuh sama bagian pas hyuk peluk yoo dari belakang pas melihat gedung yang ditunjukin siwo, itu romntis banget, jauh lebih romantis dibanding pas dansa. Untuk abang ongek, kalau belom ada pasangan, aku bisa kok nemenin,, #dikroyokelfishi
    author…….. Lanjuuuuuuuut

  19. Akhirnya nikah juga. . *keprok2*
    tpi itu apa maksudnya siwon . . eunhyuk ga bleh nyentuh jiyoo. . iish. aq emang ga terlalu suka tuan muda siwon. .
    eh. . eh. . klu ada nc minta pw nya dmn thor?

  20. I really really enjoy this story line eonni…
    it’s so unpredictable, make me soooo curious about the next chap
    nan jeongmal jhoaaa…finally they married huaaaa XD
    msi pnsaran apa role siwon sbnarnya disini, as a third person kah? or something bad?? I hope not 🙂 and for lee donghae, still single haha…#kode# #sodorin diri# kkekeke…
    aaaahhh can’t wait for the next chap,,gidarilkkeyo eonni 😀

    • Hehehe~ glad to know that dear.. :*
      Role siwon… masih belom jelas sih mau dijadiin apa, yang jelas bukan orang ketiga. Buat sekarang belom ada orang ketiga di antara jihyuk. 😉
      Lee Donghae… masih betah dianggurin lah~ xD
      Makasihh syuda baca dan nunggu, sayaaangs.. ^-^

  21. finally jihyuk’s wedding!! >,<
    udah gak ngerti lagi jihyuk knp so sweet bgt selalu guling guling kalo baca ff kamu bebs. dan pas hyuk jealous sama siwon itu kocak bgt apalagi pas part "hadia untuk kalian, atau untuk jiyoo?" sambil ngebayangin muka nya hyuk wkwkwk.
    happy wedding ya jihyuk, semoga kalian cepet dapet momongan (?)

    • Beb, sebenernya aku gak ada ngebayangin muka hyuk pas jeles ama won, karna kamu aku jadi ngebayangin juga.
      Dan ngakak. xDD
      Iyaah. Maacih doanya bebebs. :*

  22. Okay, I really want to read the next chapter, as soon as possible~ keep writing! You have perfect way to write this story ^-^

  23. demi apapun baru sempet komen >.<
    aaaa belum bacaaa ~
    tapi yang step 1-4 udah bacaaa, ish sukaa

    hehe disini nikah yaaaa cieeee 😀
    aaa jihyukk aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa xD
    #okehefekUTS

  24. Weiitsss….
    Choi siwon cucok deh arogant banget..
    Nah hlo eunhyuk yg sabar ya. Banyak2 tawakal sama puasa deh. Hahahaha
    ih keluarga choi punya aturan yang aneh deh…

  25. Annyeong Jiyoo~ssi, Rhysma Imnida.
    Aku udah lama tau wp kamu dan sering baca, tapi aku ga pernah komen
    JiHyuk, salah satu couple Favorit slaen KyuNa, HaeGa, TeuKyo, ama MinChul di 2060 nya Hyena Eonnie.
    Marry Yoo, ff yg aku tunggu2.
    suka ama penggambaran kamu, gimana perasaan Hyuk yg tergila2 ama Jiyoo
    Di wp ini, Hyuk jauh dari kesan yadong.
    kamu berhasil bikin image Hyuk ga jelek.

    Aku ga suka ama Choi Siwon disini, kaya nya punya maksud tersembunyi.
    Tapi aku suka gimana Hyuk udah nyiapin smuanya buat jiyoo *harus nya komen di part 1 ato part 2*

    Aku tunggu part selanjut nya 🙂

  26. sheeell ,
    Selalu !!
    Qm slalu jago ngrngkai kata2 bt ngbngun entah it krakter ato kejadian .
    Jadi , qt readr seolah ikt ngrti sm apa yg drasain sm kraktr yg qm bt.
    Te.o.pe. bngt dah qm 🙂
    Kreeen … 🙂
    Dan st pesn bt qm , jgn bkin hyuk jablay (?) trlalu lm , ntr kbru dambil orng loh ~kekekeke
    Next NCx dtnggu ye 🙂 *teteeep ngrep NC*

  27. Semakin nggak bisa nebak alurnyaaa >_< kalau liat kata" siwon sih kayaknya baik bgt itu keluarga choi, tap begitu flashback kebelakang, keluarga jiyoo berasa lenyap semua -______-
    next chapter ditunggu~

  28. astaga si hyukjae mkn manis aj nih,…
    untung gk ad semut yg gigit 2h,.. ‘abaikan’
    wah si daehyun tambah eksis aj 2h,..
    ckckc,..
    hae, ikan nemo satu ini emang jd best friend forever deh,..
    waduh2 knpa siwon ngelarang2 gitu,..
    pdhl cm sepupu jauh,…
    mn tahan lee hyuk jae gk nyentuh jiyoo,..
    ckckc,.. 🙂
    d’tunggu lanjutanny,..
    fighting,.. 🙂

  29. selalu suka ma ni couple.,.,

    (mian sbenrny bcany udh tpi blm smpet komen,jdi komn bru skrng…)

    di tnguuuu part selanjutnya…!

  30. Omo~ omo~ omO
    udh mau wedding kenapa brtengkar gr2 msalah kecil, euugghh… 😀
    chapter ini udh mulai keliatan rivalty unyuk ma siwon..
    Bakal ketemu sama ayah kandungnya ga ya si jiyoo??
    Jadi penasaran bakal gimana di next chapter.
    I’ll be waiting banget loohh 😀
    Terus kenapa hae cuman sekilas2??
    klo misalnya ada cerita dikit tntang dy yg jatuh cinta ma cew seru kali ya 😀
    cuma pendapat sih 🙂

  31. jihyuk nikah..aigoo chukkae chukkae*jabat tangan*
    buahahahaha..hyuk yaelahh sensi banget sih ama choi masi,calm down oppa

    aisshh kenapa hyukjae makin hari makin manis aja*colek*
    marahan ala jihyuk lucu ya..sama2 egois,tapi tetep manis
    untung marahnya cuma bentar..

    choi masi cari gara2..kenapa ga boleh ‘honeymoon beneran’
    kan udah sah,bener kan hyuk*lirik hyukjae*cari dukungan*

    • Hahahaha~~~ Makasih makasihh. xD
      Kan biar masi bisa makin eksis disinii, jadi dia berusaha tetep nongol disini. Hoho~
      makasihh syuda baca yaa~ ^-^

  32. yak yak yak kenapa siwon begitu menyebalkan disini *dijitaksiwon*
    tapi lucu juga hyuk kalo cemburu ke siwon haphaphap
    waah bagaimana nasib jihyuk slanjutnya???

  33. awalny romantis bgt apalagi pas mau nikahnya .
    tapi tapi bang kuda jahat, kayanya mau baikin jiyoo buat hartany dari ayah jiyoo .
    hahaha sotoynya saya mian ._.v

  34. Haa onni akhirnya mereka nikah juga hehe
    Ini kayaknya satu-satunya ff buatan onni yg konfliknya paling dikit deh haha, disini romancenya banyak banget onn ^_^
    Hee kl gak ada ‘bulan madu’ beneran brarti ngapain siwon kasih tiket honeymoon haha
    Wuhuu siap nih onn dibikin NC buat jihyuk hehe
    Gatau kenapa aku suka banget sama donghae eunhyuk disini onn, beruntung banget jiyoo punya 2 pria kayak gitu haaaa hahaha
    Ditunggu 6th stepnya onn!! 😀

  35. huwooooooooooo~
    akhirnya menikah juga pasangan kece ini (?) kekeke
    suka banget karena yoo nya udah mulai jujur *atau bahkan terlalu jujur?* ahaha
    aduh plislah donghaenya cool sangat sangat~
    entah kenapa aku tiba tiba suka ama daehyun nya *loh?* haha
    aku sependapat nih ama hyukjae, keluarga seperti apa sih keluarga choi itu ?
    sedih pas bagian yang biasanya nangis2 kan keluarga perempuannya, ini keluarga prianya karena apa? karena pada nyatanya yoo ngga didampingi mamah ataupun papah nya T-T
    hyukjae sok banget! kaya kuat aja ngga nyentuh yoo hahahaha, menderita pasti~
    scene kiss kiss nya sesuatu banget, ayolaaaaah yoo masa iya nyium hyukjae depan altar… malu ihhh >///< haha
    kayanya aku menanti seseorang yang bisa menemani donghae disini.
    aaaaah udah aku gatau mau bilang apa lagi, fighting she! xD

  36. tes! tes! wanita cantik, imut, mempesona, rajin menabung dan pintar berselingkuh (?) mau komeeen~~~!! XD
    telat sih ya tapi ga apa2 lah dari pada jadi penguntit yang cuma baca dan tidak menampakkan diri *uhuk!* #asiknyindir hahhaha
    jadi komennya apa ya? aq juga ga tau -___- baca ini udah dari seminggu yang lalu dan baru sempet nongol lagi, dan aq lupa mau ngomentarin apaan .__. *duagh*
    initinya sih komen aq tidak memliki inti apa-apa. hahah *tabok aja shel tabok! pake……. bibir yoseob :3

    *ngilang

  37. acara pernikahan yg indah….
    jd pengen.. #ngayal
    n knp siwon begitu? bingung ma jln pikiran’y…
    lgsung k next part, hehehe

  38. Kyaaa…. Sweet banget (´⌣`ʃƪ) ♡
    Brasa lg nntn drama romantissss….
    Whoooa, ada nae oppa! Siwon oppa, bs ga sih biasa aja sama hyukjae oppa. Aigoooo….
    Ga brhenti senyam senyum. (´⌣`ʃƪ) ♡

  39. Aaaaa kemumculan siwon bikin Hyuk frustasi :D. Tapi setidak sukanya Hyuk sma Siwon dia tetap memilih Siwon menjadi pendamping Yoo.. Uuuuuu how Sweet boy :). Donghae pasti kecewa tapi dia juga pasti mengerti…. Makin sukaaaaaaaa….

  40. Gantengnya Hyukjae, cantinya Jiyoo, mempesonanya Donghae, sama angkuhnya Siwon asli semua berasa bgt.
    Dan apa itu mereka udah manis2 gtu, ga ada bulan madu bnrnya, bukan soal nc-nya tp ttg romantisme mereka… Wakkaakak.
    Pernikahan yg manis. I love you, just you. #cium hyukjae

  41. ckckckck… aku yakin tuh si hyukjae kesel smpe ke ubun2 sm kelakuan siwon. masa iya ga boleh nyentuh istri sendiri cm gara2 umurnya baru 20..
    sabar yah Hyuk oppa… orang sabar disayang ALLah..

    trus Donghae oppa gmn?? ga da githu kisah cintanya di epep ini..*Ngarep

    Lanjutttttttt

  42. kyaaa akhirnya jiyoo nyatain cintaanyaaa>.<
    knpa tu siwon oppa?bru nongol kok langsung kyak gituu siiihh
    ciee yg udah nikah kkk~

  43. Chukkae eonni jiyoo..! *tabur bunga..
    Hahah mau getok siwon dulu.. Ah siwonsiii kaga tau tah kapasitas pemikiran otak lee hyuk jae..?? Bikin peraturan yg seperti itu sama aja menyiksa dia hahah *parisgagal.

    Hmm masih janggal sama cinta.a jiyoo?? Tapi memang seperti.a tulus. Tapi donghae rela kah dia.. Sahabat itu susah untuk di pilih.. Bagaimana pun dia bagian hidup dari kita bukan haha..
    Chukkae… *booow

    sayang eunhyuk

  44. eunhyuk sempet cemburu tadi.. hihihi..
    Wuiihh.. Aturan keluarga choi ketat sekali.. Hyukjae harap bersabar yaaaa.. Hahahahaha… 😀

  45. siwon kenapa disini kau bertingkah sangat menyebalkan. sudah hyuk jangan dengarkan apa kata siwon yang berkuasa atas diri jiyoo saat inikan cuma kamu ngenggg /tawa setan/

  46. Hadeuuuh…bang siwon ku,plis deh…masa’ pengantin baru gk boleh…tiiiiit…*sensor*
    egois nih,sbenarnya yg suaminya jiyoo tuh eunhyuk bukan sih?knpa yg banyak ngatur itu keluarga choi?
    iy,bner kata eunhyuk,keluarga yg mna?bukannya slama ini jiyoo hidup sndiri??

  47. Omooooo,, yakkkkk !!! Choi siwon !!!!!! Jgn ganggu bulan madu mrekaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!!!!!
    Huaaaaaaaa kasian hyukjae,, oppa sbar ne,,, ˆ⌣ˆ

    Eonnnnnniiii seru seru seru seruuuuu
    Lanjut baca Ɣå媪 eonnnn,, papapapapapiiiiiii

  48. Lee hyukjae so sweeet astagaaa laki-laki gentle banget waw waw waw .. Aaaaaa siwon oppa jangan jd pengacau di sini ga ngerti sama posisi siwon oppa sebenernya sebagai apa ? Kenapa kesannya over protektive yaaa ??? Hahahaaa tapi tetep so cool siwon oppa 🙂

  49. She, Poo…Poo…kenapa Poo bisa menggemaskan kayak gitu kalo lagi cemburu?? Aaahhh aku mau dicemburuin kayak gituuu hahay

    EunSiHae is in the house!! Yes, I’m waiting for a whole story 😀

    Makasih, She~

Leave a reply to Ayunie CLOUDsweetJewel Cancel reply