[Drabble] Don’t Confess!

***

“Aku punya orang lain,” suara lelaki itu membuat Han Yeosin tertegun. Sambil menelan ludah dan menatapnya, lelaki tadi tersenyum lemah. “Maaf..”

Yeosin terdiam di tempatnya. Tenggorokannya tercekat; tak tahu apa yang harus dijawab. Terlalu lama ia diam sampai lelaki tadi berlalu dari hadapannya.

Perlahan-lahan jantungnya terbakar, dadanya sesak, dan air matanya jatuh satu-satu.

“CUT!” seorang lelaki paruh baya berteriak. Yeosin melihat sutradara itu tersenyum, tapi ia tak bisa membalasnya. “Kerja bagus, Yeosin-ah!”

Sambil berusaha menghentikan tangisannya, Yeosin duduk di kursi kayu panjang. Syutingnya selesai. Setelah hari ini tak akan ada jadwal yang menyiksanya. Ia mulai memeriksa ponsel, berharap ada satu atau dua pesan untuknya. Tapi nihil. Benda tipis berlayar sentuh itu tak menunjukkan apa-apa.

“Matamu masih sembab, apa kau terlalu menghayati peranmu?” sebuah suara yang dikenalnya membuat Yeosin menoleh. Kim Heechul sedang berdiri santai sambil memasukkan tangan ke saku celananya.

Yeosin membelalakkan mata. “Kau.. kenapa ada disini?”

Lelaki itu tersenyum menyeringai lalu menarik kursi ke depan Yeosin. “Memberi kejutan. Hari ini syuting terakhirmu, kan? Rayakan hari kebebasanmu dengan makan malam..”

Heechul sudah berdiri lagi sambil menarik tangan Yeosin tapi gadis itu menahannya.

“Wae?” tanyanya, bingung.

“Duduk, ada yang mau kubicarakan,” pinta Yeosin. Sambil mengerutkan kening, Heechul menurut. Yeosin menarik napas berat. “Kau tahu scene apa tadi?”

Heechul menautkan alis. “Putus.”

“Aku punya permintaan,” Yeosin mencoba menenangkan diri dengan menggigit bibir bawahnya. “Kalau nanti kau sudah bosan denganku, kalau nanti kau bertemu orang lain yang lebih baik dariku, dan kalau nanti kita harus putus–“

“Siapa yang akan put–“

“Jangan pernah buat pengakuan kalau kau punya orang lain,” potong Yeosin. “Tidak peduli sebesar apa rasa sukamu padanya nanti, sedalam apa perasaanmu padanya nanti, aku mohon.. jangan pernah beritahu aku soal itu.”

Heechul memandang lurus ke arah mata gadis itu. Dalam sedetik ia tahu Yeosin tak main-main. “Memangnya kenapa?”

“Karena aku egois,” jawabnya. Yeosin mengusap lagi air mata di sudut matanya. “Kau boleh meninggalkanku, boleh. Terserah kau. Tapi aku tak mau mendengar kau mengakui gadis lain di depanku atau di depan semua orang. Setidaknya sampai aku bisa melupakanmu.”

“Egois..”

Yeosin tersenyum kecil. “Benar.”

Sambil bangkit dari kursinya, Heechul mengelus puncak kepala Yeosin. “Mungkin saat itu bisa datang. Tapi nanti. Karena itu–“

“Karena itu,” Yeosin meraih tangan Heechul, menggenggamnya erat. “sampai saat itu tiba, tetaplah disini, menjadi milikku. Menjadi milik Han Yeosin..”

Heechul menarik napas berat. “Menjadi milikmu itu bukan perintah, itu pilihan. Pilihanku..”

===========================

Drabble galau.. maaf Teh Deson, aku pake namkornya buat drabble galau ginii. *bow* Aku suda bilang mau pake namkor reader buat drabble soalnya.. .___.v