Purple & You [Lima]

***

Menjadi seseorang yang berotasi hanya padamu adalah takdirku.

Tak peduli sejauh apapun jaraknya, lintasanku akan tetap sama,

Melingkar,

Berputar hanya di sekelilingmu..

===========================

Lima..

Incheon International Airport – 8:20 PM

Lee Hyukjae mengeratkan genggaman tangannya. Dalam genggamannya, ada tangan lain yang lebih kecil dari miliknya. Tangan itu begitu lembut dan dingin. Eunhyuk merasakan dingin yang sama mengalir dalam tangan kanannya.

Angin musim dingin menyapa wajah dan rambutnya saat lelaki itu keluar dari mobil. Eunhyuk menoleh sejenak. Ia melepaskan syal rajutan tangan berwarna pastel sebelum menawarkannya pada gadis di sampingnya.

Gadis itu menggeleng. Lengkungan kecil terukir di bibirnya. “Kau saja.”

“Malam ini dingin sekali, Yoo,” ujarnya. Eunhyuk tak lagi menunggu jawaban. Ia memakaikan syal pastelnya melingkari leher gadis itu. “Jaa~ gadis pintar!”

Ya! Lee Hyukjae,” Jiyoo menahan tangan Eunhyuk. Gadis bermantel navy itu menelan ludah. “Apa.. kau benar-benar harus pergi?”

Eunhyuk mengerjapkan mata beberapa kali sebelum menahan senyum. “Aigooo~ ada apa dengan Choi Jiyoo malam ini? Biasanya kau akan mengantarku dengan gaya sok cool, sekarang kenapa berubah begini?”

“Karena aku sama sekali tidak siap!” Jiyoo berteriak dengan suara tertahan. Ia kemudian menghela napas, menenangkan dirinya sendiri. “Sudah kubilang, kan, karena kau kembali kemarin, aku jadi.. berharap kau tidak akan kemana-mana lagi. Memangnya perasaan seperti itu sulit dipahami ya?”

“Iya. Sangat sulit dipahami, bahkan aku juga tidak mengerti,” sahut Eunhyuk.

Y-ya!” Jiyoo berseru kesal.

Eunhyuk mengangkat tangannya ke udara, menepuk-nepuk lembut puncak kepala gadisnya. “Memangnya kalau kubilang aku mengerti dan paham perasaan itu, apa yang bisa kaulakukan? Aku juga merasakannya, tiba-tiba saja aku mau melarikan diri ke Korea Utara dan membawamu ke sana supaya tidak ada yang bisa menemukan kita. Apa kau mengerti perasaan itu?”

“Menakutkan,” gumam Jiyoo. “Kenapa harus ke Korea Utara? Kau tidak bisa memikirkan tempat lain?”

“Eumm.. kita pikirkan saja nanti,” Eunhyuk nyengir sambil mengusap-usap dagunya. Lelaki itu kemudian menoleh ke sekeliling. “Tch~ pergi kemana Cho Kyuhyun itu?”

“Bersama Hyori, di sana,” Jiyoo menunjuk lurus ke arah dua orang yang berdiri berdampingan.

Eunhyuk menghela napas, “Aku harus memanggilnya. Pesawatnya–“ ucapannya terhenti saat tangannya lagi-lagi tertahan. Ia berbalik, menatap Jiyoo yang sibuk menggigit bibir. “Kenapa lagi, Yoo?”

“Kau janji akan cepat pulang lagi, kan?” tanyanya. Eunhyuk mengangguk. “Kau janji akan berusaha mencuri waktu untuk terbang ke sini lagi, kan?” lagi-lagi Eunhyuk mengangguk. “Kau janji–“

“Aku janji akan menikahimu, Choi Jiyoo,” potong Eunhyuk. Lelaki itu tersenyum lebar. “Sudah, kan? Kau mau aku berjanji apa lagi?”

Jiyoo menundukkan kepala, menghindari kontak mata dengan lelaki di depannya. “Jangan berjanji terlalu banyak, bagaimana kalau kau tidak bisa menepatinya?”

“Gampang. Semua janjiku itu akan kutulis di atas kertas, kau akan menandatanganinya, begitu juga denganku,” ujar Eunhyuk sambil memperbaiki lilitan syal Jiyoo yang longgar. “Kalau aku melanggar salah satunya, kau boleh minta kompensasi.”

Gadis itu mengerutkan kening lalu mencibir, “Kau pikir aku ini CEO manajemen artis?”

“Bukan,” Eunhyuk tersenyum miring. “Kau itu CEO pribadi Lee Hyukjae. Sudah, kan? Aku boleh pergi sekarang?”

Ya! Kenapa kau sangat ingin cepat pergi dari sini? Aa~ pacar Parismu sudah menunggu ya?” Jiyoo menyipitkan kedua matanya sebelum memalingkan wajah dari Eunhyuk.

Eunhyuk mengangguk-angguk. “Bagaimana kau bisa tahu?”

Y-ya~!” seruan Jiyoo terdengar seperti rajukan.

“Lee Donghae menungguku di Paris,” gumam Eunhyuk. Ia melirik gadisnya untuk melihat respon yang ditunjukkan Choi Jiyoo. Lelaki itu tersenyum lebar, “Pacarku di sana ya Lee Donghae itu.”

Jiyoo mengerucutkan bibir. “Sebenarnya aku tidak mau mengatakan ini, tapi kuharap Donghae Oppa itu segera dikirim pulang ke sini.”

Sambil mengangkat sebelah alisnya, Eunhyuk bertanya, “Untuk apa?”

“Untuk hiburan Hyori kalau bebek tidak ada,” ujar Jiyoo. “Daripada dia di sana bersamamu 24 jam, aku akan lebih tenang kalau Donghae Oppa dirawat oleh Hyori.”

“Choi Jiyoo,” panggil Eunhyuk pelan. “Apa kau tidak takut Hyori itu akan menelan Donghae hidup-hidup?”

“Tidak. Itu yang kuharapkan,” gumam gadis itu yakin.

“Tapi kalau sampai itu terjadi,” Kyuhyun menyahut dari samping Eunhyuk. Lelaki itu sudah berdiri di dekat Jiyoo dan Eunhyuk dengan Hyori yang berjalan mengikutinya. “Kau yang akan kutelan hidup-hidup, Yoo.”

Jiyoo menyipitkan matanya. “Dan Hyori yang akan mengunyahmu hidup-hidup.”

“Kalian ini sedang membicarakan makanan? Apanya yang ditelan? Siapa yang dikunyah? Kalian bicara seakan-akan aku ini kanibal berbahaya,” Hyori melipat tangan di depan dada.

“Kanibal memang bukan, tapi berbahaya itu benar,” sahut Kyuhyun.

Ya! Cho Kyuhyun!” Hyori melirik tajam ke arah lelaki di sampingnya.

Oi, tidak bisakah kalian menggunakan cara lain untuk berpamitan? Lebih tenang sedikit, di sini bandara,” lerai Eunhyuk. Lelaki itu menarik Jiyoo ke belakang tubuhnya agar gadis itu tak terjebak dalam pertikaian harian Hyori dan Kyuhyun.

Jiyoo menurut. Ia tak bicara sepanjang waktu. Diam-diam, ia memerhatikan punggung Eunhyuk. Punggung itu begitu lebar, begitu kokoh. Gadis itu bertanya-tanya, seperti apa rasanya bersandar di punggung itu.

Tiba-tiba saja, ia ingin memeluk pinggang lelaki itu dan menempelkan wajahnya di punggung Eunhyuk.

Jiyoo begitu tergoda untuk melakukannya. Dengan membayangkan dirinya memeluk Eunhyuk dari belakang, ia bisa merasakan kehangatan yang akan didapatnya. Gadis itu bahkan bisa mencium aroma menyegarkan dari tubuh lelaki itu.

Jaa~” seruan Eunhyuk membuat Jiyoo menghapus pikirannya. Lelaki itu berbalik dan menatap gadisnya. “Kau akan baik-baik saja, kan?”

“Tidak. Bukankah sudah kubilang aku tidak akan pernah baik-baik saja tanpamu?” Jiyoo merasakan perasaan tak rela itu merambati punggungnya. Seperti bisa ular, perasaan itu menyebar dengan cepat. Seluruh tubuhnya sudah merasakannya sekarang.

Hanya masalah waktu hingga gadis itu tak sanggup lagi menahan air matanya.

Eunhyuk mengerutkan kening. Ia menyentuh pipi kiri gadisnya. Karena sebelah kiri terasa dingin, lelaki itu menempelkan telapak tangannya ke pipi yang lain. Kedua telapak tangannya yang besar membingkai wajah Jiyoo.

“Setelah sampai di dorm, ambil selimut dan langsung tidur,” pesannya.

Jiyoo menggigit bibir bawahnya. Dalam kepalanya, ia bahkan tak ingin membayangkan apa yang bisa dilakukannya setelah ini. Ia sama sekali tak ingin –dan tak bisa- membayangkan apa yang harus dilakukannya jika lelaki itu terbang jauh darinya.

Sambil kembali menggenggam tangan Jiyoo, Eunhyuk berkata, “Simpan syal ini. Aku pasti akan mengambilnya secepat mungkin.”

“Secepat apa?” tanya Jiyoo. Nada suaranya penuh dengan rasa putus asa.

“Secepat kau mengedipkan matamu, Yoo,” ujarnya. Eunhyuk kemudian meralat ucapannya sendiri, “Baiklah, mungkin tidak secepat itu, tapi aku pasti akan kembali lagi. Jadi, jangan sampai syal ini cacat sedikit pun, eo?”

Jiyoo mengangguk pelan. Tiba-tiba hatinya terasa berlubang saat Eunhyuk melepaskan tangannya. Tak ada lagi tangan besar yang menggenggam tangannya sekarang. Jiyoo merasakan udara kosong di antara genggamannya sendiri.

Gadis itu terbiasa dilindungi tangan besar Eunhyuk. Sekarang, segalanya terasa berbeda saat tangan itu tak lagi menggenggam tangannya.

Eunhyuk melangkahkan kakinya dengan pelan. Seolah terikat dengan rantai besi, ia menyeret kakinya sendiri. Tangannya terkulai lemas. Rasanya aneh saat tak ada yang bisa digenggamnya lagi.

Tangan yang lembut itu tak terasa lagi. Sekarang, hanya ada udara dingin yang melewati sela-sela genggamannya.

“Hyo,” panggil Jiyoo. Sepasang indera penglihatannya tak bisa berpaling dari punggung lelaki itu. Hyori menoleh walaupun salah satu tangannya masih melambai ke arah Kyuhyun. “Mereka akan cepat kembali, kan?”

Hyori menurunkan tangannya. Ia menghela napas panjang ketika Kyuhyun sudah tak terlihat lagi. “Secepat kita mengedipkan mata.”

—-

“Hh~ baru kali ini aku melihat Yoo seperti itu,” gumam Eunhyuk. Lelaki itu menatap telapak tangannya. Dengan perlahan, ia membuka dan menutup telapak tangannya bergantian. “Rasanya aneh kalau tidak menggenggam tangannya.”

Kyuhyun memutar bola matanya. “Jangan mulai dramatisasi lagi.”

Tch~ kau ini benar-benar–“ Eunhyuk membalikkan badan saat kedua matanya melihat seseorang yang seharusnya tak berada di bandara. Lelaki itu berlari kecil melawan arus, menembus kerumunan penumpang lain. Dengan cepat, ia bisa melihat Jiyoo dan Hyori masih berdiri di tempat yang sama.

Hanya saja, perhatian lelaki itu terpusat ke arah lain. Seorang lelaki dengan mantel hitam dan syal abu-abu berdiri tak jauh dari Jiyoo dan Hyori. Lelaki yang Eunhyuk kenal sebagai Kang Minhyuk.

Ya! Ada apa denganmu?” Kyuhyun berseru setelah berhasil menyusul Eunhyuk. Ia memandang ke arah yang sama dengan lelaki itu. “O? Apa itu Kang Minhyuk?”

Eunhyuk mengerutkan kening kemudian mengangguk samar. Untuk apa Kang Minhyuk berada di bandara? Ia menolak memikirkan jawaban yang tak menyenangkan, tapi Eunhyuk menebak pikirannya itu sebagian besar benar.

Kang Minhyuk menatapnya tajam. Walaupun jarak keduanya jauh, Eunhyuk tahu tatapan itu terarah lurus padanya. Minhyuk tersenyum kecil dan mengalihkan pandangannya ke arah Jiyoo. Eunhyuk mengerutkan kening dan merasakan tangannya terkepal kuat.

Orang itu menunggunya untuk pergi dari Seoul.

“Apa aku benar-benar tidak bisa tinggal di sini lebih lama?” tanya Eunhyuk. Lelaki itu tersenyum singkat ke arah Jiyoo sebelum berjalan masuk lagi ke pintu keberangkatannya.

Kyuhyun mengangkat bahu setelah sebelumnya melambaikan tangan untuk Hyori. “Bisa saja. Itu kalau kau sudah bosan hidup. Pekerjaan kita sekarang bukan di sini.”

“Kalau tidak ada laki-laki itu, aku tidak akan sepanik ini,” sahutnya.

Sambil melirik sekali lagi ke arah Jiyoo dan Hyori, Kyuhyun bergumam, “Kurasa Kang Minhyuk itu tidak main-main.”

—-

Jiyoo mengamati kedua lelaki yang sekarang sudah benar-benar tak terlihat. Gadis itu menyikut lengan Hyori pelan, “Kenapa mereka kembali ke sini tadi?”

“Tidak tahu,” Hyori mengangkat bahu. “Mungkin tidak rela meninggalkan kita.”

“Tapi tidak perlu memasang wajah sepanik itu, kan? Membuat orang khawatir saja,” Jiyoo bergumam dengan nada rendah.

Dengan tarikan napas panjang, Hyori meniup poni yang menutupi keningnya. “Ayo pulang..”

Jiyoo menggigit bibir sesaat. Pandangannya tetap terfokus pada koridor panjang yang dihalangi kaca bening. Dalam hati, ia berharap lelaki itu akan muncul dan berlari ke arahnya. Dalam imajinya, Jiyoo berharap Eunhyuk akan menggenggam tangannya seperti biasa.

Seandainya tak ada yang harus berubah, semuanya akan sempurna untuk mereka..

“Jiyoo-ya,” panggil Hyori. Gadis itu mengibas-ibaskan tangan di depan Jiyoo. “Wae?”

Aniya,” Jiyoo mengerjapkan mata, menghindari seluruh rasa sesak dalam dadanya. “Kaja..”

Hyori mengendikkan bahu kemudian meraih lengan Jiyoo dengan cepat. “Kau tahu, aku juga tidak rela. Laki-laki itu bahkan belum melamarku. Tapi, tidak apa-apa, mereka pasti kembali.”

“Aku tahu,” bisik Jiyoo pelan. Keduanya berjalan menuju pintu keluar bandara. Tak satu pun dari mereka yang ingin menoleh ke belakang. Dibandingkan menoleh dan tak mendapatkan apa yang mereka harapkan, keduanya lebih memilih berjalan ke depan.

Walaupun tak rela, mereka tahu kedua lelaki itu akan kembali. Secepat kilat.

—-

Paris – 7:23 AM

Suara deringan nyaring terdengar di penjuru kamar Eunhyuk. Lelaki itu mengerang pelan sebelum menutupi wajahnya dengan bantal biru. Jam mungil milik Donghae itu berteriak, menuntut perhatian dari siapapun yang berada dalam jangkauan suaranya.

Eunhyuk terlalu lelah untuk memberikan perhatian pada jam meja itu. Ia baru tiba di Paris pukul 4 pagi sementara ia butuh tidur lebih dari tiga jam sekarang.

Dengan tenaganya yang sudah tak bersisa, lelaki itu sama sekali tak bisa menyeret tubuhnya turun dari ranjang. Eunhyuk, tak peduli apapun yang terjadi, sudah memutuskan akan berbaring sepanjang hari.

“AAA~ BERISIIIK!” akhirnya suara Donghae yang terdengar lebih dulu. Ia beringsut malas meraih jam meja yang diletakkan di atas laci kayu mungil. “Ya! Lee Hyukjae! Apa kau tidak dengar suara itu?”

Eunhyuk menggulingkan tubuhnya membelakangi Donghae. “Kau mendengarnya juga, kan?” katanya dengan suara parau.

“Aku tahu kau baru tiba dari liburanmu, tapi setidaknya perhatikan sekelilingmu juga,” gumam Donghae tak jelas. Sedetik kemudian, lelaki itu kembali berbaring dan menarik selimut hingga menutupi dagunya.

“Di sekelilingku hanya ada Choi Jiyoo,” Eunhyuk berbisik pelan. Sejak duduk di pesawat hingga tiba di dormnya, gadis itu selalu memenuhi tiap sela dalam kepalanya. Sebagian besar berupa ledakan rasa kebahagian, sisanya berwujud perasaan tak nyaman yang mengganggu.

Kekhawatiran soal Kang Minhyuk menjadi salah satu yang mendominasi.

Eunhyuk berusaha menghapus bersih pikiran sejenis itu dari kepalanya, tapi sepertinya otaknya bekerja sendiri untuk memilih mana yang wajib dipikirkan lelaki itu.

“Kau melamarnya ya?” Donghae memecahkan keheningan pagi ini. “Apa dia menerimanya?”

“Kalau aku tahu akan ditolak, memangnya aku mau melamarnya?” tukas Eunhyuk. Suaranya masih terdengar kasar; parau dan serak karena jet lag. “Aku pasti akan segera membawanya ke sini. Dia harus benar-benar jauh dari orang itu supaya aku bisa berpikir jernih.”

Donghae menyibakkan selimutnya. “Orang itu?”

“Ada sedikit ‘calon’ masalah di Seoul,” gumam Eunhyuk. Lelaki itu tetap tak bergerak dari tempat berbaringnya. “Tapi kurasa aku bisa percaya pada Jiyoo, bukan begitu?”

“Tentu saja,” Donghae menganggukkan kepala. “Dia itu gadis keras kepala yang tidak mudah dipengaruhi.”

Eunhyuk mengerutkan kening walaupun wajahnya masih terlihat lusuh. “Kenapa rasanya karakteristik Jiyoo jelek sekali?”

Tch~ aku mengucapkannya dalam arti yang baik,” tukas Donghae sambil berguling turun dari ranjang. “Cepat bangun, hari ini ada banyak pekerjaan musim dingin di Paris~”

Lee Hyukjae bergeming dari tempatnya. Musim dingin akan segera berakhir sementara ia sudah tak berada di Seoul. Napasnya terasa berat seolah paru-parunya susah dipompa. Kedua matanya terpaku pada sepasang benda yang lembut.

Sepasang sarung tangan ungu yang terbuat dari rajutan hangat tergeletak di atas meja. Dua benda yang sama persis pasti sedang berada di dekat Choi Jiyoo.

Sebenarnya, sebelum musim dingin berakhir, Eunhyuk ingin menikmati udara malam musim dingin Seoul sambil mengenakan sarung tangan pasangan itu. Seandainya ia tak bisa melakukannya sekarang, apakah ada musim dingin lain yang menunggu mereka?

Eunhyuk meloloskan desahan berat lain dari bibirnya. Otaknya sudah benar-benar di luar kendali karena telah memikirkan banyak hal buruk tentang ikatannya dengan Jiyoo.

Lelaki itu bertanya-tanya, apa Kang Minhyuk berperan besar dalam pikiran buruknya ini?

—-

Seoul – 2:10 PM

Seorang gadis memandangi langit kelabu kota Seoul. Ia menghirup oksigen dalam-dalam untuk memenuhi rongga dadanya. Seakan seluruh tubuhnya kekurangan oksigen murni, ia menghirupnya berkali-kali.

Choi Jiyoo sama sekali tak memerhatikan dua orang teman perempuannya yang sibuk berceloteh panjang-lebar. Gadis itu menopang dagu dengan kedua tangannya seolah-olah ia tak sanggup mengimbangi berat kepalanya. Semuanya terasa berbeda untuk Jiyoo sekarang.

Semuanya terasa terlalu berbeda ketika lelaki itu tak benar-benar ada di sampingnya.

“Apa wajahmu harus menyaingi langit itu?” suara tenang Minhyuk berhasil membuat Jiyoo menoleh. Gadis itu tak sempat terkejut dan hanya mengikuti arah telunjuk Minhyuk. “Langit sudah cukup mendung, J.”

Jiyoo mengerutkan kening. “Apa kau harus memanggilku seperti itu?”

“Apa kau punya nama panggilan lain yang bisa kugunakan?” tanya Minhyuk.

Dengan helaan napas panjang, Jiyoo membuang muka. Entah sejak kapan lelaki itu menjadi sangat menyebalkan seperti ini. “Namaku Choi Jiyoo, panggil saja aku seperti teman-temanku yang lain.”

Sirheo,” Minhyuk menyahut cepat. “Aku suka J, jadi aku akan memanggilmu begitu saja.”

“Kang Minhyuk, aku sama sekali tidak ingin berdebat denganmu hari ini,” Jiyoo mengangkat susu strawberry kotak miliknya. “Aku pergi dulu.”

Minhyuk menahan lengan gadis itu. “Kau curang. Dalam permainan ini, kau harus memberiku kesempatan yang sama seperti Lee Hyukjae. Kalau dia masih ada di Seoul, aku tidak akan bisa memulai langkah permainanku. Karena sekarang dia sudah kembali ke tempatnya, kurasa aku berhak memiliki kesempatan untuk bermain dalam permainan ini.”

“Kau sudah gila ya?” tukas Jiyoo kasar. Untuk pertama kalinya sejak ia menginjakkan kaki di kampus ini, ia berani berkata seperti itu –kepada senior. “Bagimu ini permainan, kan? Tapi bagiku, ini bukan, jadi hentikan saja.”

“Kau bilang kau percaya pada ikatan konyolmu dan Lee Hyukjae, kan? Kau bahkan sama sekali tidak marah saat dia berbohong di telepon kemarin,” Minhyuk meraih kotak susu Jiyoo dan menyeruput isinya. “Apa itu yang kausebut percaya?”

Jiyoo menelan ludah lalu meninggalkan minumannya. Gadis itu sudah cukup terkejut dengan perubahan sikap Minhyuk kemarin, ia tak mau menambah efek lain dengan terpengaruh ucapan lelaki itu.

“Jadilah temanku saja, kalau begitu,” Minhyuk berjalan cepat mengimbangi langkah Jiyoo.

“Kau temanku,” sahut Jiyoo acuh.

“Tapi sorot matamu berbeda,” tangan Minhyuk berhasil menahan lengan Jiyoo. Kedua matanya menatap lurus, memaksa masuk jauh ke dalam mata bening gadis itu.

Seakan takut Minhyuk membaca pikirannya melalui tatapan itu, Jiyoo memalingkan wajah. “Karena sikapmu tiba-tiba berbeda. Kau.. menakutkan. Kau bahkan berkata ingin bermain dengan ikatan yang kumiliki, kau pikir siapa yang tidak akan takut?”

“Kau takut, tapi kau tidak bisa menjauh dariku, bukan begitu?” Minhyuk menyunggingkan senyuman kecil. “Arasseo. Aku berhenti bermain-main. Kalau begitu, jadilah temanku sekali lagi, eo?”

Jiyoo mengerutkan kening. Ia tak suka ide ini, tapi rasanya ia tak benar-benar punya alasan untuk membenci lelaki di sampingnya itu. Dengan menyipitkan mata, Jiyoo memandang lekat-lekat tangan yang terulur di depannya.

“Aku akan minta maaf padamu dan Lee Hyukjae, kalau kau belum percaya,” tambah Minhyuk.

“Kalau kau tidak sungguh-sungguh, aku–“

“Aku akan menjauh dari pandanganmu,” Minhyuk memotong cepat. Senyumnya menawan, jelas. Tapi sebagian diri Jiyoo menganggap senyuman itu berbahaya.

Gadis itu mendongak, beradu pandang dengan kedua mata tajam Minhyuk. Untuk sejenak, Jiyoo terhipnotis oleh mata itu.

Sepasang mata itu begitu bening dan tajam. Tatapan itu mengingatkannya pada sesuatu; seseorang. Jiyoo menggeleng pelan, menolak pikiran itu. Kang Minhyuk ini jelas berbeda dari orang yang ingin ditemui Jiyoo sekali lagi.

—-

Uljima!” seorang anak laki-laki berambut hitam pekat berjongkok sambil memerintah gadis kecil bersyal ungu. “Aku tidak suka melihat perempuan menangis, jadi berhenti menangis!”

Gadis mungil itu bertanya dengan suara sesenggukan, “Apa kau bisa membantuku mencari Ibu?”

“Merepotkan. Tidak mau!” laki-laki kecil yang mengenakan jaket tebal berwarna hitam itu menolak kasar. “Lagipula bodoh sekali sampai terpisah dari Ibumu.”

“Bantu aku..” ujar gadis dengan pipi bulat itu.

Laki-laki itu menundukkan kepala untuk menatap gadis berambut panjang itu lebih dekat. “Walaupun merepotkan, kurasa tidak ada salahnya membantumu.”

Gadis itu mendongak, menatap laki-laki yang kira-kira dua tahun lebih tua darinya itu. Diam-diam, ia mengamati kedua mata laki-laki itu.

Kedua matanya besar. Jika menatap orang lain, pasti tatapannya terasa menusuk. Kedua mata itu tak terlihat menakutkan baginya. Dengan mata setajam itu dan ekspresi wajah datar, orang lain pasti sudah menganggap laki-laki itu sangat angkuh.

Tapi, gadis mungil itu tahu laki-laki yang tadi menolak membantunya ini bukan anak yang jahat. Sikapnya tidak buruk. Entah bagaimana, ia percaya anak laki-laki itu baik.

Gadis itu tersenyum dan mengusap pipinya yang basah. “Terima kasih..”

—-

Anak laki-laki dalam kenangan itu muncul perlahan; di saat yang tak tepat. Jiyoo sudah melupakan kejadian itu sejak lama, tapi tatapan Minhyuk justru membuatnya menggali lagi ingatan yang terlupakan.

Kenangan itu tidak buruk. Kenangan itu lebih tepat dibilang indah daripada buruk. Tapi mengingatnya karena Kang Minhyuk mendadak mengubah kesan kenangan itu menjadi lebih buruk.

Dengan satu kali mengerjapkan mata, Jiyoo berhasil kembali ke masa kini. Gadis itu kembali menatap wajah Minhyuk yang sedang tersenyum miring ke arahnya.

Jiyoo tak suka dipojokkan dalam pilihan yang sulit. Ia tahu persis manusia harus memilih, dan ia tak bisa menolak kali ini. Gadis itu berpikir, menimbang-nimbang unsur kesalahan dan kebenaran dalam tindakan yang akan diambilnya.

Dengan ragu, tangannya terulur ke depan. Minhyuk tersenyum lebih lebar seraya meraih tangan itu ke dalam jabatan tangannya yang hangat. “Terima kasih.”

“Aku hanya.. tidak mau kehilangan teman. Kalau kau sampai bertindak atau berkata konyol, aku tidak–“

“Aku tidak akan ragu-ragu menghilang dari pandanganmu,” janji Minhyuk terucap begitu saja. “Jaa~ sebagai teman, bukankah kau seharusnya menemaniku makan siang?”

—-

Shin Hyori setengah berlari untuk mencapai restoran Italia yang berjarak empat blok dari dormnya. Gadis mungil itu mengatur napasnya yang tersengal sebelum menarik pintu masuk. Dengan sapuan mata, ia berhasil menemukan Jiyoo duduk di salah satu kursi. Bersama seseorang.

Hyori menyipitkan mata lalu menarik kursi di samping Jiyoo. Kedua matanya masih diam-diam melirik lelaki yang berada satu meja dengannya. “Ehm.. maaf terlambat.”

“Maaf, membuatmu berlari ke sini,” Jiyoo tersenyum lebar. Ia tak ingin duduk berdua bersama Kang Minhyuk saat ini, jadi gadis itu meminta Hyori datang dengan kecepatan cahaya.

Selain usaha lelaki itu dalam merekrutnya lagi menjadi teman, Jiyoo mendadak tak nyaman dengan tatapan Minhyuk. Kedua matanya begitu tajam dan dalam. Mata itu bisa membuat siapa pun yang menatapnya tenggelam dalam jurang Kang Minhyuk.

Jiyoo menolak memikirkan bahwa kedua mata itu adalah mata yang dikenalnya. Dulu.

“Kalian mau makan apa?” tanya Minhyuk tanpa menurunkan buku menu dari wajahnya.

“Pasta, kami suka spageti,” jawab Hyori. Kedua matanya berbinar melihat susunan daftar makanan yang bersinar di depannya.

Minhyuk mengangguk paham. “Kau suka spageti?”

“Eh? Iya..” sahut Jiyoo kaku. Ia menyikut lengan Hyori diam-diam. “Hyori-ya, apa lagi yang mau kau pesan? Kang Minhyuk akan membayar semuanya hari ini.”

Hyori memindahkan pandangannya pada Minhyuk. “Jinjjayo?”

Ne, aku sedang merayakan sesuatu hari ini,” ujar lelaki itu santai.

“Kalau begitu,” Hyori mulai menarik napas, “Aku mau semua menu di daftar main course, lalu dessert yang tidak terlalu manis, dan sebotol wine putih. Boleh?”

—-

Yoo’s dorm – 4:14 PM

“Hh~ Choi Jiyoo, kau pasti sudah gila,” ujar Hyori sesaat setelah ia menyeret kedua kakinya ke ruang tengah. Gadis itu menyandarkan kepalanya ke tepi sofa. “Kang Minhyuk yang seperti itu kau jadikan teman lagi. Apa kau tidak punya rasa takut?”

Jiyoo mengabaikan ucapan Hyori dan langsung meluncur ke dapur. Dengan menenggak air dalam botol plastik bening, ia menarik napas. “Aku tidak suka berburuk sangka pada orang di dekatku, juga tidak suka berhutang budi pada orang lain.”

“Hutang budi?” ulang Hyori. Gadis itu memutar badannya hingga menghadap Jiyoo.

“Mungkin Kang Minhyuk lupa, tapi aku tidak akan lupa. Aku ingat sorot matanya,” gumam Jiyoo. Botol plastik berisi air mineral masih berada dalam pegangannya.

“Baik, aku benar-benar tidak mengerti,” Hyori mengusap pelipisnya pelan. “Apa ada hal yang tidak kuketahui soal Kang Minhyuk ini?”

Jiyoo membuka pintu lemari es. Kakinya melangkah ringan hingga berhenti di depan meja makan. “Anak laki-laki dalam kenangan.. yang membantuku mencari Ibu saat aku tersesat di stasiun. Anak itu.. aku tidak begitu ingat tentang dia. Hal yang kuingat darinya hanya sorot matanya begitu tajam dan ekspresi datar yang sering ditunjukkannya.”

Mworago? Ya! Choi Jiyoo, kau tidak sedang bercanda, kan? Memangnya masuk akal?” sergah Hyori. “Lagipula, waktu itu usiamu baru 10 tahun.”

“Aku tahu. Anak laki-laki itu memang dingin, tapi dia tidak menyebalkan seperti Kang Minhyuk,” Jiyoo mengangkat bahu. “Kecil kemungkinannya.”

Hyori mengamati wajah Jiyoo lekat-lekat, merasakan ketidakpastian dalam nada suaranya. “Kau.. tidak serius untuk berteman lagi dengan orang itu, kan?”

“Tidak. Aku hanya ingin menunjukkan padanya bahwa ikatan itu bukan sesuatu yang mudah untuk dihancurkan,” jelas Jiyoo. “Aku merasa dia hanya main-main, jadi ikuti saja permainannya.”

“Choi Jiyoo, biar kuberi tahu satu hal,” Hyori menggigit bibir bawahnya sebelum gadis itu menghela napas panjang. “Kadang, ada waktunya untuk mengalah dan membiarkan orang lain untuk menang dalam permainan.”

Dengan seulas senyum tipis, Jiyoo berkata, “Kadang, ada juga waktunya untuk menjadi pemenang.”

—-

Paris – 8:18 AM

Lee Hyukjae memandangi layar ponselnya yang gelap. Benda itu tak berdering sama sekali sejak tiga jam yang lalu. Seharusnya, ponsel dalam genggaman Eunhyuk tak berhenti berdering. Lelaki itu tahu perbedaan waktu Seoul dan Paris.

Seharusnya, di Seoul masih sore dan gadis itu sibuk menanyakan kabarnya di Paris.

Eunhyuk menghela napas. Pikiran buruk yang merambat menyusup di kepalanya segera dihapus bersih, digantikan oleh pikiran yang tidak begitu buruk. Mungkin gadis itu sibuk; salah satu pikiran tak begitu buruk Eunhyuk.

“Kopimu dingin,” tegur Kyuhyun yang duduk di seberang mejanya. Lelaki itu sendiri sudah menyesap cairan cokelat pekat hangat dalam cangkirnya.

“Dia tidak menghubungiku, apa kaupikir dia sedang bersama Kang Minhyuk?” pertanyaan buruk itu terlontar begitu saja dari bibir Eunhyuk.

Donghae, yang berada di sampingnya, menyahut, “Kang Minhyuk? CN Blue?”

“Menurutku, dia sedang sibuk membunuh rasa sepinya bersama Hyo. Sudah, kan?” ujar Kyuhyun, mengabaikan pertanyaan Donghae.

“Mm. Sepertinya begitu,” Eunhyuk mengangguk-angguk setuju. Walaupun ada sebagian dirinya yang membantah pendapat Kyuhyun, lelaki itu tak mau ambil pusing. Baginya, sudah cukup jarak Paris-Seoul ini yang membuatnya frustasi, tak perlu ditambah dengan kehadiran Kang Minhyuk.

Ikatan mereka berdua sudah cukup diuji dan tak perlu ujian lain saat ini.

Suara langkah kaki yang berderap ke arahnya membuat Eunhyuk mendongak. Ia bisa melihat Leeteuk tidak sedang berjalan sendirian. Leadernya memang berkata akan membawa salah satu wartawan majalah lokal untuk pemotretan dan wawancara kali ini.

Jaa~ orang ini akan membantu kita,” seru Leeteuk. Seluruh membernya langsung melihat ke arahnya dan seseorang yang bersama Leeteuk. Nyaris seluruh orang dalam studio café itu melebarkan mata. “Kalian sudah kenal, kan? Song Eunhee.”

Donghae menyikut lengan Eunhyuk. “Kenapa mantan kekasihmu ada di sini? Apa Jiyoo tahu?”

“Tidak,” Eunhyuk menggelengkan kepala pelan. Pandangannya masih tertuju ke arah Song Eunhee. Ucapan gadis itu memang serius. Mereka akan sering bertemu di Paris.

“Masalah lagi,” gumam Kyuhyun. Lelaki itu mengendikkan bahu tak peduli sebelum meneguk habis kopi cokelat dalam cangkirnya.

Song Eunhee berjalan mendekat ke meja Eunhyuk. “Sudah kubilang, kan? Kita akan sering bertemu.”

Dengan mengulum senyum samar, Eunhyuk mengangguk. “Benar. Apa Noona memang sengaja mengikutiku sampai ke sini?”

Lengkungan lembut terbingkai di wajah gadis berkulit putih bersih itu. “Sepertinya ikatan kita belum benar-benar terputus.”

===============TBC===============

Jjan~ masing-masing syuda dapet orang ketiga. Dari dulu piiiiingin banget bikin cinta segi empat, jadi JiHyuk masing-masing ketemu orang-orang lama di idup mereka. xD

Minhyuk.. belom tau sih mau dibawa ke mana perannya. Baek kah, jahat kah. .__.
Song Eunhee.. syuda jelas bakal jadi cewek yang paling ngerti Eunhyuk. :3

Sejauh ini sih keempat orang itu jadi main cast di sini. xD Eumm.. dan Song Eunhee, itu nama fiktip-sefiktip-fiktipnya. Nyehehehe~ agak bingung nyari orang yang mau jadi Noona mantannya Poo. :3 Tapi, pinginnya sih pake Song Qian, biar ni ff jadinya malah Hyuktoria dan Jihyuk (Jiyoo-Minhyuk) xD

Song dari Victoria Song *teteup~*Eunhee… err.. EUNhyuk-HEEchul? xD *saya gila, abaikan!*

Ah, the next maybe BTS of Lovabook Story ch. 14 or Kyutoria Series~ :”>

60 thoughts on “Purple & You [Lima]

  1. SONG EUNHEEE~~~ I LOVE YOU XD
    jangan biarkan Yoo selingkuh sendirian ! HA HA HA
    makin syeru makin rame~~~
    entah kenapa saya jatuh cinta dengan sosok protektifnya poo /tuker ama kyu/ XD

    lanjotskan, choi jipoo~
    saya akan menunggu dengan (tidak) sabar :*

    • Mwoyaaaa~~~?
      tenang, untuk P&Y, yoo syuda menyediakan seorang noona buat poo. :3
      Heeeeeii! jangan tuker2, susah tuh dapet yang kaya LEE HYUKJAE.. :*

      Choi Jipoo?!
      Arasseo, SHIN KYUHYO~ :*
      SHIN HYOBEK, SHIN HYOKYU, SHIN BEKRI!
      terima kasyihh syuda bacaa~ ;D

  2. song eunhee mantannya hyuk pas kapaaan? penasaraaan sama hubungan mereka pas dulu!! kata2nya pas terakhir itu looooh. ayo onniee semangat! pertahankan JiHyuk hehehe jangan sampe jihyuknya itu jiyoo minhyuk, aku tidak setujuu. minhyuknya sama aku aja yeaahahahaha.
    makin penasaran sama lanjutannya pas tau konsep cerita ini hehehe!! HWAITING ONNIE!!!! 😀

  3. mbooook..
    AKU GALAU BACA FF MU!!!

    Kok harus cinta segiempat sih?
    Segi enam ja sekalian.. Tanggung2 amat..
    Haiyaaa…

    Mbook…
    Jangan buat aku benci minhyuk donk.. Kasian muka polosnya…

    Huyaa..
    Aku ngg selanjutny..
    Pst galau lagi..

  4. ternya bnr cinta segiempat ya….
    bakal seru neh, jd penasaran ma cara yoo-poo nolak masing” ‘pengganggu’ hub mereka XD

  5. belom baca keseluruhan , tapi dari awal aja udah dibuat galau
    huaaaaa
    segi 4 kedua sisi yg sejajar sama lho.
    jadi hubungannya ??
    tunggu chap selanjutnya

  6. pengen nangis pas eunhyuk mau pergi ke paris lagi TT-TT penggambarannya ngena kak aku suka ((y)TT-TT)(y) jadi minhyuk ini cowo masa lalu nya jiyoo? Gini2 lama2 jiyoo suka sama minhyuk, andwaeyooo~

  7. akhr’y.. msg2 org ketiga muncul..
    jd msg2 selingkuh nih, haha

    penasaran ma cerita cinta eunhyuk ma song eunhee..
    n knp mereka putus..

    minhyuk jgn jahat2 yah, gak cocok ma muka’y.. wkwkwk

  8. well impas y sm2 ada orang ke 3 di masing2 pihak… Dan justru makin seru aja konflik bkn hanya jarak tp orang ke 3…

    Dan gara2 ni ff aku nyari tw kang minhyuk di google dan ternyata omaigad dy unyu bgt wkwk demen liatnya… Hahay

  9. jangannnnn……

    duh! jadi gondoksama si minhyuk jadinya *soal poo sama noonanya,ga gitu dipikir*

    situnggu lanjutannya author ^^

  10. ommo,,ommo,,ommooo…
    tuh yoonya ga sadar ya ada minhyuk di bandara??
    wah,,,aku juga bakal ga tahan kalo diliatin setajam itu ma si munhyuk…wkwkwkkwkwkw
    pas pertama baca si song eunhee aku juga dah ngira tuh singktn vic,hyuk,chul…aku setuju2 juga kenapa ga langsung vic song gtu??lumayan ada hyuktoria berhubung si kyuny dah punya orang..hahhaha
    makin seru aja nih thor,,apaalagi kelajutan yo sama si minhyuk bikin ngegemesin aja tuh minhyuk…hahahai
    ayo dunk bikin seri kyutoria realnya aja..aku tunggu…fighting!!!

    • makasihh syuda baca yaa..
      kalo pake victoria, takutnya pada nyangka vic dapet peran antagonis, dan melihat banyaknya fans labil nan hobi galau, gak jadi deh. :3
      Kyutorianya ya suka-suka aku mau bikin yg mana. Aku gak niat lanjutin real man kok.

  11. omoo ! minhyuk bener bener nantangin lee hyukjae yaaaaa , hyuuuukkk lindungi yooo.
    aisssshh si yoo juga , udah tau ada niat jahat gitu masih aja mau jadi temennya. ya walaupun minhyuk itu ganteng , tapi tetep aja dina jahaat ahaha
    dan ituuu , mantan hyuk ! essss sumpah ceek gatel banget yaaa , hyuk jauhi diaaaa !

    dan yoooo , aku menanti kyutoriamuuuu yaaaa ahahaha

  12. saya belum komen ya??

    Kekekeke..

    Part ini gak terlalu galau, kalo menurut saya, seperti part kemarin tuh yang bikin degdegan..

    Hehehehhe..

    Aihhh,, cinta segi apa ini?
    Mari kita lihat sekuat apa ikatan mereka,, kekekeke..

    Tapi poo masa sih sama noona2 kau tergoda, kalo yoo sih wajar yah tergoda karena ehmm.. Penggodanya unyu2 gimana gituh..
    Hahahahaha..

    Mari kita berselingkuh.. Hehehehe

    • nanti deh aku bikin yang lebih galau lagi, kak. :3
      lagi hobi ngegalauu nihh~ xD
      Poo kan demen noona-noona.. *sigh* Makanya aku kasih noona baru disinih.. -_- *injek poo*

      MARI BERSELINGKUHHH~~~ xD
      terima kasyih syuda baca yaaa.. ;D

  13. mwoyaaaaa ?!! ini terlalu compicated ..
    ngapein itu si nunanuna muncul lagi .___.
    knp enyuk demen nunanuna sih ?! *tibatibaingetsena*
    ehh tp yoo, mau nanya deeh, mereka muncul di depan publik itu emg pas lagi sepi2nya atw gmn ? hihi . kayanya ngga takut sama netizen sama fans2 gitu ..
    ckck makin penasaran sama usaha poo-yoo pertahanin ikatan mreka XD
    next chap hwaiting~ !! 😀

    • Hahaha~ justru karna sena, terciptalah tokoh eunhee. xD
      aku ngerti dia suka noona2. :3
      Masalah netizen itu… eum, lets say mereka syuda ngedate terang2an. Syuda direstui gitu. xD
      Makasihh syuda baca yaa~ ;D

  14. hemmm………………….. jadi minhyuk itu siapa seh?? *anak bpak mamaknya*
    bener waktu kecil yoo dah ketemu ama minhyuk??

    ok..kekna cinta segi empatnya bakalan dimulai ini..
    ntar siapa ama siapa ya endingnya hehehehe….
    pengen liat poo nangis hahaha

  15. Peran minhyuk keren ._. AaaaA~ gk suka sm song eunhae –” . Knp msti noona” щ(ºДºщ) .wkwwkkw XD ..
    Ahhhh~ makin penasaran sm minhyuk ._. Umma owe suka ma minhyuk di chap ini ._. Bayangin matany lg wkkkk..
    Next chap I’m waitingg XD

  16. baru baca padahal dah tahu dah lama di post -,-
    baca kisah kaya gini (kisah segi banyak) perlu memantapkan hati (?)
    aigo… minhyuk-ah…aku setuju kalo wajah imut lebih mengerikan daripada wajah dingin
    wah…da permainan menarik, kayaknya seru tuh permainan (?)
    part ini gak terlalu bikin galau…meski bagian terakhir bikin gimana gitu…

  17. Jihyuk (Jiyoo-Minhyuk), SongHyuk (Song Eunhee-Eunhyuk) semua ada hubunganya sama masa lalu iah..
    Yg namanya berhubungan dgn masa lalu it pasti slalu rawan..
    Aku kok jd ga suka bgt sama Song eunhee iah 😦
    Tp ga papa deh critanya makin seru neh..

  18. Ternyata oh ternyata…
    Jadi oh jadi….
    Minhyuk dan Jiyoo itu….. #heningditoilet (?)
    Tapi minhyuk disini ngebet banget sama jiyoo yah (u.u)” bang.. bang… disini ada yang nganggur nih baang~ *sodorin diri sendiri* HAHAAHA

  19. Aaaaaaa~ Poo & Yoo terpisahkan oleh jarak lagiii.. Kenapa?? Kenapa?? (˘̩̩̩⌣˘̩̩̩ƪ) *unyel-unyel Shela* xDD. Issssssh,, ada Noona genit mau gangguin Poo~ brb nempel stiker di jidatnya Poo ~ “MILIK YOO” :p baydewei, itu posternya P & Y yg part ini, ulzzangnya sepertinya aku kenal, Kim So Eun yg main di BBF bukan?? Aku sukaaaaa dia… 😉

  20. Arghhhhhhh… Z kesel, sebel, jengkel ma MinHyuk yg imutnya kagak nahan #jengkelApaKesemsem xD

    Dan Song EunHee, kelaut ajj lho!!!

Leave a comment