Purple & You [Sembilan]

 ***

Aku, Lee Hyukjae, memilih untuk selalu berada dalam lintasanku..

Berotasi. Berputar hanya di sekeliling Choi Jiyoo.

Aku, Lee Hyukjae, memilih Choi Jiyoo untuk tetap berada dalam gaya gravitasiku..

Tertahan olehku. Dan selalu kembali padaku.

=================================

7:12 PM

 Langit kota Paris terlihat masih terang melalui jendela kamar Lee Hyukjae. Walaupun begitu, lampu-lampu jalan sudah dinyalakan. Eunhyuk mengabaikan semua itu. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

Eunhyuk melepaskan untaian kalung yang mengelilingi lehernya. Sebuah cincin putih yang menjadi bandulnya membuat jantung Eunhyuk berdenyut perih. Ia sangat ingin menemui Jiyoo, membujuk gadis itu untuk… untuk apa?

Lelaki itu mengembuskan napas panjang. Jika ia bertemu lagi dengan Jiyoo, apa yang bisa dikatakannya?

Eunhyuk tak tahu. Ia benar-benar tak tahu. Apakah masalahnya akan selesai walaupun ia sudah memperjelas perasaannya sendiri pada Song Eunhee? Eunhyuk tahu satu hal; walaupun ia sudah melakukan itu, ia tak bisa benar-benar mengerti perasaannya.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kurasa aku bisa sedikit membantumu,” Eunhyuk mengangkat wajah. Ia menemukan Kyuhyun menarik kursi di sampingnya.

Kyuhyun tak mendapat jawaban antusias dari Eunhyuk. Hal itu menegaskan bahwa lelaki itu benar-benar sedang putus asa –atau memang beginikah sikapnya jika sedang bermasalah dengan Choi Jiyoo-nya?

Sepertinya pikiran itu tidak benar. Eunhyuk bukan tipe lelaki yang mudah menyerah seperti ini; kecuali jika berkaitan dengan Choi Jiyoo.

“Kami sudah selesai,” bisik Eunhyuk pelan.

Kyuhyun mengangkat alisnya kemudian menarik napas panjang. “Lalu kenapa? Kalau dia bilang selesai, memangnya itu artinya benar-benar selesai?”

“Dia yang minta aku menyelesaikannya. Jadi secara teknis, akulah yang menyelesaikan hubungan ini,” Eunhyuk tersenyum samar. Otot bibirnya masih bisa bekerja walaupun harus dengan tenaga ekstra.

“Wah.. hebat juga ya, Choi Jiyoo itu,” gumam Kyuhyun. “Tapi memangnya kau percaya ini yang diinginkan gadis kecil itu?”

“Tentu saja tidak,” jawaban Eunhyuk membuat Kyuhyun hendak tersenyum puas. “Setidaknya itu yang sempat kupikirkan. Dia tidak mungkin menginginkan ini.. tapi dia menangis di depanku, memintaku supaya mengabulkan permohonannya yang satu ini.”

Kyuhyun melongo. “Dia benar-benar hebat.”

Eunhyuk tersenyum kecil. Tentu saja. Tak ada gadis yang sehebat Choi Jiyoo-nya ini.

“Tapi kurasa.. mungkin justru dia yang lebih menderita,” sahut Kyuhyun pendek.

Eunhyuk mengatupkan bibir. Itulah yang dipikirkannya juga. Jiyoo memutuskan sesuatu yang akan membuat dirinya sendiri menderita. Eunhyuk tak tahu lagi apa yang ada dalam kepala gadis itu.

Kyuhyun melirik Eunhyuk sesaat sebelum mengangkat bahu. “Kau tahu itu, kan? Lalu kenapa lagi?”

“Kalau, ini hanya kalau, aku menemuinya, bicara padanya, memintanya melupakan permohonan bodohnya tadi pagi, apa kaupikir dia tidak akan lebih menderita?” ucapan Eunhyuk dibalas dengan tatapan heran dari Kyuhyun.

Sekalipun Eunhyuk berhasil menemui Jiyoo, dengan kejelasan soal hati atau perasaan atau apapun yang dianggap Jiyoo sebagai masalah, apa gadis itu akan menerimanya begitu saja?

Bagaimana jika seandainya Jiyoo akan terus ragu pada Eunhyuk?

Bagaimana jika seandainya gadis itu benar-benar ingin memutuskan segala hubungan yang berkaitan dengan Eunhyuk?

Bagaimana jika.. bagaimana jika.. dan bagaimana jika lainnya sedang berputar-putar dalam kepala Eunhyuk saat ini. Hanya menunggu waktu, dan Eunhyuk akan sepenuhnya gila secara permanen –dan harfiah.

“Kenapa kau terlalu banyak berpikir?” keluh Kyuhyun. Lelaki itu mengeluarkan ponsel hitamnya dari dalam saku. “Aku punya nama hotel tempat Jiyoo menginap. Kau mau ke sana?”

Eunhyuk mendongak, menatap Kyuhyun dengan pandangan heran. “Bagaimana kau bisa tahu? Apa kau memang tahu sejak awal kalau Jiyoo ke Paris?”

“Tch~ memangnya kaupikir siapa pacarnya, ha? Aku bertanya pada Hyori. Dia memang tidak tahu di mana hotelnya, tapi Jonghyun-i tahu,” sahut Kyuhyun tenang. Melihat raut wajah Eunhyuk yang terkejut, ia menjelaskan, “Jiyoo ke Paris bersama Jonghyun.. dan Kang Minhyuk.”

—-

Kang Minhyuk memandangi Jiyoo yang meringkuk di balik selimut tebalnya. Dengan kedua mata yang bengkak, akhirnya gadis itu tertidur. Sebuah akhir yang menenangkan, bagi Minhyuk. Ia tak pernah melihat seorang gadis sekacau itu.

Choi Jiyoo menangis; dalam hal ini, benar-benar menangis. Gadis itu bahkan tak berusaha untuk menghentikan tangisannya. Minhyuk panik setengah mati. Dengan tangisan Jiyoo yang seperti itu, Minhyuk tak heran jika ia mengerti rasanya tercabik-cabik.

Lelaki itu merasa luar biasa lega saat mendengar napas Jiyoo yang teratur. Jiyoo tertidur. Minhyuk tak terkejut, hari ini memang melelahkan untuk gadis itu.

Minhyuk menarik selimut Jiyoo agar menutupi leher. Ia memutar bola mata. “Tidurlah. Lupakan semua yang terjadi hari ini..”

“Bagaimana dia bisa melupakannya? Kalau seorang gadis sudah patah hati, dia tidak akan bisa melupakannya, setidaknya dalam waktu semalam,” Jonghyun bersandar di tepi pintu, mengamati lelaki yang lebih muda darinya itu sedang mendekatkan wajahnya ke arah Jiyoo.

“Hyung..” panggilnya. Minhyuk bangkit dan melewati Jonghyun menuju sofa.

Jonghyun merebahkan tubuhnya di samping Minhyuk. “Apa sudah selesai? Tujuanmu sudah tercapai, kan?”

“Apa maksudnya?” tanya Minhyuk tenang.

“Kau yang membuat hubungan Choi Jiyoo dan Lee Hyukjae jadi seperti ini, bukan begitu?” Jonghyun menegakkan punggungnya.

“Aku hanya menuntun mereka, jadi bukan aku yang menghancurkan hubungan itu secara langsung,” Minhyuk mengangkat bahu. “Lagipula, soal Eunhee noona yang tiba-tiba berada di sini, aku tidak tahu apa-apa sebelum dia sendiri yang memberitahuku.”

Jonghyun menghela napas berat. “Tapi kau berniat membuat hubungan mereka jadi seperti ini.”

“Tadinya,” ujar Minhyuk. Jonghyun melebarkan mata ke arahnya. Minhyuk menegaskan, “Benar, tadinya aku memang menginginkan hal itu.”

“Lalu?”

“Apa aku harus menjawab semua pertanyaan itu?” keluh Minhyuk jengah.

Jonghyun terkekeh pelan, sepelan yang ia bisa untuk tak membangunkan sang puteri tidur yang sedang patah hati. “Hanya satu pertanyaan, Kang Minhyuk.”

“Apa?”

“Aku bertanya-tanya,” lelaki itu berhenti dan menahan napas. “Apa kau mulai menyukai Choi Jiyoo?”

—-

The next morning..

Jalanan kota Paris tampak lengang. Angin musim dingin terakhir tak kelihatan kehilangan kekuatannya. Semilir angin mampu membekukan wajah setiap pejalan kaki. Bukan salah mereka jika jalanan kota sepi hari ini.

Eunhyuk dan Kyuhyun sepertinya tak termasuk dalam kelompok pejalan kaki anti-angin musim dingin itu. Keduanya berjalan menyusuri blok demi blok di daerah Rue Gramont.

“Apa Jonghyun benar-benar menginap di hotel itu? Apa namanya?” tanya Kyuhyun yang sedang merapatkan mantel abu-abunya. Suhu tertinggi di Paris pada bulan Februari hanya 7 derajat Celcius. Menurut Kyuhyun, dengan suhu seperti itu, ia tak akan heran jika ia berubah menjadi fillet daging beku dalam waktu dua menit.

Eunhyuk memandangi papan nama besar yang tergantung di atasnya. Hotel Gramont Opera. Hotel bintang tiga, termasuk dalam lima besar hotel yang pasti direkomendasikan di Paris. Suasananya tenang walaupun berada di dekat pusat kota.

Terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja berpisah dengan kekasihnya.

“Gramont Opera,” Kyuhyun membaca pelan tulisan di atasnya. “Kalau memang fasilitas dari kampus, kurasa memang ini hotelnya,” ujarnya sambil mengangkat bahu lalu buru-buru masuk ke dalam gedung dengan dominasi warna biru itu.

Eunhyuk menghentikan langkah Kyuhyun. “Kyuhyun-ah, temui dia. Aku akan… menunggu di sini.”

“Mwo?” kedua mata Kyuhyun membulat. Ia nyaris meninju lelaki di depannya ini begitu saja. “Kau memaksaku menemanimu ke sini hanya untuk seperti ini? Tch~ kau membuatku kedinginan sepagi ini hanya untuk begini? Yang benar saja!”

Kyuhyun menunggu reaksi Eunhyuk, tapi ia tak mendapat apa-apa. Eunhyuk masih diam di tempatnya, tak berniat untuk membantah, menyangkal, atau melakukan apapun. Kyuhyun tak gampang frustasi oleh situasi apapun, tapi kali ini ia benar-benar frustasi. Sangat frustasi.

Lelaki itu mengerang pelan. “Arasseo! Kau tunggu saja di… tunggu saja di manapun!”

Eunhyuk mengulaskan senyuman lemah sebelum Kyuhyun berbalik dan memasuki hotel itu. Ia berjongkok sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya sendiri. Dalam hati ia terus berharap agar ia bisa mengatakan apa yang ingin dikatakannya pada Jiyoo. Namun ternyata, begitu banyak hal yang ingin dikatakannya justru membuat keberaniannya menguap.

Satu hal lagi, jika benar Jiyoo berada di Paris bersama Kang Minhyuk –dan sepertinya itu memang benar, Eunhyuk berharap ia tak akan langsung menyeret lelaki itu menjauh dari gadisnya.

Eunhyuk mendesah berat. Mungkin karena itulah ia tak ingin masuk dan melihat Kang Minhyuk berada di dekat Jiyoo dengan kedua matanya sendiri. Ia tak akan bisa menjamin keselamatan Kang Minhyuk dan keributan yang bisa saja ditimbulkannya.

“Kau tidak berani masuk atau apa?” suara tenang dan datar itu tak membuat Eunhyuk mengangkat wajah. Lelaki itu justru mengepalkan tangan dengan kuat di balik mantelnya.

Eunhyuk pun tak perlu menoleh untuk sekedar mencari tahu siapa yang sedang duduk di sampingnya. “Pergilah.”

“Kenapa mengusirku? Kau takut akan menggangguku dan Jiyoo, makanya kau tidak mau masuk ke dalam?” tanya Kang Minhyuk dengan nada suara yang tetap datar.

“Mengganggu? Selera humormu itu sangat buruk,” sahut Eunhyuk dingin.

Minhyuk memandang lurus ke jalanan yang sepi tanpa benar-benar memandang sesuatu. Walaupun ada banyak hal yang ingin dipamerkannya soal Jiyoo dan dirinya, ia menahan diri. “Lalu kenapa kau di luar? Tidak punya muka untuk menemui Jiyoo lagi?”

“Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu,” Eunhyuk memutuskan tak ada yang bisa dibicarakannya dengan lelaki ini tanpa melibatkan emosi. Ia berdiri, hendak meninggalkan lelaki di sampingnya itu.

Senyuman tipis tersungging di bibir Minhyuk. Hal itu tentu saja membuat Eunhyuk kesal. Apa yang menarik dari perpisahannya dan Jiyoo hingga Kang Minhyuk bisa tampak sebahagia itu?

“Tentu saja tidak perlu,” ujar Minhyuk. Lelaki itu menyipitkan matanya ke arah Eunhyuk. “Karena kau pasti juga tidak tahu jawabannya.”

Eunhyuk benar-benar harus menahan diri untuk tidak melayangkan tinjunya tepat ke wajah Kang Minhyuk. Ucapan lelaki itu menegaskan ia tahu semuanya; pertengkaran dan segala detailnya kemarin. Ia tergoda dengan gagasan bahwa Kang Minhyuk lah yang merencanakan semua itu.

“Bukan. Aku bahkan tidak tahu Eunhee noona mendatangimu ke sini,” Minhyuk seolah mengerti raut wajah Eunhyuk. “Jadi, kau tidak perlu repot-repot mencari pembenaran dalam kesalahan telakmu kemarin, Lee Hyukjae.”

“Apa kaubilang?” Eunhyuk semakin berusaha keras untuk tidak membunuh Kang Minhyuk dengan tangannya sendiri.

Minhyuk mengembuskan napas berat dan berdiri hingga ia dapat bertatapan dengan kedua mata Eunhyuk secara langsung. “Kau membiarkannya menangis seperti itu… Bukankah seharusnya kau menghilang saja dari hadapannya? Walaupun aku tidak akan memintamu secara baik-baik, tapi kuharap kau bisa meninggalkan Choi Jiyoo di tempatnya berada sekarang.”

“Di tempatnya?” ulang Eunhyuk.

“Dia memang terluka, tapi dia sudah berada di tempat yang benar. Waktu akan menyembuhkan segalanya, kau tahu?” Minhyuk memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.

Eunhyuk merasakan kepalan tangannya melonggar. Tarikan napasnya menjadi semakin berat. Ucapan Kang Minhyuk itu tak mungkin memberikan pengaruh seburuk ini, kan? Mungkin jika ucapan lelaki itu tak berkaitan dengan Choi Jiyoo, tak akan ada pengaruhnya bagi Eunhyuk.

Tapi ini menyangkut Choi Jiyoo, gadisnya.

“Dia tidak selemah itu. Aku mengenalnya, aku mengenal Choi Jiyoo-ku dengan baik,” nada suaranya tanpa emosi. Eunhyuk mendengar ketidakyakinan dalam ucapannya sendiri.

Minhyuk memalingkan wajah kemudian mendesah kasar. “Jangan bicara seolah-olah kau yang paling mengenalnya. Jangan pernah bicara seolah-olah dia adalah milikmu.”

“Dia memang milikku, dia masih milikku,” Eunhyuk menguatkan rahangnya.

“Kau ini… benar-benar tidak punya perasaan ya?” tanya Minhyuk dengan nada lelah. “Dia sudah cukup bodoh dengan menahan sakit karena melepaskanmu, kalau kau kembali dengan sikap seperti ini, akan sedalam apa lagi kau melukainya, Lee Hyukjae?”

Apa katanya? Melukainya? Melukai Jiyoo? Eunhyuk mengulang-ulang kata itu dalam kepalanya.

Eunhyuk tak pernah ingin melukai gadis itu. Secara sengaja atau tidak sengaja, Eunhyuk berani bersumpah ia tak ingin membuat gadis itu terluka. Seandainya ia melukai Jiyoo, ia akan dengan senang hati berlutut atau berbuat apa saja agar luka itu sembuh.

“Kau sudah selesai dengannya,” ujar Minhyuk tenang. “Sekarang giliranku.”

—-

Kyuhyun memutar bola matanya ketika menemukan Choi Jiyoo duduk di kursi kayu di restoran hotel yang berada di lantai satu. Ia sempat bertemu Kang Minhyuk –disambut, tepatnya. Lee Jonghyun sudah memberitahu Minhyuk soal kedatangan Kyuhyun.

Sebuah cangkir berisi chococino tak lagi mengepulkan uap, yang berarti minuman itu sudah dingin tanpa sempat diminum. Jiyoo benar-benar mengabaikan sekelilingnya. Lelaki itu bahkan yakin Jiyoo tak sadar ia sudah berada di depannya.

“Kau baik-baik saja, gadis kecil?” Kyuhyun menarik kursi dan menggeser cangkir chococino Jiyoo mendekat ke arahnya.

Jiyoo mengangkat wajah dan tersenyum kecil pada Kyuhyun. “Kau di sini, kakak setan?”

“Ya! Siapa yang mengajarimu seperti itu?” seru Kyuhyun sambil menyesap cairan cokelat di hadapannya. “Ini sudah dingin, minta yang baru saja.” Kyuhyun mendongak, tapi Jiyoo tampak tak mendengarkannya. Ia mendesah pelan. “Kau baik-baik saja, kan?”

“Mm! Aku sehat-sehat saja,” sahut Jiyoo riang. Kyuhyun bisa mendengar nada suara Jiyoo yang biasa, tapi saat ia menatap wajah gadis itu, tak ada yang dapat dilihatnya kecuali bibir yang tersenyum dengan mata yang sedih.

“Apa kau mau bicara denganku?” tanya Kyuhyun tenang.

“Bicara apa?” Jiyoo mengerjapkan mata sambil tetap tersenyum penuh paksaan.

“Apa saja.” Kyuhyun mengangkat bahu kemudian mendorong kursinya ke belakang. “Ayo ke kamarmu saja. Jonghyun-i sedang tidak di sini, kan?”

Jiyoo mengangguk pelan. Ia menundukkan kepala walaupun tahu Kyuhyun menunggunya. “Aku… tidak ada yang mau kubicarakan.” Jiyoo kembali mendongak dan tersenyum.

Dengan tatapan yang tetap datar, Kyuhyun kembali duduk di tempatnya. Ia bisa melihat jelas beban yang menumpuk di pundak gadis itu. Kyuhyun memang bukan teman baik Jiyoo. Hubungannya tak lebih dari kekasih-teman-baik-Choi-Jiyoo.

Tapi, karena ia mengenal Jiyoo dari banyak segi –Lee Hyukjae, Shin Hyori, dan membernya sendiri, Kyuhyun tak bisa mengabaikan gadis itu.

“Tapi aku ada,” sahut Kyuhyun. “Dan kau harus mendengarkanku.”

“Sudah kubilang–“

“Ini perintah yang tidak boleh dibantah,” Kyuhyun menyambar kartu yang berfungsi sebagai kunci kamar Jiyoo di hotel ini. Lelaki itu menarik lengan mantel Jiyoo. “Ayo!”

Lantai tiga, kamar 204. 3204. Kyuhyun menghentikan langkahnya saat melihat plat dengan warna emas terpasang di depan pintu kayu berukiran gaya klasik. Dengan menggesek kartu yang dibawanya, pintu itu menimbulkan bunyi klik pelan.

Kyuhyun membuka pintunya dan mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Ruang kamar itu cukup besar dengan dua ranjang ukuran single dan lemari yang terbuat dari kayu mahoni di sudut ruangan. Sebuah pintu kamar mandi terlihat di samping lemari. Dinding kamarnya dilapisi kertas dinding bercorak lembut dengan dominasi warna kuning gading.

“Kau berada di kamar ini bersama Kang Minhyuk?” tanya Kyuhyun. Ia menduduki tepi ranjang yang dihiasi selimut putih.

Jiyoo tak menjawab. Kyuhyun akan mengartikannya sebagai jawaban benar, kalau begitu.

“Duduklah,” Kyuhyun menepuk sebuah ruang di sampingnya. Jiyoo patuh walau tetap tak bersuara. “Aku sangat tidak suka mencampuri urusan orang, kau tahu itu, kan?” Melihat Jiyoo hanya mengangguk tanpa menyela, Kyuhyun menarik napas. “Bagaimana perasaanmu?”

Kyuhyun melihat gadis itu mengangkat tangan kanannya. Jiyoo menekan dada kirinya pelan. “Di sini… sakit.”

“Apa kau serius? Melepaskan Eunhyuk, maksudku,” tanyanya.

Jiyoo diam sejenak sebelum menelan ludah. Bibirnya terbuka dengan susah payah. “Ya.”

“Kau tahu soal Song Eunhee, kan? Hanya karena itu kau memutuskan untuk bersikap seperti ini?” tanya Kyuhyun lagi. Ia memang tak suka mencampuri urusan orang lain, tapi ia lebih tak suka dibuat penasaran. Dan jawaban-jawaban singkat Choi Jiyoo sudah membuatnya penasaran.

Kyuhyun bisa mendengar Jiyoo menarik napas dan mengembuskannya dengan keras. Gadis itu memejamkan mata sejenak. “Bersikap seperti apa maksudmu?”

“Seperti robot yang kehilangan remote kontrolnya,” sahut Kyuhyun. Lelaki itu mengangkat bahu santai. “Aku tidak peduli dengan masalah kalian, tapi apa kau tidak bisa melihatnya? Eunhyuk benar-benar berantakan tanpamu. Dan dari yang kuperhatikan, kau tidak ada bedanya dengan orang itu.”

“Mwoya, kau sedang berperan menjadi kakak sok baik hati atau apa?” Jiyoo melirik Kyuhyun tajam; sesuatu yang tak pernah dilakukannya.

Kyuhyun menarik napas panjang. “Terserah saja. Aku tidak keberatan dengan peran seperti itu, tapi setidaknya, temui dia dan bicarakan lagi semuanya. Jangan jadikan Song Eunhee sebagai topik kalian lagi.”

“Bukan Song Eunhee yang kupermasalahkan,” jawaban Jiyoo membuat alis Kyuhyun terangkat heran.

Jiyoo menelan ludah dan memandangi lantai. Memang bukan Song Eunhee yang benar-benar menjadi beban dalam perasaannya dengan Eunhyuk. Sesuatu yang menjejali pikirannya adalah keadaan Eunhyuk yang tampak tersesat dalam perasaannya sendiri.

Lelaki itu tak pernah benar-benar memiliki jawaban untuk banyak pertanyaan. Pertanyaan dari Song Eunhee, pertanyaan dari Choi Jiyoo.

“Dia… kalau dia memang terbebani oleh ikatan denganku, aku bisa memutuskan ikatan ini,” bisik Jiyoo lemah. “Kau tahu, dia tidak bisa memutuskan pilihannya sendiri. Kalau dia memang ingin kembali pada Song Eunhee, aku tidak keberatan.”

Kyuhyun menyela, “Kau pasti keberatan. Percayalah padaku.”

Jiyoo menggigit bibir, pertanda bahwa Kyuhyun benar. “Memang! Tapi…” suaranya melemah, “Tapi kalau dia keberatan bersamaku, apa yang bisa kulakukan? Karena itu… akulah yang harus memutuskan pilihanku untuknya.”

“Kau tahu, tindakanmu itu konyol,” Kyuhyun berkomentar sengit. “Selama dia tetap memilihmu, kenapa kau tidak mengikat tangan dan kakinya saja? Jangan pedulikan orang lain, miliki dia sesuka hatimu.”

“Kau bodoh ya?!” seru Jiyoo dengan suara tertahan.

Kyuhyun menatap Jiyoo lekat-lekat. Gadis itu benar-benar tak punya pilihan lain –selain menyelesaikan semuanya. Jiyoo pasti tertekan saat harus memikirkan semua itu. Helaan napas Kyuhyun mendadak terasa berat.

“Aku… tidak ingin membebaninya lagi,” Jiyoo berbisik pelan. Ia membuka mulut dengan hati-hati, takut jika ia menangis tiba-tiba. “Poo, eh, Lee Hyukjae masih menganggap gadis itu istimewa, tapi dia tidak bisa mengakui itu karena ada aku. Bisa kaubayangkan bagaimana kacaunya perasaannya saat itu?” tatapan Jiyoo menerawang tak fokus. “Aku… tidak mau melihat wajahnya yang kebingungan lagi. Mana bisa aku melakukan hal yang kaukatakan tadi?! Tch…”

“Memang tidak bisa. Itu hanya tindakan psikopat,” Kyuhyun mengangkat bahu. Ia menepuk-nepuk puncak kepala Jiyoo lembut. “Kau sudah dewasa ya…”

Jiyoo mendongak menatap lelaki di sampingnya. Matanya berubah buram, terhalang sesuatu. Air mata sedang menyesaki kelopak matanya saat ini. Jemarinya terangkat untuk menghapus air mata yang tak sempat jatuh.

Gadis itu merasa bodoh sekali. Ia tak tahu kenapa ia harus menangis lagi.

Sejak bangun pagi ini, ia merasa semuanya sudah baik-baik saja. Jiyoo sudah mengatasinya dengan baik. Ia sudah bersikap ceria seperti biasanya, tersenyum pada semua orang, bahkan pada Kang Minhyuk.

Tapi setelah isi hatinya dibongkar lagi, kenapa rasa perih itu kembali menggores kulitnya?

“Ini yang kaubilang tidak ada yang mau dibicarakan denganku ya?” Kyuhyun melontarkan pertanyaan yang tak perlu dijawab.

Jiyoo bergeming, membiarkan lelaki itu memberikan pengertian dan menularkan rasa nyamannya.

Dengan helaan napas panjang, Kyuhyun melihat Jiyoo menundukkan kepala. Lelaki itu tersenyum kecil sambil tetap menepuk-nepuk kepala Jiyoo. “Asal kau tahu saja, Eunhyuk tidak pernah keberatan walaupun kau membuat hidupnya kacau.”

Tak ada jawaban dari Jiyoo. Bahunya agak naik-turun. Pertahanannya runtuh untuk sekian kalinya.

“Dia tahu kalau Choi Jiyoo adalah cobaan terberat sekaligus terbaik dalam hidupnya,” ujar Kyuhyun tenang. “Walaupun hidupnya berubah menjadi tak karuan sejak bersamamu, dia juga tahu kalau hidupnya tak akan pernah lengkap tanpamu. Yah… kurasa kau juga seperti itu, bukan begitu, gadis kecil?”

“Tapi semuanya tidak akan sama lagi,” aku Jiyoo. “Kami sudah selesai.”

Kyuhyun mendesah berat. “Aku tahu. Tidak apa-apa. Tapi tolong, jangan menghindarinya.”

“Mm,” gumam Jiyoo acuh. Ia memang bisa menerima dengan baik kenyataan bahwa ia dan Eunhyuk sudah selesai, tapi ia tak tahu apa yang akan terjadi padanya jika ia bertemu dengan lelaki itu lagi.

“Dia ada di bawah–“

“Aku berjanji tidak akan menghindarinya, tapi bukan berarti aku mau dengan sengaja bertemu dengannya,” potong Jiyoo.

Kyuhyun mengangkat kedua telapak tangannya, menyerah. Lelaki itu menarik napas panjang. Perlu diakui, ia sedikit lega bahwa Choi Jiyoo bersedia mengeluarkan bongkahan beban yang terpancar dari kedua matanya.

Untuk masalah Jiyoo yang tak ingin bertemu Eunhyuk –dengan sengaja- ini, Kyuhyun merasa itu bukan masalah besar.

Setidaknya gadis itu sudah berjanji tak akan menghindari Eunhyuk, kan? Dan itu adalah pertanda baik, bagi Kyuhyun.

“Kapan kau kembali ke Seoul?” tanya Kyuhyun lagi.

Jiyoo berdeham, meringankan tenggorokannya yang buntu. “Besok, sepertinya. Di Seoul, semuanya akan baik-baik saja.”

“Tentu,” Kyuhyun tersenyum menenangkan. “Ada Hyori di sana.”

Dengan cepat, Jiyoo menoleh. “Jangan! Jangan beritahu Hyori…”

“Kenapa?”

“Dia pasti akan khawatir. Aku sudah terlalu sering membuatnya cemas, jadi… aku tidak perlu menambah bebannya lagi,” Jiyoo menarik napas sebelum memamerkan senyum cerianya.

Kyuhyun mengangkat bahu. “As your wish.”

“Terima kasih,” ucap Jiyoo tulus. Kyuhyun berdeham salah tingkah dan mengangguk pelan. Jiyoo kembali meloloskan helaan napas panjang. “Terima kasih sudah menjadi pengganti Hyori.”

Dengan gerakan cepat, Kyuhyun menoleh dan melirik Jiyoo. “Maksudmu aku ini cerewet?!”

—-

SJ’s dorm – 7:12 PM

“Cho Kyuhyun, cepat katakan padaku, apa yang kaubicarakan dengan Yoo tadi pagi?” Eunhyuk terus-menerus melontarkan pertanyaan yang sama pada Kyuhyun sejak kepulangan mereka dari hotel tempat Jiyoo menginap.

Kyuhyun memang terbiasa merepotkan hyung-hyungnya dan bahkan mengerjai Eunhyuk. Tapi untuk kali ini, bukan itu alasannya untuk diam.

“Dia… sama sekali tidak mau mengenalku lagi ya?” tanya Eunhyuk pelan.

“Mana mungkin,” Kyuhyun menyangkal tanpa berminat untuk menjelaskan lebih lanjut.

Eunhyuk mendesah frustasi. Ia menyambar gelas bening berisi air mineral di depannya. Dengan satu tegukan cepat, ia membasahi tenggorokannya yang kering. Kyuhyun bersikap sangat menjengkelkan sejak pertemuannya dengan Jiyoo.

“Lalu apa yang kalian bicarakan?” tanya Eunhyuk lagi. Sadar Kyuhyun lagi-lagi tak berniat untuk menjawab, Eunhyuk mengerang. “Demi Tuhan! Cho Kyuhyun, jangan selalu berada di pihaknya!”

Kyuhyun menoleh cepat dengan tatapan yang tak bisa dibaca Eunhyuk. “Aku? Di pihaknya?”

“Sikapmu ini seolah-olah kau membenarkan tindakannya yang memilih untuk meninggalkanku!” seru Eunhyuk. Sedetik berikutnya, ia mendadak merasa lelah. Suaranya lebih pelan. “Jangan… memihaknya.”

Rahang Eunhyuk mengeras. Ia sudah cukup disalahkan oleh Kang Minhyuk, seseorang yang sebenarnya tak pantas untuk menilai apapun dari masalah ini. Kyuhyun memandangnya dengan tatapan datar. Eunhyuk menghela napas. Ia tak ingin Kyuhyun juga mengatakan sesuatu yang sama seperti Kang Minhyuk.

Kyuhyun memejamkan mata sejenak. “Hyung, Choi Jiyoo itu… Ah! Sudahlah!” serunya. “Singkatnya, kalau aku tidak berada di pihaknya, siapa lagi yang akan melakukannya?”

Eunhyuk terdiam dan hanya memerhatikan Kyuhyun yang berlalu meninggalkannya. Dengan pandangan nanar, Eunhyuk menggenggam erat gelas bening di tangannya. Semua ucapan Kang Minhyuk kembali membahana, berputar-putar, menyesakkan dadanya.

“Kau membiarkannya menangis seperti itu… Bukankah seharusnya kau menghilang saja dari hadapannya? Walaupun aku tidak akan memintamu secara baik-baik, tapi kuharap kau bisa meninggalkan Choi Jiyoo di tempatnya berada sekarang.”

“Dia memang terluka, tapi dia sudah berada di tempat yang benar. Waktu akan menyembuhkan segalanya, kau tahu?” 
Jangan bicara seolah-olah kau yang paling mengenalnya. Jangan pernah bicara seolah-olah dia adalah milikmu.”

“Kau ini… benar-benar tidak punya perasaan ya?” 

“Dia sudah cukup bodoh dengan menahan sakit karena melepaskanmu, kalau kau kembali dengan sikap seperti ini, akan sedalam apa lagi kau melukainya, Lee Hyukjae?”

“Kau sudah selesai dengannya,” 

“Sekarang giliranku.”

Dengan satu gerakan, Eunhyuk mengangkat gelas dan membantingnya ke lantai. Bunyi nyaring yang memekikkan telinga membuat Kyuhyun menatap Eunhyuk dari tepi pintu kamarnya. Ia bisa melihat Eunhyuk meninggalkan meja makan tanpa berkata apa-apa lagi.

Eunhyuk membisikkan ketakutannya. “Aku selalu berpihak padanya… tapi tidak untuk yang satu ini.”

Lelaki itu mengenakan mantel tebalnya dan memasang sepatu cokelat hangat. Eunhyuk tak ingin berada di dorm dan mendapat jawaban yang sama seperti milik Kyuhyun. Semua orang akan berada di pihak Jiyoo; membenarkan pilihan menyakitkan itu.

Bagaimana bisa semua orang menentangnya dalam waktu yang bersamaan?

Eunhyuk tak ingin mengakhiri semuanya. Setiap ia membayangkannya, dadanya akan berdenyut nyeri. Semakin teratur debaran jantungnya, dadanya akan ikut merasakan nyeri dengan jeda yang konstan. Semakin lama, ia bukannya terbiasa, Eunhyuk justru sedang merasa sekarat saat ini.

“Lee Hyukjae,” sebuah suara lembut, selembut bludru membuyarkan pikiran Eunhyuk. Song Eunhee duduk di sebuah kursi kayu panjang di dekat dorm. “Aku menunggumu.”

Sejenak tadi, rasa nyerinya teralihkan, tapi sekarang Eunhyuk kembali merasakannya. Lelaki itu bertanya-tanya apa rasa nyeri itu permanen.

“Noona,” Eunhyuk memanggil Eunhee dengan setengah berbisik. Ia menggerakkan kakinya ke arah gadis itu. Dengan rasa nyeri yang masih nyata, ia merebahkan diri di samping Eunhee. “Kenapa menungguku?”

“Aneh sekali,” gumam Eunhee sambil tersenyum. “Kukira suasana hatimu sedang buruk saat melihatmu keluar dorm.”

Eunhyuk tak berkomentar. Suasana hatinya memang buruk. Sangat.

“Apa… kau berhasil menemui gadis itu?” tanya Eunhee.

“Dia sudah memutuskan, dan aku tidak akan bisa melakukan apa-apa,” Eunhyuk tersenyum muram seraya menjatuhkan pandangannya ke lampu jalan. “Lagipula semua orang sedang tidak ingin berteman denganku.”

Eunhee mengangguk-angguk. Ia meraih tangan kanan Eunhyuk, menempatkannya dalam pangkuan gadis itu. “Tanganmu sangat dingin.” Eunhee bergumam, “Apa… memang tidak ada kesempatan lagi? Untukku.. untuk kita.”

“Noona,” panggil Eunhyuk lelah. Dengan perlahan, ia menarik kembali tangannya. “Kurasa aku tidak bisa meninggalkannya.”

“Tapi dia meninggalkanmu, dia memintamu melepaskannya,” Eunhee berkata dengan suara tercekat. Ia tak peduli jika sekarang ia tampak menyedihkan karena berusaha menjelek-jelekkan gadis lain. Ia hanya ingin sebuah kesempatan –hanya sebuah- dari lelaki itu. “Dia sudah memilih. Tidak ada yang bisa kaulakukan untuk mengubah keputusannya.”

Eunhyuk tersenyum samar. Dadanya tetap berdenyut nyeri, tapi dengan lebih kuat. Rasa sakitnya terasa hingga menembus tulang.

Semilir angin musim dingin membelai wajah Eunhyuk. Terasa lembut, mengingatkannya pada sentuhan Jiyoo. Bentuk bulan sabit yang indah mengingatkannya pada kedua mata Jiyoo. Sinar lampu yang menerangi jalan setapak di depannya pun, mengingatkan Eunhyuk pada binar mata Jiyoo.

Semua hal itu membuat Eunhyuk yakin ia tak akan bisa melakukan apapun tanpa gadis bernama Choi Jiyoo.

“Semuanya memang menyakitkan,” ujarnya perlahan. “Aku sangat ingin melupakan semua itu. Aku sudah memerintahkan otakku untuk berpikir semua ini akan berlalu dan aku akan baik-baik saja. Kalau memang itu yang diinginkannya, aku sangat ingin menerima keputusan apapun darinya.”

Eunhyuk merasakan jantungnya kembali berulah. Rasa nyeri yang tadinya hanya terasa di dadanya kini menyebar melalui setiap pembuluh darahnya. Meresap melalui darah dan tulangnya. Meninggalkan rasa sakit yang luar biasa di sekujur tubuh Eunhyuk.

Eunhee melihat Eunhyuk mengangkat tangan, menempatkannya di dada kirinya. “Tapi, hatiku menyuruhku untuk tetap merindukannya, tetap menunggunya, dan tetap berharap dia akan kembali lagi padaku. Seperti orang bodoh ya?” lelaki itu tersenyum kecil.

“Aku iri padanya,” bisik Eunhee.

“Aku juga,” Eunhyuk mendengus geli. Ia mengingat cara Jiyoo menyempurnakan hidupnya. “Aku iri karena hanya aku yang berotasi untuknya sementara dia bisa meninggalkanku kapan saja. Hal itu tidak adil, kan?”

Eunhee merasakan kesedihan lelaki itu lebih jelas daripada kesedihannya sendiri. Ia tersenyum menenangkan. “Jangan khawatir. Gaya gravitasimu akan menariknya kembali.”

===========TBC===========

Jjan! Saya syuda gak begitu galau pas ngerjain ini, jadi maap yah kalo feelnya menghilang entah kemana. =___= *bow*

The next… eumm, dunno lah. Harus cepett tamaaaaatt. HARUS! ;_____;

My lovely part: JiKyu~ Hhh.. Kyuhyun seperti sahabat yang baik. :’3
Another lovely part: when Eunhee comforted Eunhyuk, AWW~ that was sweet, wasn’t it? ;A;

 

52 thoughts on “Purple & You [Sembilan]

  1. EONNIEEE! dirimu kasih makan kyuhyun pake kimchi rasa stroberi yaa. kok bisa jadi dewasa gituuu diaaa >< fighting fighting FIGHTIIIINNNNG~ *hyped*

  2. Hueeee..
    Itu kyuhyun kenapa bisa bijak begitu ya..??

    AKU SUKA UNN.. T.T
    daebak FF nya..

    Kasihan Eunhyuk.. ~ #peyukkk :p
    Unn, cepetan balik deh poo sama yoo..
    gag tega aku unnn ;___;

    Next part unn..
    Selalu di nanati seperti biasa ^^/

  3. walaupun pas yoo ketemu Kyu itu harunya scene sedih, tapi gak tau kenapa aku gak bisa berhenti ketawa pas Jiyoo manggil Kyu ‘Kakak setan’ =)) walaupun patah hati tapi sikap humorisnya masih ada dia ehehehe

    Hm please itu adegan eunsoo sama Eunhyuk jangan keliatan lagi sama Yoo nanti salah paham lagi dan berantem lagi 😦 Tapi senang juga sih ada adegan berantem gini, kan gak semua hubungan selalu berjalan adem ayem ehheheh

    semangat terus lanjutinnya 😀

  4. huhuhu..cup,cup,cup..:'(*elus2kepalaunyuk*
    feelnya g berkurang chingu, tp menurut aq mlah nambah..serasa ngrasa’n bgt pa yg dialami mreka, terutama c’unyuk..(hidup segan, mati tak mw)haha*abaikan*
    about ‘eunhee+minhyuk’:n0 c0ment akh, terserah mreka sajah..
    Btw, abang evil :@ salah minum obatkah? knpa tiba2 jd bijak gt? Haha, tp I like it..sm0ga bsa membantu poo & yoo balikan dech..*berharapbgt*:-D
    udh mw dibkin tamat y chingu?? Semangat terus y wat next part yg slalu ku tunggu. Hehe..
    HWAITING!!!:-*

  5. JIKYUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU MOMEEEEEEEEEEEENT <3<3
    omo omo~~~~ ;A;
    kyu brasa jdi main cast di chapt ini /dijambak poo/ xD
    sumpah, itu hatinya JiHyuk terbuat dri apa sih -__-
    disakitin berkali2 ttep aja idup~
    ampe itu nomer kamar hotel berasa ada mksudnya deh~

    next chap !
    chapter menentukan nih~
    kmbalilah kalian wahai psngan setereobereeeh~~~

    p.s : oh. jdi mnurut kyu, hyori itu cerewet ? /angguk2 ngerti/
    mihyuk-ssi. drpada ganggu jiyoo mnding ganggu aku ajah /plak

    • Eheeemm… Kalo bukan karna seseorang, yoo gak bakal mau pedekate ama kyu lewat cerita ini. =___=
      Nomer hotel? Gak ada maksud apa-apah loh. :3 Yoo asal ngetik ajah..

      Kami tidak mau kembaliii~ kami akan berpisah, supaya semua orang bahagia. :’3
      makasihh syuda baca momma~ ^-^

      ps: daripada anda mengganggu minhyuk, mending gangguin ajah si bbek. xD

  6. semua yg pgen ane omongin udah ente babat saeng..
    ane cuma bsa bilang,gomawo udh mw dilnjutin bkin ne ff..tiap hari ane ngecek ente pny blog apa udh dipost ato ga lnjtanny..
    hehe..tak tggu chapter berikutnye yee ^^

  7. jiah unyuk kenapa gk masuk aja sih!! Kamu tuh gmn sih… Gentle donk…

    Tw2 ga bwaannya mw narik mulutnya si mihyuk tuh… Tajem ye kyk silet…

    Ayo donk balikan lg klo perlu nikah… Ms gagal nikah…
    Ayo semangat hyukjae…

    Sumpah dmen moment kyuyoo, kyu dewasa bgt aw aw aw

  8. baru aja naruh tas di kelas… eh da email masuk
    yey…yey…yey… p&y akhirnya muncul!
    saya jingkrak2 ampe temen saya ngatain saya gila -,-
    itu waktu saya baca tadi pagi,
    sekarang saya ngomong nggak penting lagi buat part ini ^^
    galau…galau… saya bisa ngerasain galau di sekitar saya
    ntah kenapa akhir2 ini suka ma kegalauan
    di part ini galau masih merajarela…
    “sekarang giliranku.”
    minhyuk omonganmu itu…. ckckck…
    di sini saya ngakak waktu baca bagian jikyu xD
    tumben, kyu berperan sebagai “kakak setan yg berubah menjadi kakak malaikat” -,-
    hyukjae… hwating !
    meski tidak ada yg berada di pihakmu di paris, tapi kami para reader mendukungmu kok !
    pa lagi, eunhee dah mulai rela buat nglepasinmu ^^
    jadi, berusahalah supaya yoo mo kembali padamu ^^
    oke… omongan nggak penting ini harus saya hentikan di sini
    ntar malah ngelantur kemana-mana lagi
    part selanjutnya… ditunggu ^^

    p.s : temen saya ada yg suka ma tulisan warna biru ma merah di paling atas ^^

    • Hehehe~ authornya lagi suka bergalau-galau ria kemareen, tapi sekarang suda nda sih. xD
      kakak setan yang berubah jadi kakak malaikat? Cocok juga. :3
      *diinjekyu*

      Makasihh syuda baca yaa~ ^-^
      author juga suka tulisan merah-birunya. xDD

  9. sedihnyoooo…….
    gregetan pas baca part ini hehe

    stuju shel, aku jg suka pas jikyu moment…
    senyum saiah melihatnya hehehe…

  10. omo, kyuhyun dikasih makan apaa ampe bisa menjadi pendengar dan om yang baik . :p
    shela berhasil buat image minhyuk yg prince banget di kepalaku jadi orang yang sangaaaatttttt …. disini . sukses
    ahhh . ayo cepet baikan 🙂

  11. “Jangan khawatir. Gaya gravitasimu akan menariknya kembali.”
    satu2nya yg kupuji dari eunhee karena dya udah ngomong gini ke hyukjae
    cuma selain itu dya kukutuk abis2an krn udah ngacauin rumah tangga orang
    begitu jg sma minhyuk LOL

  12. JiKyu~
    suka ma JiKyu moment…
    tp eonni lbh suka KyuHyuk moment, haha

    smg cepat balikan aja dch..
    geregetan, pengen nyeret hyukjae n jiyoo biar ketemu n nyelesaiin smw masalah mereka.. 🙂

  13. huwa…kenapa ane yg baca malah jadi tambah galau gara2 scene terakhir
    *guling2 di kasur*
    Ya choi ji yoo eh author shela.
    Kau harus tanggung jawab.
    Q nagih part 10 secepatnya*esmosi*

  14. Gyaaaaaaaaaaaaa ^0^
    Whats going on with Kyu?!?!?!
    Evil became angel..hahaaha, tapi pasti cuma buat ni part doank, slebihx psti comeback to evil again.. ckckck (_ _”)
    Suka suka suka… ngerasa kyu dewasa bgt#pelukkyu

    Hyuk ayolah~~
    jgan jagan jadi lola(loading lama) di saat bgini… tinggal dtangin si Yoo aj gtu nah… #plakkk,enak bgt gua ngomongx

    Lanjut lah… galau jangan di buat lama2 yoo… ksian mereka.. hahaha

    NB: gua tetep pengen nyemplungin si minyuk ke sumur. mpe tuh anak ga ngeganggu jihyuk lagi..hahahaha#evil laugh xD

  15. galau galau galau..

    Apa apa an ini shell,, kenapa sedihnya makin panjang..

    Gak mau komennn,, saya galauuuu.. Heheh
    nah lo itu lagi poo kenapa malah bareng eunhee,, kalau jiyoo liat lagi gmn???

    P&Y poo&yoo
    kekke

    • Gak koook, kak~ gak panjang2, nanti dikasih yg sosuit-sosuitt, nanti tapi. :3
      Nyehehehe~ kalo yoo liat hyuk-hee nanti tambah kaya drama lagii.. xD
      makasihh syuda baca yaa~ ^-^

  16. Tabok hyuuuk knp gak mau masuk -_____-
    Onnie, jgn balikan dulu aja gapapa hehe, lg mau tega sm hyuk yeaaa.
    Oh ya onnie!! Udah liat foto hyuk dicium siwon?? Gaaaah rasanya mau tabok siwon, hyuk sudah ternodaa huaaa T.T hehe
    Seneng sm part ini, mumpung lg galau juga yeheeee -.-

  17. Ga tau kenapa aq kok suka karakter Eunhee yang disini yah .___. dan pas bagian JiKyu moment itu beneran sweet! :3 asik kayaknya klo punya sobat cowok kayak gitu~ HAHAHAHHAHA
    Aaaaah Lee Hyukjae semangcrit! seret Yoo ampe babak belur!! #eh #salah
    *ngilang*

  18. temen brantem ada juga pas buat jadi temen curhat~
    hahaha ngeri ngeliat transformasi kuyun .
    but i like it~ XDD
    tapi aku paling suka bagian enyuk lempar gelas !!!
    itu kereeeeeen~~ :*
    brasa sluruh emosi hyuk buat minyuk dilampiasin sama gelas ngga berdosa .__.
    dan itu eunheeee -____-”
    elaaaah ngga kapok2 ape -___-”
    cish , mwoya mwoyaa narik2 tangan hyuk~ :3
    tapi ujungnya dia jadi ngasih petuah (?) jg sama hyuk XD
    well, yah , yoo’ll be back for poo~~~~
    tp besokannya yoo udah mau pulang ?
    atw bakal ada adegan unyu di airport ?
    gyaaaaa~ next chap hwaiting~

  19. Kyuhyun mulai turun tangan..
    Ternyata kyu super setia kawan yoooooo….

    Minhyuk udah melakukan perang terbuka ma Poo neh..
    Poo jgn mau kalah ma Minhyuk dunx..
    Yg lebih tua harus menang (??)
    Aku suka gemes klo baca bagian EunHee tapi klo baca bagian Minhyuk-Jiyoo malah seneng” aja.. hehehe..

    • Hohoho~ aku selalu ngerasa cho kyuhyun itu sangat unyu dalam hal pertemanan. xD
      YESSEU! Jadi onnie ngerestuin minhyuk-jiyoo kan yah? iya kan? *kedip2 genit*
      makasihh syuda baca onnie~ ^-^

  20. Well, jujur ya, td itu kyu kerasukan jin apa ya smp bisa jd lembut bgitu?? Wkwkwk….. XD
    yg poo jatohin gelas, itu sinetron bgt deh yoo… Awawawaw…. Lol…. xD
    mau doooong, dielus2 sm kyu kepalanya…. :p

Leave a reply to Spencer Love Cancel reply