The Chastain’s [Serena #5]/Ending

-previously-

Sedetik berikutnya Amelia mendongak. “Aku tidak menemukan kartu anggotamu. Tapi tenang saja, karena kau teman kakakku, aku pasti meminjamimu buku disini. Kau cari buku apa?”

“Buku mitos dan legenda perang,” jawab Vincent. “Sebuah buku yang menuliskan tentang, ‘perang yang sebenarnya akan dimulai saat kau mengedipkan mata satu kali’.”

Amelia mengerutkan kening tapi tetap melangkah ke susunan rak raksasa di depannya. “Ikut aku.”

Vincent menganggukkan kepala lalu bergumam. “Perang benar-benar akan dimulai..”

——

Pandangan Serena tak terlepas dari wajah lelaki rapuh yang duduk di depannya. Ia mengakui wajah rupawan –untuk ukuran manusia- itu tak pernah bisa berhasil membuatnya bosan dan berpaling. Tapi untuk kali ini ada alasan berbeda.

“Aku benar-benar tidak mengerti dirimu,” gumam Serena pelan.

Marcus memasukkan ponsel lipatnya kembali ke saku celana. Matanya mengernyit, tampak tak mengerti. “Kenapa?” tanyanya santai.

“Aku tidak melihat ketakutanmu pada legenda kuno sepertiku, lalu sekarang kau akan membawaku ke rumahmu dan mempertemukanku dengan adik tirimu,” Serena kembali bergumam; dengan nada agak ditinggikan. “Lalu apalagi? Kau akan memintaku minum darah di depanmu?”

Mata Marcus berkedip beberapa kali sebelum akhirnya lelaki itu tergelak. “Apa yang salah dari bertemu Amelia di rumahku?”

Serena menatap Marcus tak percaya lalu mendengus kasar. “Kau sinting? Bagaimana kalau adikmu itu menolakku?”

“Serena Chastain, aku hanya memintamu berkenalan dengan Amelia, bukan menyuruhmu melamarku,” ujar Marcus. “Ng.. kalau soal yang terakhir itu mungkin bisa kau pertimbangkan.”

“Apanya yang dipertimbangkan? Lamaran? Marcus Cho yang baik, walaupun aku ini bukan manusia dan usiaku nyaris satu abad, tapi aku tetap wanita dan akulah yang HARUS menunggu lamaran,” sergah Serena. “Tapi lupakan, bukan itu yang sedang kubicarakan.”

Marcus mencondongkan tubuh ke meja, mendekatkan wajahnya ke arah Serena. “Oh? Sekarang kau yang mau segera dilamar?”

“Aku serius, Marcus,” Serena menyipitkan mata, berusaha terlihat kesal di depan lelaki itu tapi sepertinya usahanya gagal. Bibirnya sedikit terkedut ke belakang. “Ah, aku tidak akan bisa bicara hal penting denganmu.”

“Baiklah, kita coba,” Marcus berdeham. “Apa yang mau kau kritik?”

Serena langsung menolak. “Aku bukan sedang-“

“Ralat, apa yang mau kau tanyakan?” sekuat tenaga Marcus berusaha untuk tidak tertawa di depan gadisnya. Dan ajaibnya, ia berhasil. Marcus melayangkan pandangan tajam ke arah sepasang manik hitam pekat milik Serena. “Hei, matamu indah, kau tahu itu?”

Senyuman Serena terkembang. Tangannya terangkat ke udara, menyentuh pinggiran kelopak mata gelapnya yang sempurna. Tapi mendadak ia ingat sesuatu. “Bukan itu poinnya, Marcus Cho.”

Marcus berkomentar datar. “Vampire adalah makhluk yang mudah dialihkan.”

“Kau benar untuk yang satu itu,” timpal Serena. Kemudian ia berdeham. “Apa yang menjadi dasar dari rencana tololmu untuk bertemu dengan Amelia –dengan keadaanku yang begini; bukan manusia-?”

“Tidak ada,” Marcus menjawab terlalu cepat, membuat Serena memandangnya galak. “Baiklah, satu faktor dasar. Aku pasanganmu kan?” Serena mengangguk. “Kalau begitu kau juga pasanganku kan?”

Serena memutar bola mata. “Demi Tuhan, Marcus Cho! Apa kau masih perlu menanyakannya?”

Marcus tersenyum menang –terlihat seperti senyum menyebalkan di mata Serena. “Lalu apa lagi yang mau kau tanyakan?”

“Benar. Bodohnya aku,” gumam Serena. “Tentu saja kau harus mengenalkanku pada anggota keluarga dekatmu, dan dalam kasus ini dimulai dari Amelia. Lalu aku juga harus mengajakmu ke kediaman Chastain, bertemu dengan ‘bukan manusia’ yang kadang bisa saja membunuhmu. Begitu?”

“Angela tidak terlihat seperti itu. Dan untuk Andrew.. aku tahu dia lelaki yang bijaksana –untuk ukuran vampire,” Marcus tak memalingkan pandangan dari wajah pualam gadisnya.

Serena mendengus. “Baiklah, mungkin bukan Chastain. Tapi bagaimana dengan vampire lain? Apa kau tidak takut?”

“Takut?”

“Ah, benar. Kau bahkan tidak menemukan kata itu dalam kamus edisi khususmu,” sahut Serena santai. Sedetik berikutnya ia memandang Marcus tajam. “Bilang padaku kau takut. Satu kali saja.”

Marcus berpikir sejenak, mengusap-usap dagunya yang lancip. “Aku memang takut.”

“Aku sangat berharap jawaban yang serius,” potong Serena cepat.

Gantian Marcus yang menatap Serena galak, tidak suka jawabannya terputus. “Aku memang takut, bagaimana aku bisa tahan dengan gadis tua berumur nyaris seabad?”

Serena mengerucutkan bibir, melipat tangan lalu bersandar ke kursi kayu. Jelas sekali ia sedang kesal dan semua itu karena lelaki di depannya. Serena tahu Marcus memang tidak punya banyak emosi dalam kepalanya. Tapi kali ini ia sedang ingin melihat sisi manusia Marcus. Sementara Marcus sama sekali ‘tidak manusia’ dalam menghadapi hal-hal mitos konyol ini, Serena justru kebalikannya. Segala emosi manusianya seolah bangkit dan berdiri tepat di depannya.

Serena lebih sering ketakutan sekarang –hal paling ‘bukan vampir’ yang pernah terjadi padanya. Perasaan itu muncul saat Marcus ada di kepalanya. Ia takut lelaki itu menolaknya, takut dia akan menjauhi vampire konyol sepertinya, dan takut Marcus terluka karena Vincent Lee.

Kadang ketakutan-ketakutan itu hanya menampakkan diri sesaat sebelum akhirnya tenggelam. Tapi merasakan ketakutan yang merayap dan menggerayangi dinding kepalanya bukan hal yang tidak pernah terjadi. Dan Serena pikir hal itu sama sekali tidak wajar untuk seorang vampire berusia seabad sepertinya.

“Aku bercanda,” ucap Marcus tiba-tiba, menyadarkan Serena dari pikirannya soal rasa takut dan hal-hal serba ‘bukan vampir’ dalam kepalanya. “Kau marah karena aku mengungkit soal umurmu?”

Serena mengerutkan kening. “Aku bukan Angela yang selalu mengomel soal perbedaan umurnya dan nenek Spencer yang nyaris sama.” Kemudian ia meneruskan, “Aku hanya berpikir, apa ada yang salah denganku atau memang akulah yang sudah gila?”

Kali ini Marcus menatap gadisnya dengan pandangan aneh. “Memangnya vampire bisa jadi gila?”

“Berarti kemungkinan pertamalah yang benar,” Serena –pura-pura- mengembuskan napas berat. “Ada yang salah denganku.” Melihat Marcus mengernyitkan alis, Serena bertopang dagu. “Aku merasa sama sekali ‘bukan vampir’ akhir-akhir ini.”

Marcus mengedipkan mata satu kali. “Bukan vampire? Itu istilah baru duniamu?”

“Ya. Beberapa hari ini aku merasa aneh, ada perasaan yang tanpa kutahu namanya, merayap dan mengganggu pikiranku. Padahal sebagai vampire yang cukup senior aku tidak pernah merasa segelisah itu,” jelas Serena. “Hei, apa kau pikir aku sudah gila?”

Lelaki itu memandang Serena agak lama lalu tergelak lagi. “Kalau aku menganggapmu gila, aku pasti sudah melakukannya saat pertama kali kau bercerita soal Twilight.” Marcus mengusap pipi pucat Serena dengan sebelah tangannya. “Kenapa? Ada apa?”

“Tidak ada, hanya.. kupikir aku sudah semakin ‘manusia’ saat di dekatmu,” Serena meraih tangan Marcus, meletakkannya dalam genggaman tangannya yang pucat.

Alis Marcus bertautan. “Apa itu hal yang jelek?”

“Entahlah,” kepala Serena menggeleng. Ia bisa melihat kekecewaan di raut wajah Marcus, tapi ia tidak bisa meralat ucapannya sendiri. Mengenai perubahannya yang bisa dibilang semakin rapuh, Serena memang tidak tahu hal itu baik atau tidak. Ia sendiri tidak pernah mengalami hal semanusia ini. Ketakutan dengan rasa gelisah yang menyebalkan, semua itu asing untuknya.

Mereka tidak saling bertukar kata-kata. Marcus masih syok, seolah baru saja dituduh jadi pelaku kriminal tingkat berat saat Serena bilang ia kehilangan sedikit perasaan ala vampire-nya setelah bersama dengan Marcus. Di lain pihak, Serena juga tidak tahu bagaimana mengucapkan sesuatu yang bisa membuat Marcus merasa lebih baik.

Serena kembali berkutat dengan pikirannya. Ada banyak hal yang harus ia luruskan, seperti menghilangkan raut kekecewaan yang sekarang masih terpasang di wajah putih Marcus. Tapi ia sendiri tidak bisa merangkai kata-kata manis yang setidaknya bisa meringankan beban pasangannya.

Sepasang manik hitam pekat itu tidak fokus pada obyek apapun. Serena hanya sedang menatap kosong ke tanah saat ia merasakan aura Vincent Lee yang tiba-tiba bercokol di radar kecilnya. Alis Serena bertaut. Kenapa Vincent bisa mendadak ada di kepalanya? Padahal saat ini Serena hanya memikirkan Marcus.

—–

Vincent tidak butuh banyak tenaga untuk memindahkan tubuh Amelia Lee ke sebuah atap gedung perpustakaan. Ia hanya perlu membuat gadis itu pingsan agar rencananya bisa berjalan lancar. Dengan sekali gerakan anggun Vincent sudah bisa membawa Amelia ke lantai atas.

Sambil memerhatikan wajah Amelia, Vincent bergumam. “Salahkan kakakmu..”

Sekali lagi ia menatap lembaran kertas putih yang sudah lusuh di tangannya. Dari sanalah Vincent tahu semua hal tentang Marcus, termasuk adik tiri beda ayah yang tidak pernah dibicarakan Marcus. Vincent meremas kertas itu menjadi bulatan tak beraturan sebelum melemparkannya ke sudut ruangan.

Vincent mendudukan Amelia dengan posisi bersandar ke dinding. Alisnya terangkat sebelah, seolah menyadari sesuatu. “Kau bilang tidak mau ikut campur kan, Aiden?”

Dengan gerakan lembut Aiden berjalan ke arah Vincent yang memunggunginya. “Aku tidak bilang tidak akan berhenti mengawasimu.” Aiden memandangi gadis yang tak sadarkan diri di depan Vincent. “Ini yang kau cari? Kelemahan Marcus Cho?”

“Kelemahan? Memangnya aku sudah terlihat sangat putus asa sampai menggunakan cara sekotor itu?” Vincent tertawa hambar.

“Sejauh yang kulihat, begitulah,” timpal Aiden.

“Sialan kau, Aiden! Aku bisa menggunakan cara yang lebih singkat kalau aku mau melenyapkan Marcus Cho,” Vincent menggeram. “Kau tidak mau tahu untuk apa aku menculik adiknya?”

Aiden mengangkat bahu. “Tidak ada yang perlu kutahu. Kau sudah dengar kalau aku sama sekali tidak berniat ikut campur.” Kemudian ia menambahkan. “Kecuali kau mau memulai perang dengan Chastain.”

“Itu rencana B,” bibir Vincent tertarik ke belakang. “Aku hanya akan minta Serena memilih. Kira-kira nyawa siapa yang lebih berharga, pasangannya atau adik pasangannya.”

Aiden menyipitkan mata lalu melipat kedua tangannya. “Bukankah itu hanya menunjukkan separah apa rasa putus asamu? Bukan mengancam Marcus tapi malah menggunakan Serena. Terlalu kekanak-kanakan untuk seorang pemimpin besar sepertimu, Vincent.”

“Menurutmu begitu?” tanya Vincent. Sedetik berikutnya ia menyeringai. “Kau percaya aku akan melakukan hal konyol seperti itu? Tentu saja aku akan memilih perang, saudaraku. Gadis ini pemicunya. Kalau aku membunuhnya, apa Chastain akan marah?”

Wajah Aiden mengeras. Ia mengarahkan tatapan protes ke arah Vincent. “Kenapa harus membawa manusia dalam masalah ini? Gadis ini bahkan belum mengenal Serena, dan kau menggunakannya untuk umpan? Konyol.”

“Tidak,” Vincent menatap Aiden yakin.

“Katakan rencanamu, Vincent Lee,” geram Aiden.

“Wah, sepertinya aku tadi dengar kalau ada yang tidak mau ikut campur. Rasa penasaranmu lebih besar daripada yang kau sadari kan, Aiden?” Vincent berjongkok, menyejajarkan tubuhnya dengan Amelia Lee yang masih memejamkan mata. “Mata dibalas dengan mata, begitulah kata-kata manusia kesukaanku..”

—–

@Chastain’s

Sudah dua belas kali Angela mencuri pandang ke arah Serena tapi gadis itu sama sekali tidak menyadarinya. Angela merasakan pundaknya ditepuk dari belakang, membuatnya menoleh dan menemukan Andrew berdiri dengan tatapan minta penjelasan.

Angela mengangkat bahu. “Kau pikir aku tahu segalanya?”

“Setidaknya aku tahu kemarin kau sempat bersamanya,” timpal Andrew. “Apa dia sedang bertengkar dengan Vincent?”

“Demi Tuhan, Andrew Chastain! Kenapa kau tidak bisa menerima saja kalau Serena sama sekali tidak tertarik dengan vampire menyebalkan itu?” pekik Angela nyaring. “Serena sudah punya pasangan, dan itu bukan Vincent.”

Andrew membelalakkan mata. “Eh?”

“Begitulah kalau kau sama sekali tidak peduli pada saudari-saudarimu,” umpat Angela sekenanya. “Kau tahu siapa pasanganku kan?”

Alis Andrew mengernyit. “Kurasa kita sedang membicarakan Serena, adikku sayang?” Melihat Angela melotot; minta dijawab, Andrew mengalah. “Semua orang yang mengenalmu selalu tahu Spencer Lee adalah pasanganmu. Lalu?”

“Dia juga sama. Serena sama denganku,” jawab Angela enteng.

“Serena juga memilih Spencer sebagai pasangannya? Bagaimana bisa?” Andrew setengah berteriak, frustasi.

Angela memutar bola matanya lalu beringsut menarik kursi. “Kau sedang mabuk ya? Mana mungkin Serena menyukai lelaki milikku? Maksudku dia juga mengalami hal yang sama denganku.”

Ucapan Angela masih cukup membingungkan sampai Andrew harus berkali-kali mencernanya baik-baik. Sedetik kemudian ia mengerjapkan mata berkali-kali. “Dia..? Dengan manusia..? Dia mengabaikan Vincent hanya demi manusia? Angela Chastain, kuharap kau tahu kadar humorku sedang rendah, jadi berhentilah-“

“Aku tidak akan menunggu sense of humor-mu kembali hanya untuk memberitahu tentang ini,” Angela menyahut. “Lagipula siapa yang menyuruhmu menghabiskan waktu di Jepang hanya untuk mencari pasangan?”

Andrew membeku di tempatnya, sama sekali tidak memedulikan sindiran Angela. “Lalu bagaimana.. tanggapan Vincent?”

“Tidak tahu. Tapi yang jelas Serena masih takut tentang kemungkinan Vincent bisa mencabik-cabik pasangan jiwanya,” Angela meringis, membayangkan perasaan takut yang menyelimuti kakak perempuannya.

“Apa Vincent tidak meminta perang?”

Angela mengerutkan kening. “Perang?” ulangnya. “Kenapa harus ada perang? Serena tidak pernah memilih menjadi pasangan Vincent, lalu kenapa harus berperang?”

“Memangnya Vincent Lee butuh alasan untuk berperang?” ucapan Andrew membuat Angela mengatupkan rahang.

—–

Langkah Serena terasa gontai, setidaknya bagi dirinya sendiri, karena di mata para manusia Serena Chastain tetap sesempurna biasanya. Dengan pandangan kosong, ia menyusuri koridor dan menuju kelas matematika. Serena menarik napas berkali-kali; sesuatu yang ampuh untuk mengurangi beban pikiran –dalam hal ini untuk manusia.

Ia sering melihat Angela dan Spencer bertengkar tapi Serena tidak pernah tahu rasanya akan seperti ini. Malam itu memang tidak bisa dibilang ia dan Marcus bertengkar. Tapi ia merasa sudah bersalah pada lelaki itu. Serena menolak ajakan Marcus menemui adiknya, dan lelaki itu sama sekali tidak berusaha membujuknya lagi. Bagi Serena itu jelas sesuatu yang salah, karena Marcus tidak pernah menyerah semudah itu padanya.

“Apa ucapanku keterlaluan?” gumam Serena.

Pandangannya sama sekali tidak terfokus pada professor setengah baya dengan rambut tipis putih. Entah apa yang sedang dijelaskan Professor Park dalam kelas matematika kali ini, tapi Serena tidak berniat mengikutinya.

“Kau akan sangat keterlaluan kalau kau sama sekali tidak mendengarkanku, Nona Chastain,” tiba-tiba Professor Park sudah berdiri di samping meja Serena sambil berkacak pinggang. “Tuliskan jawabanmu di papan.”

Serena melirik soal matematika dasar di papan tulis, memandangnya tanpa berkedip lalu berjalan anggun ke depan kelas. Dengan setengah malas Serena menuliskan jawaban yang sudah ada di kepalanya. Tapi kali ini ia mengerjakannya selambat mungkin. Terlalu lambat sampai bel makan siang berbunyi nyaring.

Professor Park mengamati pekerjaan Serena. Lelaki paruh baya itu membetulkan letak kacamatanya, berusaha memeriksa jawaban di papan tulis secermat mungkin. Tapi Serena percaya kalau professor itu hanya sekedar mencari kesalahan yang mungkin dilakukannya.

Setelah memeriksa jawaban –atau setelah tidak menemukan kesalahan apapun- dari Serena, Professor Park berdeham. “Lain kali cobalah lebih fokus, Nona muda.”

Serena hanya mengangguk satu kali sebelum mengemasi buku dan melenggang meninggalkan kelas. Ia bergumam pelan. “Pantas saja Marcus benci orang itu.”

—–

Angela mengetuk-ngetukkan jemari pucatnya ke meja kafetaria. Ia sudah sangat frustasi karena Serena tidak mau bilang apa-apa semalam, dan sekarang sama sekali tidak ada perubahan. Dengan tatapan tajam Angela sering melirik Serena tapi sasarannya itu tidak terganggu dengan tingkah Angela.

“Berhentilah menimbulkan suara seperti itu,” bukan Serena yang mengomel, dan itu membuat Angela semakin frustasi. Spencer menahan tangan pucatnya yang masih diketuk-ketukkan ke atas meja. “Kau ini kenapa?”

“Tanya saja padanya,” Angela menunjuk Serena dengan sendok perak di tangannya.

Serena mengerjap beberapa kali lalu mengangkat wajah. “Aku kenapa?”

“Akulah yang harus bertanya. Sejak semalam sikapmu itu aneh. Hanya bisa melayangkan pandangan kosong dan tidak mau bicara padaku atau Andrew. Kalau Andrew itu manusia dia pasti sudah gila menghadapimu,” omel Angela panjang-lebar.

“Kau atau Andrew yang bisa begitu?” Spencer melirik Angela lalu terkekeh.

Angela mendengus. “Baiklah. Aku yang akan gila. Nona Chastain, kau tahu kan aku sama sekali tidak bisa tidak tahu apapun? Dan sekarang bayangkan perasaanku saat ini!”

“Rasa penasaran itulah yang bisa membunuhmu,” timpal Spencer. “Biarkan orang lain punya privasi. Kurasa Serena dan Marcus butuh waktu sendiri.”

Dengan kecepatan cahaya Angela menoleh ke arah Spencer. “Marcus?” Lalu mengalihkan matanya kembali pada Serena. “Kau dan Marcus bertengkar?

“Bukankah kau sudah dengar soal privasi dari pasanganmu, Angela-ku sayang?” Serena tidak menatap Angela. Ia sedang tidak ingin bicara soal ini pada siapapun. Setelah menenggak cokelat panasnya yang sudah dingin, Serena bangkit dari kursi. “Jangan ikuti aku.”

Angela mengangkat bahu. “Terserah. Privasi kan?”

Serena berbelok dan menghilang di ujung pintu kafetaria. Langkahnya terlihat cepat bagi mata manusia tapi Angela tahu Serena sedang tidak bersemangat. Ia menopang dagu sementara pikirannya berdebat sendiri. Apa yang jadi bahan pertengkaran Serena dan Marcus?

“Privasi, Angela, privasi,” Spencer mengulangi, seolah bisa membaca pikiran nakal dalam kepala gadisnya. Angela mendengus, sebal. Tapi tiba-tiba Spencer membelalakkan mata. Ia menarik lengan Angela cepat. “Itu.. Vincent kan?”

Angela mengernyitkan alis lalu menoleh ke arah yang sama dengan Spencer. Tangannya terangkat ke udara, membekap mulutnya sendiri. “Siapa.. gadis itu?”

Tahu pertanyaannya tidak akan dijawab siapapun, Angela memerhatikan Vincent lebih teliti. Angela mencium aroma lain dari gadis di samping Vincent. Tanpa butuh waktu lama, ia tahu gadis itu bukan manusia tapi belum ada aroma vampire yang pekat darinya. Gadis itu vampire baru.

“Apa yang dilakukan Vincent dengan membawa vampire muda kesini?” gumam Angela.

Spencer, yang ternyata mendengar gumaman itu, memekik, “Vampire? Vampire muda?”

Kepala Angela mengangguk, tapi ia tak melepaskan pandangannya dari Vincent dan gadis berkacamata yang berambut pendek gelap. “Ada yang tidak benar disini..”

—–

Serena Chastain hanya berdiri tegak saat matanya sibuk mengawasi sosok Marcus di bawah pohon oak raksasa. Dadanya berdenyut nyeri setiap kali ia melihat Marcus. Memang tidak seperti dahaga yang membakar, tapi jelas itu bukan perasaan yang menyenangkan. Berdasarkan memori manusianya yang sudah kabur, pasti ia sedang merindukan lelaki itu.

Tapi akal sehatnya yang lain berusaha menolak kenyataan, Serena sedang tidak bisa menguatkan diri untuk menemui Marcus. Ternyata sifat Angela yang keras kepala diturunkan darinya.

Serena mendesah berat. “Bodoh..”

Ia baru akan meninggalkan lelaki itu di taman mereka tapi matanya menangkap sesuatu yang berbeda. Marcus sedang tidak tenang. Lelaki itu sibuk memainkan ponsel tipis yang masih ada di tangannya. Serena mengerutkan kening, bertanya-tanya. Kenapa Marcus terlihat aneh?

“Ah, terserahlah!” umpat Serena. Dengan cepat ia melangkah ke arah Marcus dan dalam hitungan detik Serena sudah ada di samping lelakinya. “Ada apa?”

Marcus menoleh, sedikit terkejut karena kedatangan Serena yang tiba-tiba. Tapi kemudian ia menampakkan wajahnya yang datar. “Kau disini?”

“Memangnya siapa yang kau lihat?” Serena berusaha tidak memancing topik tentang pertengkaran konyol mereka. “Ada apa denganmu?”

“Amelia.. sejak semalam sama sekali tidak pulang,” ujar Marcus. Ia lalu kembali berkutat dengan ponselnya. “Sudah berkali-kali kuhubungi tapi gagal.”

“Kenapa baru panik sekarang?” Serena duduk di batang oak besar.

Marcus menggaruk kepalanya. “Semalam aku juga tidak pulang. Ibuku bahkan nyaris melaporkan kehilangan dua anaknya. Tapi begitu aku bisa menerima telepon darinya dia malah menyuruhku mencari Amelia. Padahal kupikir anak itu sudah dewasa, tidak perlu terlalu dicemaskan. Aku benar kan?”

“Kau ini kakak macam apa?” omel Serena. “Lalu bagaimana sekarang?”

“Apanya yang bagaimana? Tidak ada satu orang pun yang tahu dia kemana,” ucap Marcus. Sedetik berikutnya ia menarik Serena ke pangkuannya. “Kau tidak mau tahu kenapa aku tidak pulang?”

Kepala Serena menggeleng. Ia membiarkan Marcus memeluknya dari belakang. Pelukan itu terasa semakin erat dan ajaibnya, bisa membuat Serena hangat. Serena berbalik menatap pasangannya. Tangan Serena terulur ke pundak Marcus, menyusuri wajah dan leher lelaki rapuh itu.

“Aku tidak bisa pulang karena terlalu sibuk memikirkan sesuatu,” ucap Marcus.

Serena mengerutkan kening. “Apa?”

“Soal kata-katamu. Tentang dirimu yang berubah menjadi agak ‘manusia’ setelah bersama denganku. Bukankah itu bisa juga kuartikan sebagai ‘akulah kelemahan terbesar’mu?” Marcus menempelkan wajahnya ke pundak Serena.

“Ya.. dan ada sesuatu yang mau kuralat,” ujar Serena. Ia merengkuh wajah lelaki itu dan menatap matanya lekat-lekat. “Tidak ada yang salah dengan itu. Mungkin aku memang terlalu bodoh sampai harus panik hanya karena hal konyol itu.”

Marcus mengernyitkan sebelah alisnya. “Bukankah itu juga bukan hal yang benar?”

“Tidak tahu,” Serena mengangkat bahu. “Yang kutahu, aku bisa sempurna denganmu. Dan kau bukan kelemahan terbesarku. Kau itu kekuatan abadiku.”

“Oh? Aku tidak tahu kau sudah memberiku gelar setinggi itu,” ucap Marcus.

Serena mendengus. “Seharusnya aku tahu kau akan bersikap semenyebalkan ini.” Ia kemudian teringat sesuatu yang lebih penting. “Soal Amelia, bagaimana mencarinya?”

“Bukankah sudah kubilang kalau dia sudah dewasa, jadi kurasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujar Marcus enteng.

“Benar, aku baik-baik saja, tidak usah cemas,” suara sebening lonceng itu membuat Marcus berbalik. Serena ikut menoleh tapi matanya sudah tertuju pada lelaki lain.

Marcus menyipitkan mata. “Amelia Lee! Kau tidak tahu kalau ibu nyaris gila karena kau hilang? Kemana saja kau?”

Amelia Lee, gadis berkacamata dengan rambut cokelat pekat itu tersenyum tipis. “Aku tidak ingat waktu saat bersama Vincent.”

“Vincent?” ulang Marcus. Ia mengikuti arah tatapan Amelia, dan menemukan lelaki berbadan tegap dengan rambut pendek hitam. Pikiran Marcus langsung melayang pada betapa sempurnanya sosok vampire lelaki. Dengan cepat ia bisa menarik kesimpulan kalau di depannya sedang berdiri satu vampire. Vampire yang secara tidak langsung menjadi rivalnya.

Serena menatap Marcus dan Amelia bergantian. “Dia.. Amelia? Amelia itu.. vampire?”

“Apa?” Marcus menoleh ke samping, seolah jaraknya yang dekat dengan Serena sama sekali tidak memperjelas ucapan gadis itu.

“Vincent, kau mengubahnya?” tanya Serena, defensif. Ia merentangkan tangannya di depan Marcus, berusaha menjaga jarak pasangannya dengan vampire baru yang ternyata bernama Amelia.

Vincent tersenyum, sinis. “Aku punya hak.”

“Tidak, kau tidak punya hak apa-apa!” sergah Serena cepat. “Dia bukan pasanganmu! Aku bahkan tidak yakin kau menyukai manusia seperti- Oh!”

“Benar. Aku mengubahnya untuk alasan lain. Aku hanya ingin melihat reaksi pasanganmu. Bagaimana jadinya kalau dia melihat adiknya dalam wujud yang berbeda. Amelia Lee tampak lebih menarik kan?” tanya Vincent. “Penampilannya sebagai vampire tidak jelek.”

Marcus merasakan tangannya terkepal kuat. Ia memandang nanar adik tirinya yang masih berdiri setia di samping Vincent. Wajah Amelia memang berubah, tampak lebih pucat dan tanpa cacat. Hanya kacamata bingkai hitamnya yang masih memberi kesan kalau gadis itu masih adiknya yang sama.

“Vincent Lee…,” panggilan Marcus terdengar putus asa, nyaris tanpa tenaga. “Sepertinya kau sudah sangat putus asa bahkan sebelum bertemu langsung denganku.”

Vincent menatap Marcus kesal. “Aku? Putus asa? Kau salah. Tapi kalau kau bilang aku adalah vampire paling pendendam, memang begitulah aku. Kalau aku tidak bisa menjadikan Amelia Lee menjadi pasanganku, aku bisa menjadikannya pengawal di koloni Lee.”

“Kau penciptanya dan kau tidak bertanggung jawab atas dia?” pekik Serena. “Dia masih baru, Vincent. Itu bisa menimbulkan masalah!”

“Siapa yang peduli? Chastain? Andrew bahkan tidak akan mengambil keputusan untuk berperang melawan koloniku,” ujar Vincent santai.

Serena baru akan menjawab saat Marcus tiba-tiba melayangkan tinjunya ke wajah porselen Vincent. Tidak ada respon berarti dari Vincent. Ia hanya memandang Marcus geram dan setengah jijik karena wajahnya sudah disentuh makhluk yang lebih rapuh darinya.

“Chastain yang akan mengambilalih tugas bertanggung jawab pada Amelia Lee,” tegas suara nyaring yang berasal dari belakang Vincent. Angela Chastain dan Spencer Lee berjalan ke arah Serena. “Kau sudah dengar kan, Vincent Lee yang terhormat, kami akan menggantikan peranmu sebagai pencipta Amelia. Kau tahu itu bisa dilakukan.”

“Oh? Kurasa hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Chastain. Amelia Lee adalah koloniku sekarang. Dan aku berhak menjadikannya apapun,” tegas Vincent.

Angela melipat kedua tangannya. “Kau itu pemimpin koloni besar, seharusnya kau tahu hak penciptaan itu hanya ada pada hubungan pasangan abadi. Bukan pada hubungan pemimpin dan pengawal.”

“Aku.. haus,” semua mata tertuju pada Amelia Lee. Vampire baru itu sedang menarik lengan baju Vincent, seolah merengek manja.

Vincent tersenyum kecil lalu membelai rambut cokelat Amelia. “Kita akan berburu hari ini.”

Mendengar kata ‘berburu’, Marcus mendadak mual. Kalau berburu yang dimaksud adalah pemandangan tak menyenangkan yang pernah ia lihat, ia pasti akan benar-benar muntah saat membayangkan Amelia-lah yang akan melakukan hal menyeramkan itu.

Marcus tidak bisa melepaskan pandangannya dari punggung Amelia yang semakin menjauh. Tidak ada yang bisa ia lakukan, bahkan untuk sekedar mengajak Amelia pulang. Ia terlalu terkejut sampai membeku di tempat. Tangannya yang terkepal perlahan merenggang. Serena mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Marcus erat.

Angela melirik Serena. “Kurasa ini waktunya perang..”

—–

@Chastain’s

“PERANG?” Andrew Chastain membelalakkan mata begitu Angela menyuarakan pikirannya.

“Ya, perang. Bukankah Vincent sudah melanggar aturan? Lagipula Amelia Lee itu kan adik Marcus, dan kalau kau masih ingat, Marcus adalah pasangan abadi Serena.” jelas Angela.

Andrew menyipitkan mata, memandang wajah serius adik kecilnya dengan tatapan kau-pasti-sudah-sinting. “Kita? Melawan koloni Lee? Angela, aku tahu kita tidak punya otak, tapi setidaknya kau juga punya kecerdasan melebihi manusia berusia 80 tahun, kan?”

“Terima kasih banyak sudah mengungkit soal usia,” cibir Angela. Ia melipat kedua tangannya. “Tapi memangnya kau setuju dengan tindakan vampire tolol yang sudah seenaknya itu?”

“Aku tidak bilang setuju,” ujar Andrew. Sebelum Angela menyahut senang, Andrew mengangkat tangannya. “Tapi aku juga tidak bilang ingin ikut campur.”

Marcus, yang sejak tadi hanya menonton perdebatan Angela dan Andrew, melepaskan genggaman tangannya dari Serena. “Apa tidak ada cara lain? Selain perang?”

“Tidak ada,” ucap Angela cepat.

“Kalian tadi bilang soal pengubahan manusia, kan? Apa tidak ada yang bisa mengubahku jadi-“

“Bisa. Tapi Serena akan membunuhku kalau aku melakukannya,” Angela melirik Serena yang sedang mengerutkan kening ke arahnya. “Dan kalau kau minta Serena melakukan hal itu, aku berani bertaruh setengah dari umur eksistensiku, dia akan menolakmu. Tanpa kompromi.”

Serena mendelik, memandang Angela geram. “Aku juga akan mempertaruhkan setengah dari usiaku untuk membuangmu ke ujung dunia kalau berani membahas hal ini lagi.”

“Hei, pasanganmu bertanya dan aku hanya menjawab,” Angela mengangkat bahu ringan lalu melenggang duduk kembali ke pangkuan Spencer.

Tanpa perlu waktu lama, Serena sadar ada sepasang mata bening yang menatapnya. Serena mendesah. “Marcus, aku tidak mau. Tidak sekarang.”

“Kapan?”

“Apanya? Tidak tahu. Yang jelas aku tidak akan melakukannya tanpa pertimbangan,” ujar Serena.

Marcus menyipitkan mata. “Kenapa? Memangnya vampire-sok-sempurna itu sudah mempertimbangkan semua hal saat mengubah Amelia menjadi seperti dia? Makhluk menakutkan yang suka membunuh?” Ia menatap Andrew dan Angela. “Eh, maaf.”

“Tidak masalah. Kami tidak membunuh seperti koloni Lee,” Andrew mengangkat bahu.

“Lalu kenapa tidak bisa mengubahku?” tanya Marcus. Semua mata cokelat pekat di ruangan itu terarah padanya, termasuk Spencer. Marcus balas menatapnya. “Kau tidak mau jadi pasangan abadi Angela?”

Serena menarik tangan Marcus, membuat lelaki itu memandang langsung ke mata gelap Serena. “Ikut aku!”

—–

“Kenapa tidak mau melakukan itu untukku?” tanya Marcus. Ia terus memerhatikan Serena yang terlihat lebih sering bergerak.

Gadis itu menempelkan tangannya ke pegangan balkon, menggenggamnya erat tanpa melirik Marcus. “Apa kau tahu apa akibatnya kalau kau berubah menjadi sepertiku?”

“Abadi, tidak bisa mati, selalu haus darah, dan bisa mencintaimu selama-lamanya. Lalu?”

“Perubahan itu tidak sesederhana yang kau pikirkan,” desah Serena, berat. Seolah topik ini membuatnya lelah lebih cepat.

Kali ini Marcus yang menarik lengan Serena, membuat gadis itu bisa merasakan hawa panas dan hembusan napas Marcus yang teratur. “Kalau begitu jelaskan padaku.” Tapi kemudian ia memotong, “Jangan bilang kalau aku akan menderita selama berhari-hari, tidak akan bisa membiasakan diriku dengan aroma manusia, menjadi lelaki super pucat yang menyeramkan-“

“Ini bukan tentang Twilight, Marcus Cho,” sela Serena. “Demi Tuhan! Mau sampai kapan kau menghubung-hubungkan dunia nyata ini dengan novel best-seller seperti itu?”

“Aku hanya menebak. Dan aku bisa mulai mendengarkan sekarang,” Marcus mengangkat bahu sambil tersenyum.

Serena menatap Marcus tepat ke matanya lalu segera berpaling dari sana. “Apa kau tahu kalau kau bisa kehilangan perasaanmu saat kau mulai berubah?”

“Eh?”

“Apa kau juga tahu kalau nanti kau berubah kau akan menjadi seorang pembunuh buta yang tidak bisa berpikir?” jelas Serena. “Kau tidak akan bisa mengenali keluargamu lagi kalau kau sedang haus. Apa kau tahu kau bisa membunuh mereka kapan saja?”

Marcus menatap Serena datar. “Aku tidak akan jadi vampire bodoh seperti itu.”

“Benar. Bodoh kan?” Serena tertawa kaku. Ia mengeratkan pegangannya ke tepi balkon. “Tidak akan ada orang bodoh yang membunuh ibunya sendiri.”

“Apa?”

Serena menatap langit dengan pandangan mengambang. Ia tak berusaha menemukan sesuatu untuk dilihat jadi ia hanya memandang ke atas. “Aku meminum darahnya sampai kering. Aku melihatnya di tanganku, dengan darah dan luka robek di lehernya. Kalau aku bisa menangis, aku akan melakukannya. Kalau aku bisa bunuh diri, aku tidak akan berpikir lagi untuk sekedar mempertimbangkannya.”

Mata Marcus melebar, seolah ia baru saja mendengar pengakuan perbuatan kriminal. “K-kau? Membunuh ibumu?”

“Menyedihkan, kan? Aku pasti terlihat seperti monster yang menyeramkan,” bisik Serena lirih. “Seperti yang kau bilang, makhluk pembunuh.”

Marcus merengkuh wajah Serena, membingkainya dengan kedua tangannya yang hangat. “Tidak. Anggap saja aku tidak pernah mengucapkan kata-kata konyol seperti itu.”

“Tidak ada yang salah dengan ucapanmu. Kami memang pembunuh,” Serena berusaha tidak menatap lelaki di depannya. “Aku membunuh ibuku dua jam setelah aku berubah. Angela minum darah adiknya, dan Andrew membuat dirinya kehilangan pasangannya sendiri sehari setelah berubah. Kami berubah menjadi monster.”

“Serena…,” panggil Marcus. Terdengar ada nada prihatin dalam suaranya. Ia menunduk, menempelkan dagunya ke puncak kepala Serena.

“Jangan menganggapku cengeng, aku tidak menangis. Setidaknya aku tidak akan bisa,” Serena menarik sudut bibirnya, membentuk senyuman kecil. “Sekarang kau tahu alasannya. Aku tidak mau membuatmu jadi monster.”

Marcus menyipitkan mata. “Ada pertanyaan yang tiba-tiba menggangguku.” Serena mengerutkan kening, bertanya. “Siapa yang mengubahmu? Dan siapa yang menciptakan Chastain?”

“Seorang vampire gila dewasa yang sangat terobsesi pada koloni Lee. Dia melihat koloni besar itu sebagai sebuah karya agung, dan dengan santainya dia memilihku, Andrew, dan Angela sebagai anak angkatnya,” Serena mencibir, memperlihatkan nada jijik dalam suaranya. “Dan dia memang sudah sengaja membiarkan ‘anak-anak barunya’ membunuh manusia di dekat mereka, agar kami tidak punya tempat lain untuk datang kecuali hanya padanya, membentuk keluarga kecil bernama Chastain.”

Mata cokelat Marcus melebar, terkejut. “Vampire gila!”

“Memang. Dan kami dengan susah payah bisa melepaskan diri darinya,” ujar Serena. “Setelah setengah abad hidup bersama, aku dan Andrew bisa menahan godaan darah manusia lalu mulai minum darah donor. Aku bersikeras meminta vampire gila itu untuk memperluas koloni Chastain, dan akhirnya aku ada disini, bersama Andrew dan Angela.” Serena tersenyum melihat ekspresi Marcus yang tidak bisa ditebak. “Bagaimana? Menakutkan, kan?”

Marcus menggeleng. Ia memainkan tangannya di sela-sela rambut gelap Serena, membelainya lembut lalu mengecup kening gadis itu. “Seratus tahun lalu kau sangat menderita..”

“Hanya itu?”

“Eh?”

Serena balas memandang Marcus dengan alis terangkat sebelah. “Tanggapanmu tentang cerita menyeramkan itu, hanya begini? Tidak ada wajah pucat atau dahi yang berkeringat?”

“Entahlah. Yang ada di pikiranku hanya dirimu yang sendirian, tersiksa tapi tidak bisa menangis, dan gadis dengan wajah sempurna yang diam-diam menyedihkan,” jelas Marcus.

“Marcus, aku tidak tahu tindakan ini benar atau tidak tapi,” Serena memeluk pinggang lelaki itu erat. “kurasa kau memang sudah siap..”

—–

Selama dua menit sekali Nadine Lee melirik gadis porselen dengan kacamata hitam di samping Vincent. Taringnya berdenyut-denyut, tidak tahan dengan aroma darah yang masih tersisa di pakaian Amelia. Vampire baru itu baru saja diajak berburu dan sudah membunuh dua orang lelaki dewasa. Seolah tidak cukup dengan darah mereka, Amelia juga mengoyak otot manusia itu dan membawanya ke kediaman Lee.

“Dia lebih mengerikan dariku,” Nadine berkomentar singkat, sekedar berbisik pada Aiden yang berdiri setia di sampingnya.

Aiden tersenyum tipis. “Kau tahu Vincent tidak akan memilih gadis lemah.”

“Tapi dia mengerikan. Memangnya Vincent benar-benar menjadikannya pasangan?” tanya Nadine.

“Aku memang pasangan Vincent,” suara nyaring yang berdenting itu membuat Nadine dan Aiden menoleh bersamaan. Amelia mengusap bibirnya yang kotor karena darah lalu memandang Nadine dengan mata maniknya yang berkilau. “Apa kau tidak tahu kalau aku adalah pasangan abadi Vincent?”

Nadine meringis. “Tapi tidak ada pengumuman resmi dari Vincent kalau dia akan mengambil pasangan.”

“Dia sudah mengubahku dan aku tidak mau menerima posisi lain selain pasangan abadi,” tegas Amelia. Sedetik berikutnya ia melirik Vincent. “Aku dengar kau mau hanya mau menjadikanku sebagai pengawal koloni Lee, dan aku tidak mau.”

Aiden menatap Amelia lalu beralih pada Vincent. “Kau dalam masalah..”

—–

“Bilang padaku kau tidak serius!” Angela berteriak-teriak di ruang tengah Chastain. Ia harus berulang kali bertanya pada semua orang untuk meyakini indera pendengaran mortalnya itu belum rusak –memang tidak akan pernah rusak.

Serena memandang adiknya dengan pandangan bingung. “Kau sendiri yang menyarankan hal ini, kan?”

“Tapi aku sama sekali tidak serius! Yang kutahu kau tidak akan pernah melakukan hal seperti itu pada Marcus, tidak akan, bahkan seandainya eksistensiku yang jadi taruhannya!” pekik Angela. “Kau sendiri yang bilang kalau kau belum siap.”

“Memang. Tapi dia sudah,” telunjuk Serena terarah pada Marcus yang sedang tidur di sofa, tepat di samping Spencer.

Angela mengerutkan kening. “Dia? Siap? Tidak ada yang tahu siapa yang sudah dan belum siap tentang hal itu, Nona.”

“Aku tahu. Tapi kau sendiri juga mengakuinya, kan, kalau dia adalah manusia paling berani yang pernah kau temui sepanjang eksistensimu?” ucap Serena.

“Aku memang bilang begitu tapi aku tidak bilang akan mendukungnya berubah,” Angela mendesah berat. “Dia.. masih punya ibu, Serena. Bagaimana kalau dia-“

“Dia bisa mengontrol pikirannya dengan baik-”

“Itu yang kau katakan pada Nadine setengah abad yang lalu, sebelum Aiden mengubahnya,” sela Angela. “Tapi hasilnya? Nadine membunuh kakaknya sendiri.”

Serena membelalakkan mata. “Aku tidak percaya kau masih menyimpan kisah menyedihkan itu! Apa kejadian itu salahku? Apa aku yang memaksa Nadine untuk tetap berubah? Aku hanya memberikan pendapatku pada Aiden, dan itupun karena aku diminta!”

“Berhentilah berteriak!” Andrew menengahi. “Tidak adakah bahan obrolan lain selain mengungkit kejadian berpuluh-puluh tahun lalu? Nadine sudah tidak mempermasalahkan hal itu, lalu kenapa kalian masih membahasnya sekarang?”

Serena mengangkat bahu. “Bukan aku yang mulai.”

“Aku hanya ingin kau mengingat apa yang pernah kau ucapkan padaku,” Angela melipat kedua tangannya. “Kalau kau adalah seorang pembunuh, kau tidak punya hak untuk membuat orang lain menjadi sepertimu. Itu kan yang kau bilang saat aku mau mengubah Spencer?”

“Itu berbeda, Angela. Sangat berbeda,” ucap Serena.

“Kalian saaaangat berisik,” Marcus menggeliat, meregangkan otot lalu memandangi Serena dan Angela bergantian. Kemudian ia melirik Andrew. “Andrew, apa kau tidak kerepotan?”

Andrew mendesah. “Tentu saja repot. Kupikir mereka bisa lebih tenang saat punya pasangan, ternyata malah lebih parah.” Ia berkacak pinggang. “Baiklah, selesaikan masalah kalian. Bicarakan yang benar.” Lalu melenggang pergi memunggungi mereka berempat.

“Oke, kita mulai darimana?” tanya Angela.

Serena memicingkan mata. “Kau bertanya seperti itu seolah kau juga punya hak bicara, Angela Chastain.”

“Oh? Jadi aku sudah tidak punya hak suara sekarang?” Angela balas menatap sambil menggeram. “Aku hanya menyadarkanmu pada pendapatmu yang dulu.”

“Baiklah, sudah cukup perdebatan antar gadisnya. Kalau kalian ingat, akulah yang akan memilih, jadi jangan memperpanjang masalah,” Marcus berdiri di tengah-tengah kedua gadis yang masih saling menggeram satu sama lain.

Spencer membuka matanya dan langsung menghampiri Angela, memeluk pundaknya lalu berbisik lembut. “Ini tentang Amelia, Angela. Serena dan Marcus tahu apa yang akan mereka lakukan..”

Untuk sejenak tadi Angela menatap Spencer agak lama lalu menganggu satu kali. Angela mendongak, memandangi Serena. “Baiklah. Terserah. Aku mendukungmu.”

“Terima kasih banyak,” ujar Serena sambil mendesah berat.

Angela mengangkat bahu ringan. “Lalu mau mulai kapan?”

“Secepatnya,” sela Marcus. “Siapa yang akan melakukannya? Mm.. aku bisa meminta Serena kan yang mengubahku? Lalu sebaiknya ada yang memberitahuku bagaimana menjadi vampire baru yang penurut dan baik hati tanpa harus menghilangkan akal sehatku.”

Spencer melongo, menatap Marcus dengan mulut terbuka. “Kau sinting?”

“Aku hanya perlu melakukan ini untuk adik tiriku. Mana mungkin aku membiarkan tuan vampire-sok-sempurna itu memonopoli Amelia dan menjadikannya hanya sebagai vampire pengawal?” jelas Marcus.

Dalam setengah detik Serena sudah memutar bola matanya. “Sudah kubilang dia sudah sangat siap.”

“Tunggu, siapa yang bisa memberitahuku soal akan seperti apa aku setelah berubah? Apa aku akan jadi sangat menyeramkan?” Marcus menatap Serena dan Angela bergantian, meminta jawaban. “Seperti apa rasanya? Apa sangat menyiksa?”

Angela mendengus sambil menyikut lengan Serena. “Mau sampai kapan dia menyamakan kita dengan dunia vampire di Twilight?”

“Aku sudah mengatakan hal yang sama sepertimu,” Serena meringis. “Sepertinya dia itu penggemar Stephenie Meyer.”

—–

Vincent masih saja memandangi lapangan hijau yang menghiasi halaman rumah raksasanya. Pikirannya sama sekali tidak bisa berhenti untuk tidak terfokus pada sosok Serena. Serena Chastain yang sempurna dalam tubuh porselen indahnya. Serena Chastain, yang Vincent pikir sudah sinting karena sudah mencintai seonggok makhluk hina rapuh yang menyedihkan.

Kemudian telinganya mendengar suara pintu berdecit. Ia memperingatkan tanpa menoleh. “Sudah kubilang aku tidak mau diganggu, Aiden-“

“Ini aku,” suara itu masih terdengar asing bagi Vincent tapi ia bisa mengenali suara ciptaannya sendiri.

“Amelia..” Vincent berbalik, menemukan gadis itu berdiri di tepi pintu.

Amelia tersenyum lembut, berjalan anggun ke arah Vincent lalu meraih lengan lelaki itu. “Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Seorang gadis,” jawab Vincent datar.

“Apa kau tahu peraturannya?” Amelia mengalungkan lengannya ke leher Vincent. “Aku sudah menjadikanmu pasangan abadiku sejak hari pertama eksistensiku.”

Vincent mencibir. “Aku tidak pernah mengijinkan siapapun mengangkatku sebagai pasangannya. Jadi berhentilah bermimpi.”

“Kau sudah mengubahku. Apa kau tidak tahu bagaimana aku sangat memujamu?” ucap Amelia. Bibirnya menyusuri wajah Vincent. “Aku membutuhkanmu.. kau penciptaku, dan aku pemujamu.”

“Kalau begitu bukankah kau sudah harus cukup puas dengan posisi pengawal koloni? Aku bisa menjadikanmu pengawalku,” ujar Vincent, mengabaikan ciuman lembut yang menghujani seluruh bagian wajahnya.

Amelia menggeram, menggertakkan gigi lalu menarik wajah Vincent ke depan matanya. “Kau tidak akan bisa menolakku.”

Vincent berusaha menjauhkan wajahnya tapi tarikan gadis itu terasa lebih kuat. Vampire baru memang harus diwaspadai. Terlalu merepotkan kalau mereka sudah kesal. Tapi detik berikutnya Vincent mencium aroma lain yang menyerbak menyerbu indera penciumannya. Aroma itu menggoda, seperti darah yang mengundang dahaga tapi aroma ini jauh lebih kuat.

Pelan-pelan Amelia mengusap pipi kanan Vincent, membelai lalu menciumnya agak lama. Dengan satu kali tarikan napas kosong –karena memang tidak ada paru-paru yang wajib menghirup oksigen- Amelia merengkuh wajah lelaki itu erat sebelum ia mencium bibir Vincent. Ciuman panas itu sama sekali tidak membuat Vincent risih. Ia membiarkan Amelia melakukan apa yang mau ia lakukan.

Amelia menjauhkan tubuhnya lebih dulu. “Kau menyesal sudah menolakku?”

“Aku tidak pernah menolakmu,” sahut Vincent. “Tapi lain kali hilangkan dulu bau darah dari tubuhmu. Aku hampir tergoda karena bau itu.”

“Kau payah dalam selera humor. Marcus jauh lebih baik darimu,” Amelia memutar bola mata. “Aku sudah tidak berurusan dengan korbanku, bajuku sudah kuganti sejak tadi. Hidungmu pasti bermasalah.”

Vincent mengerutkan kening. “Lalu aroma apa tadi?”

—–

Angela tidak pernah terlihat secemas ini; tidak menyentak-nyentakkan kaki dan meremas tangan Spencer erat. Tidak akan sepanik ini. Bahkan sekalipun saat ia sedang berada di depan para vampire tertua di Chastain.

“Apa yang kau takutkan?” tanya Spencer yang bersandar di sampingnya.

“Bagaimana kalau Marcus berubah jadi monster pembunuh? Sama sepertiku, dan Serena, dan Andrew, dan vampire lainnya? Atau bagaimana kalau dia malah berubah jadi vampire tolol seperti Vincent?” Angela mendesah berat.

Spencer mengernyitkan alis. “Kalau kau begini kau makin mirip dengan nenek umur 80 tahun.”

“Apa?” Angela melirik Spencer tajam, membuat pasangannya itu buru-buru menundukkan kepala.

“Hei, kalau Marcus bisa berubah dengan sukses, apa kau juga akan mengubahku?” pertanyaan tiba-tiba itu meluncur dari bibir Spencer. Angela menoleh, memandang jauh ke dalam sepasang manik lelaki itu. Spencer balas menatapnya lekat-lekat. “Apa kau akan mengubahku?”

Angela menyentuh pipi kanan Spencer. “Kau ini bodoh ya? Memangnya aku mau membuatmu jadi seorang pembunuh?”

“Itu kalau aku akan membunuh seseorang di luar sana, kan?” sahut Spencer. “Akan lain ceritanya kalau kau mengurungku disini saja. Hanya bersamamu sampai aku bisa terbiasa minum darah donor.”

“Kau mau tahu sesuatu yang lucu?” tanya Angela. Melihat Spencer menunjukkan rasa penasarannya, Angela tersenyum. “Aku tidak bisa untuk tidak mencintaimu selamanya..” Sesaat setelah itu Spencer membingkai wajah oval Angela dan mencium bibirnya lembut.

—–

Di sebuah ruangan pengap yang minim lubang udara, Serena tidak bisa berhenti memusatkan pandangannya pada Marcus. Lelaki itu kini duduk di salah satu ranjang kaku berwarna putih gading. Serena berdiri di tepi pintu, sama sekali tidak ada tenaga untuk mendekat pada Marcus.

“Apa yang kau lakukan disana? Kemarilah, memangnya aku punya penyakit menular?” tanya Marcus.

Serena memaksakan seulas senyum kecil di bibir merah mudanya. Ia berjalan ke arah Marcus, menyambut uluran tangan lelaki hangat itu. “Aku takut.. bisa tidak kita menunda ini?”

“Menunda? Kau mau aku ikut berperang sebagai manusia?” Marcus mengerutkan kening. “Lalu bagaimana caraku membawa Amelia kembali ke rumah kalau aku tidak ikut berperang?”

“Benar.. tapi aku takut kau akan menyesal,” Serena menggenggam tangan Marcus erat, menempelkannya ke pipi kiri sebelum mendongak menatap lelaki itu.

Marcus mengerutkan kening. “Kau sangat tidak konsisten.”

“Aku sedang khawatir, bodoh,” cibir Serena cepat.

“Tapi nanti bagaimana rupaku setelah berubah? Tampan? Atau justru tidak ada gen tampan yang akan terbawa dalam perubahanku?” tanya Marcus.

Serena memutar bola mata lalu melepaskan genggaman tangannya. “Daripada itu, bukankah ada banyak hal yang harusnya lebih kau khawatirkan, Tuan? Misalnya, soal dahagamu atau insting membunuhmu? Cobalah lebih memikirkan itu.”

Marcus mengangkat bahu. “Baiklah. Yang itu juga.” Ia menarik lengan Serena. “Lalu? Kita mulai sekarang?”

Untuk sejenak Serena tidak bicara. Kemudian ia memejamkan mata, mendongak untuk mencium bibir lelaki itu. Marcus menyambutnya. Ciuman hangat itu berlangsung cepat. Tapi dengan segera Marcus merasakan kulitnya yang sobek di sisi kanan lehernya..

—–

Marcus’s PoV

Sesaat tadi ada bara api yang terasa membakar tenggorokanku. Tidak ada hal lain yang kuingat selain ciuman singkat yang dingin dengan Serena; satu-satunya yang membuatku bisa melupakan panas yang menyerang. Ah, dia sudah melakukannya..

Semua indera tubuhku mati. Aku tidak bisa melihat apapun kecuali titik merah yang sekarang semakin mendekat. Tapi tiba-tiba aku bisa merasakan sesuatu yang dingin mendekapku. Entah bagaimana aku tahu kalau itu adalah Serena. Gadis itu memelukku erat sambil mengusap-usap pipiku.

“Tidak akan lama, Marcus,” bisiknya.

Aku ingat dia pernah bilang soal lamanya waktu perubahan ini. Sama sekali berbeda dengan Twilight; walaupun dalam hal membakarnya sama. Tidak sampai 24 jam dan penderitaanku akan selesai. Tidak bisa kuangggap begitu, sebenarnya. Karena aku tidak merasa terlalu tersiksa. Ada Serena di sampingku dan kurasa aku akan baik-baik saja.

Satu-satunya yang membuatku tak nyaman hanyalah kegelapan ini. Aku buta, bahkan dalam diriku sendiri. Konyol. Tapi mendadak aku mengingat Serena. Saat dia berubah, apa ada penciptanya yang memeluknya seperti ini? Saat itu, apa dia merasakan kekuatan yang kurasakan saat ini?

Ah, mengalihkan pikiranku pada hal-hal tentang Serena memang selalu berhasil membuatku lupa kalau aku sudah tidak melihat titik merah itu lagi. Sekarang aku tidak lagi buta, aku bisa melihat cahaya merah berpendar sempurna. Mataku terasa menyipit, terlalu silau pada cahaya benderang itu.

“Marcus?” suara itu.. aku ingin segera bertemu dengan pemilik suara itu.

Sial! Mataku tidak mau terbuka. Rasanya berat, seolah ada penutup mata dari besi yang membuatku tidak bisa membuka mata. Sekuat aku berusaha, sekuat itu juga gayaku dilawan. Hasilnya NOL. Aku sama sekali tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri.

“Marcus? Bangunlah!” pekiknya lagi. Aku sudah bangun sejak tadi, dan bahkan aku sama sekali tidak tidur.

“Dia tidak benar-benar mati, kan?” suara lain. Sepertinya milik gadis cerewet bernama Angela. Dan eh, dia bilang aku mati?

Aku tidak bisa berpikir sekarang; kalau aku sudah mati kenapa aku bisa bicara sendiri?

“Tidak…” suara favoritku itu berbisik lirih. “Aku sudah membunuhnya..?”

—–

Vincent Lee tidak tahu apa alasannya tapi sejak tadi ia tidak bisa berhenti memerhatikan gerakan anggun Amelia. Entah gadis itu menyusuri anak tangga atau hanya duduk diam tanpa ekspresi seperti saat ini. Vincent seolah terjatuh dalam gaya gravitasi pribadi milik Amelia.

“Mereka tidak akan benar-benar melawan kita, kan?” tanya Nadine, setengah takut.

Mendengar ucapan pelan pasangannya, Aiden menoleh. “Mereka?”

“Chastain. Sejak dua jam yang lalu aku mendengar mereka sedang bersiap untuk perang; dengan kita,” Nadine tidak bisa menyembunyikan kepanikannya. Serena dan Angela adalah sahabatnya, bahkan sebelum ia jadi makhluk abadi. Dan perang melawan mereka bukan hal yang akan ia terima dengan senang hati.

Aiden mengerutkan kening. “Kenapa tiba-tiba mereka mau berperang?”

Nadine menunjuk vampire baru dengan dagunya. “Dia. Sepanjang pendengaranku, gadis itu adalah adik pasangan Serena, Marcus. Dan sepanjang pendengaranku juga, kau tahu sesuatu soal ini, Aiden.”

“Aku hanya memberikan sesuatu yang Vincent minta, dan selanjutnya aku sama sekali tidak ikut campur,” jawab Aiden, tenang.

“Dan sesuatu itu adalah..?”

“Daftar riwayat hidup Marcus dan keluarganya. Tidak banyak yang tahu kalau dia punya seorang adik tiri, jadi sepertinya Vincent memanfaatkan hal itu,” Aiden tidak menatap pasangannya, tahu bahwa Nadine sedang membelalakkan mata ke arahnya.

Nadine menyipitkan mata. “Dalam beberapa hal, aku sangat membencimu! Sekarang bagaimana kalau kita benar-benar akan berperang, Aiden Lee yang Terhormat?”

“Tidak akan ada perang,” Amelia tiba-tiba bersuara, merespon kekhawatiran Nadine.

“Oh? Yang benar saja. Chastain adalah koloni yang saling setia, selama kau masih ada disini –sebagai budak- mereka akan menyerang dan merebutmu kembali, Nona,” sahut Nadine. Ia tidak terlalu suka pada sikap arogan Amelia tapi sepertinya semua vampire baru memang seperti itu.

Amelia tersenyum samar. “Tidak akan ada yang mengambilku kalau ada yang mempertahankanku disini.”

—–

Serena tidak melepaskan pelukannya pada Marcus. Lelaki itu masih menutup matanya rapat. Tidak ada gerakan apapun darinya, padahal Serena berharap Marcus akan bergerak sedikit; sekedar menandakan lelaki itu masih hidup.

“Serena…,” panggil Angela. “Sudah lewat tiga jam dan dia sama sekali belum bangun. Kurasa dia sudah-“

“Berhenti mengucapkan kata itu, Angela,” larang Spencer. Ia mendekap tubuh Angela dari belakang. “Serena belum menyerah, dan kurasa Marcus juga tidak akan melakukannya.”

Angela menoleh, memandang Spencer lirih lalu mengangguk. Ia menarik tangan Spencer, mengajaknya meninggalkan Serena dan Marcus.

“Kau akan bangun, kan? Kau akan membuka mata lalu tersenyum, kan? Kau akan bilang kau baik-baik saja, kan?” ulang Serena berkali-kali. “Marcus Cho! Demi Tuhan! Jangan buat aku gila! Bangunlah.. anggap aku memohon padamu.”

Serena menatap wajah Marcus yang masih diam lalu mencium kedua pelupuk mata lelaki itu bergantian. Sesaat tadi ia tidak pernah berpikir untuk bunuh diri tapi sekarang Serena sangat ingin melakukannya. Ada banyak pelanggaran yang bisa ia lakukan untuk meminta sang penjaga memusnahkannya dari dunia ini. Termasuk pembantaian manusia besar-besaran.

Kemungkinan yang satu itu jadi pilihan utamanya. Apa susahnya membunuh banyak orang di tempat terbuka? Serena sudah sering melihat Vincent berburu dan itu bukan hal yang sulit untuk ditiru.

“Jangan pernah memikirkan cara mengerikan itu,” suara baritone bening itu membuat Serena menyadarkan diri dari pikiran nakalnya.

Serena membelalakkan mata. “MARCUS!” Seketika itu juga ia memeluk Marcus. “Kau bangun! Aku hampir gila saat matamu itu tidak terbuka sama sekali!”

“Aku tahu. Aku mendengarmu, tapi mataku ini menolak perintah otak baruku,” sahut Marcus. Ia bangkit dan duduk di ranjang putih. Sesaat berikutnya ia memandangi tangannya sendiri. “Tidak ada yang berubah.”

“Tidak ada, kecuali kau yang jadi makhluk abadi, dan siap berburu,” bisik Serena. Ia menyusurkan tangannya ke wajah Marcus, membelai-belainya. “Kau haus?”

Marcus menggeleng. “Tidak. Aku lapar.”

“Sama saja,” ujar Serena. “Ada dua kantung darah donor yang kusiapkan.”

Marcus mengernyitkan sebelah alisnya lalu berjengit. “Menjijikan..”

Serena mendengus. “Itu makanan pokokmu sekarang. Jangan mengeluh.”

“Kapan kita mulai perang? Aku harus membawa Amelia pulang ke rumah atau ibu akan membunuhku,” tanya Marcus sambil menenggak plastik darah golongan A.

“Kau tidak bisa mati, ingat?” cibir Serena. “Kita berangkat sebentar lagi, setelah kau menghabiskan makananmu.”

Tiba-tiba Angela menghambur masuk dan mendekat ke ranjang Marcus. Ia mencubit pipi lelaki itu. “K-kau tidak mati?”

“Aku tidak bisa mati, ingat?” ujar Marcus, menirukan Serena.

“Baguslah, kita siap berperang sekarang. Aku akan memanggil Andrew,” Angela menepuk tangannya senang. Kemudian ia melirik Spencer. “Dan aku juga harus menyembunyikanmu disini.”

Spencer mengangkat bahu santai lalu melenggang pergi. Marcus sempat mengendus aroma menyengat dari pasangan Angela itu tapi buru-buru menggelengkan kepala. Serena mengerutkan kening. “Kau tidak seagresif vampire baru lain yang kukenal.”

“Memangnya kenapa?” tanyanya.

“Vampire baru lain akan langsung menyergap mangsanya, menghisap darahnya sampai habis, bahkan merobek-robek tubuh korbannya jadi potongan-potongan kecil,” ujar Serena.

Marcus berjengit jijik. “Sebenci apapun aku pada Spencer, aku tidak akan mau merusak tubuhnya.”

—–

Amelia berjalan anggun melewati Nadine dan Aiden di depannya, meraih lengan Vincent lalu menempel pada lelaki itu. Ia mengamati rumah besar yang ada di hadapannya. “Ini rumah gadis itu? Yang selalu kau pikirkan?”

“Tidak lagi,” sahut Vincent.

“Aku tidak tahu kalian akan datang secepat ini,” Andrew menyambut mereka di depan pintu dengan sikap defensif. “Sudah kuduga, dengan Nadine dalam koloni Lee memang tidak ada yang bisa kamii sembunyikan.”

Aiden tersenyum tipis. “Dan dengan Serena ada disini kami juga tidak bisa memberikan kejutan pada kalian.”

“Wah, hanya ada Nadine, Aiden, Vincent, dan budak yang harus dibebaskan,” Angela mengamati para tamu yang baru tiba di Chastain’s. “Kukira kalian akan membawa banyak pasukan dari koloni Lee.”

Nadine meringis. “Kau sangat ingin berperang ya?”

“Kami akan melakukan apa saja untuk merebut Amelia kembali. Dia bagian dari Chastain sekarang,” ujar Serena. Ia berdiri tepat di samping Andrew, dengan Marcus di belakangnya. Dengan sedikit tarikan napas Serena tahu Spencer sudah aman di lantai atas.

Vincent mengerutkan kening, menemukan hal lain dalam formasi Chastain. “Hanya ada satu manusia, dan itu Spencer. Kau sudah mengubah lelakimu.”

“Tidak ada yang lebih baik dari perubahan,” sahut Marcus. “Amelia, kau akan kubawa pulang. Jangan takut.”

Amelia menatap Marcus heran. “Aku tidak takut. Kenapa harus?”

Sesaat kemudian ada suara geraman keras dari Marcus. Ia memandang Vincent tajam lalu melompat ke depan dengan satu langkah besar. Dengan cepat ia sudah berdiri di depan lelaki berjubah hitam itu. Marcus baru akan menyerang Vincent saat Amelia berdiri di depannya, defensif.

“Kau tidak tahu siapa orang ini, Amelia Lee!” desis Marcus. Tapi kemudian tiba-tiba Serena sudah menahan lengannya. “Serena…”

Vincent tersenyum samar. “Itulah yang harus kubicarakan dengan kalian. Apa alasan kalian memulai perang dengan kami?”

“Karena tindakan pengubahanmu sama sekali tidak bisa dimaklumi. Bukankah sudah cukup jelas?” cibir Angela.

“Angela, apa dasar utama dari pengubahan vampire?” tanya Aiden, tenang.

Angela mendengus, tidak suka dianggap vampire muda. “Tentu saja dengan dasar pasangan abadi, dan bukan alasan kotor yang tidak beralasan. Kalau kau menjadikan Amelia Lee sebagai pasangan- Oh!”

“Begitulah. Amelia sudah jadi pasangan abadi Vincent sekarang,” ujar Nadine, setengah lega karena tidak akan lagi ada kemungkinan perang. Ia akan mengajak Aiden mundur daripada memerangi Chastain’s. “Itulah alasan kami kesini, untuk memberitahu kalian kalau kita akan jadi keluarga besar.”

Marcus mengernyitkan alis. “Kalian ini sedang bercanda ya?”

“Memangnya vampire punya selera humor setinggi ini?” tanya Andrew. Ia mengalihkan pandangannya pada Vincent dan Amelia bergantian. “Ini.. pasanganmu?”

Vincent mengangguk satu kali. “Sepertinya begitu. Ciumannya terlalu manis untuk tidak diingat.”

“Ah…,” Angela mendesah berat. “Tidak ada perang, tidak seru.”

Serena melirik Marcus. “Aku juga tidak perlu mengubahnya kalau aku tahu tidak akan ada perang. Setidaknya aku bisa menikmati kulit rapuhnya lebih lama.”

“Dan sepertinya aku akan jadi satu-satunya makhluk yang butuh tidur,” Spencer bersandar di tepi pintu lalu mengulurkan tangan pada Angela. Gadis itu menyambutnya dan mencium bibir Spencer.

Serena melipat tangannya. “Kurasa Angela tidak akan membiarkannya. Tinggal tunggu waktu.”

Angela menuntun Spencer masuk ke dalam rumah, menaiki tangga dan berhenti di depan ruangan pengap minim ventilasi. Spencer mencium kening gadisnya agak lama lalu menutup pintunya rapat-rapat..

-THE END-

====================

Yoss~~~ selesaaaaaai, tamat, the end, fin, dkk. Kok kayanya malah ngalur-kidul lagi? Maafkan sayaaaa~ *bow* Perjuangan di akhir minggu, dengan 25 pages word. Aigoo.. banyak bener. Ini FF terpanjang yang pernah aku buat. *ngelap keringet*

Makasih banyak buat supportnya di The Chastain’s. 😀 Akhirnya bisa nyelesain satu lagi FF part. Sebenernya ada niat pingin bikin cerita khususnya Angela ama Andrew, kan mereka bagian The Chastain’s. Hehe.. dan uda dapet pula pasangan buat Andrew. Tapi mungkin bisa dikerjain kapan-kapan deh. *disambit teri*

Special thanks for: ENCIZH aka Serena Chastain. Makasih uda mau tampil di FF ini. Makasih juga buat poster kerennyaaa~ :*

Buat yang uda baca, MAKASIH~~ 😀 Buat yang uda komen, I LOVE YOU~~~ 🙂 Buat yang ga komen, aku doain sial tujuh turunan. Lol. *serem amat doaku? Bodo amaaaaat, sapa suruh jadi SR? :P*

Okee, ini FF terakhirku, jadi dipanjangin gini. Makasih uda setia ama The Chastain’s~~~ 😀 *bow again* Doakan aku sukses jadi siswa taun akhir SMA yaa~ Juga buat keinginan kuliah di tempat yang aku pinginin, mohon doanyaa~~ *deep bow*

Akhir kataaaa, will miss you all~ Bakal kangen ama komen2 kalian semua disini. T^T

Stay healthy till I write in here again, okay? Promise me~~~ 😀 *lambai2*

80 thoughts on “The Chastain’s [Serena #5]/Ending

  1. Sesak nafas bacanya. Kyuhyun vampir, eh?
    Keren seperti biasa. Tapi mungkin baru sekali ini aku baca ff yang teramat sangat panjang darimu, saeng, jadi rada ngos2an. Wkwkwkwk.
    Aku tertarik dgn cerita Vincent n Amelia, kok tb2 jd pasangan gt aja?
    Dialog2nya keren2 n nyentuh. 100 thumbs up!
    Bnyk adegan pribadi dgn Spencer, nih? Hahaha…
    Selamat ujian! FF terakhir yg indah. Hwaiting!

    • Yahh.. kembali ke imejnya semula. Edward KYUllen~~ XD
      Iya, aku juga ngos2an pas bikinnya onn. (?)
      ini terpanjaaaaaang~~~ yang pernah aku bikin. ><
      Hahaha.. adegan pribadi? WAJIB~~ XD *peluk unyuk*

      Makasihh onn~ mohon doanyaaaa.. *bow*
      Makasihh juga uda bacaaa.. 😀

  2. couple…
    saya dtaaaaaang…
    dengan laporan : saya udh gak punya hape…
    hape saya rusak…
    hiks hiks hiks…

    endingnya baguuuuus…
    hehehehe, kmu mw hiatus??
    hueeeeeeee….

  3. fiuh…. *ngelap keringet*
    cape bener dah shel baca 25 page… XP
    rasanya bacanya gag selese”… 😛

    yah,,, uda slese deh…
    mana endingnya ngegantung gitu pula…
    masi berasa tbc dah… 😛

    si marcu jadi vampienya mubazir bener dah…
    uda susah” jadi vampir,,, eh malah gag jadi perang…
    si angela juga,,, napsu amat perang sih??? 😛

    aku tunggu ff selanjutnya abis kamu selese ujian yaaaa…
    moga” ujianmu sukses… 🙂
    bisa ngedapetin apa yang kamu pingin… 🙂

    • yahh.. ginilah kalo 25 page. -.-
      aku juga ngos2an bikinnya.
      ngegantung? ga kok, terusannya silakan dibayangkan sendiri deh~~ :p
      angela kan dewi perang~ *berasa athena*

      amin, amin. Mudah2an semuanya sukses. ><
      Makasih banyak onn~~~ 😀

  4. Hueee bagus bgt endingnya onn!
    Onnie mau hiatus?hueeee~ kajima onn!kajimma~ *lebay* hahhaha
    I’ll wait onn till onnie balik! Ditunggu yaaa

  5. Daebak!!
    Tp kurang panjang ni..#plakk
    hehe..
    Lalu bagaimanakah dg nasib spencer??
    Bikin after story nya y,.
    Trus next project ap ni??oneshoot kah?

    • ini uda 25 page, sayangku, cintaku, belahan jiwaku~~~~ *dicekek kibum*
      nasib spencer? Nih ada di sebelahku, lagi ngemut pisang. (?)
      After story? tar lahh~ aku lagi pingin tenang dulu. Masa2 terakhir nihh~ :3
      Next project tar aku kerjain kalo uda comeback. XD
      Makasihh uda baca, dong-ah~~~ 😀

  6. Shela. , ko g ad perangny??
    Itu yg terakhir spencer d ubah angela y? Haha. . Jd magnae dy d dunia vampire. . Kekeke. . .
    Bener2 dbuat beda dr twilight saga. .
    Johta. . ^^
    Oh, amore cafe 2 jd dbkin g?

    Dan good luck y buat ujian ntar! ^^ semangat!

    • Abis aku bingung bikin adegan perang2annya onn~
      Aku kan cinta damai. *nyanyi Perdamaian-GIGI* XD
      Hahaha.. ho’oh, jadi magnae diaaa~ XDD
      Soalnya aku emang bukan pingin nyaingin Twilight onn, lagian best-seller gitu ga bisa disama2in. ><

      Amore.. tar paling aku mulai kalo uda agak senggang. *bow*
      Semangaaaaat~!! Makasihh onnie~~~ 😀

  7. Omonaaa….!!
    Selamat buat Marcus Cho dan Amelia, sukses bahagia selamanya…
    -yang bener-bener selamanya-

    jadi kapan spencer nyusul?
    *pura2 gak tahu* wakakak

    ini baca FFnya sambil masak, sambil mandi, sambil nonton tv, sambil gosok.. Hehehe tapi boong..!

    Salut buat shella yang udah sukses bikin 25 page..

    Sukses buat ujiannya ya shell..hwaiting!

    • yup, abadiii~~ XD
      haha.. ga usah nyusul juga dia pasti selamanya ama angela, onn~ XDD

      huweee.. kepanjangan yak sampe bisa mengerjakan semua dalam satu waktu gitu?
      makin mirip bang yes, si onnie~~ XD
      sukses bikin 25 page dan ngalor-kidul isinya. ><
      Makasihh uda baca onn~ 😀

      Hwaitiiiing~!! 😀

      • Hahaha.. Bang Yes ??
        Teteup ye…
        saia lebih suka dibilang mirip ddangkoma wakakakk..

        Shell, jangan lama-lama ya hiatusnya..
        jangan sampe pesona Jihyuk couple tersaingi sama SungHee Couple
        *Kibas-kibas rambut*
        wakakak…

        omona.. iya deh Hyuk buat kamu aja, walaupun dia sudah bermetafora jadi cakep n ganteng, saia tetep aja gak ada hasrat memilikinya, tapi kalo hasrat mencium ada..
        wakakak *diplototin bang yes*

      • Ho’oh~ bang yes pan rada ajaib tuh, bisa ngelakuin banyak hal sama2. XD
        kalo mirip ddangkoma berarti hobinya diem sambil kedip2 doang dong onn? Kekeke~

        walahh.. kalo ama sunghee mah aku angkat tangan, uda pasti kalah. -.-v
        jihyuk mah masih kalah pamor ama bang yesung. XD

        cium? *nyiapin golok*
        bang yes, bang yes, sini deh aku kasih tau kalo onnie demen selingkuh. XD

  8. akhirnyaaaaaaaaa~~~~ penantianku datang jugaaa~~ *telenovela mode on*
    neng amore kereeen~~ daetothebak!! *lempar2in jempol ke madura* (?) XD
    kyu jadi vampire? *ngeces* *plaak* tapi sayang ga ada perang2an.. *plaak lagi*
    aaah~ ga tau lah mau komen apaan lagi pokonya satu kata we lah! KEREN !! KEREN !! KEREN!! *eh lebih dari satu kata itu mah -__-*
    beneran amu hiatus yak? huhuhu *gelayutan di pohon* sukses buat ujiannya yaaah~~ moga lulus dengan nilai yang terbaik + masuk universitas yang dipengenin.. amiiiin 😀
    ecieee yang mau jadi mahasiswa nih~~ prikitiww~~ hehehhee
    semangkaaaa~~~ !! Hwaiting!! Hwaiting!! 😀
    bakal menunggu kepulanganmu dengan tidak sabar (?) ^o^
    *komennya kepanjangan plus gapen =,= maaph* *triiing~* *ngilang*

    • eh, baru liat yang doa buat SR! saia aminin dan saia DUKUNG!! (?) hahahah XD *udah kebanyakan makan ati gara2 SR, sekali2 pengan makan ayam gituu~* LOL #abaikan
      *satu lagi komen gapen nambah-__-* piiiisssss ^^v *kabuuuuuur*

      • UWAAAA~~~ komen onnie juga dae-to-the-bak lahh~!!! XD
        *nangkep jempol di suramadu*

        iyaaa, kan edward KYUllen~~ XD Perang2annya tar dipending sampe Angela-nya bisa comeback dehh onn. .___.
        yah, satu kata juga lah onn, makasih, makasih, makasihh~~ 😀
        *lebih dari satu juga* XD

        huhu.. hiatus dari dunia FF, bakal kangen juga ama semua oraaang disini. T^T
        Amin, amin, amin~~~ moga doa semua orang didenger Tuhan. ><

        hwaiting~ hwaiting~ Banyak2 makasihh onn~ 😀
        sabarlah menungguku. *sodorin unyuk*
        makasihh banyak ya onn~~~ *bow* 😀

  9. omo omo~ endingnya bener2 DAEBAK!! kirain ntar bakal jadi tuh perang sesama vampir tapi untunglah kagaaaa! jadi gregetan sendiri aku bacanya onn! >,< *gigit2 wook (?)*

    eh? ff terakhir? jangan bilang onnie mau hiatus dari dunia ff?? hwaaaaa onnie hajimaaaaa TT^TT

    • welcome back, dear~~ 😀

      hehe.. ga ada perang, apa daya, ga punya imajinasi tinggi. *noel2 unyuk*
      gregetan? cubit si wookie aja, dia suka kok. (?)

      iyaa, ini terakhir sebelon hiatus. Soalnya kalo masih ada utang FF tuh bikin ga konsen, kalo gini kan bisa meninggalkan dunia FF dengan tenang. (?) XD
      onnie tar balik kok, itu juga kalo sense nulisnya masih ada. ><
      Makasihh uda baca yaaa~~ 😀

  10. DEMI TUHAN SO SWEET >.<
    *peres keringat (?)

    ah Tuhan, arselia~~ keren sumpah ~~!!!
    my KYUllen~ :3 *pokes*
    aku envy ama serena~ XD
    aw aw aw aw awwwwwww~~!!!
    *guling2 bareng ihoon*

    hiatus ya ?
    gonna miss you neng :*
    semangat buat UAN dan SNMPTN, STAN 😀
    plus karya2 lainnya ^^
    down + down = UP!
    hwaiting ^^

    • OMOOOO~~~ Masa sihh, mbak?
      *ngelap lante yg penuh keringet* (?)

      ya Tuhaaaan, mbak Fitrahnanda, why did u call my whole name? *blushed*
      yes, that’s ur KYUllen. Is that KYUte enough for you? 😀
      haha… serena emang suka napsuan, maklum ya, mbak. XD
      just pretend serena is dee~ *am i rite?*

      huweeee~~~ me too.. gonna miss my miss eviliaaaaa… :*
      semangaaaaaat~! Mohon doanya, mbak. *bow*
      karya lainnya akan kembali sesaat lagi *berasa iklan*
      yups~ down+down=UP~!! ^o^)9
      makasihh, mbaaaak~ 😀

      • karena nama neng unik XD
        suka aku fufufu~~
        dee ? *blushed*
        muahahahahahahahaha~~ iih kok tau syiih *emut*

        pasti di do’ain ^^
        yah, ga ada yg bisa di emut =,=
        sementara emut kyhoon dlu deh XD

      • unik? Iyaa sihh, Arselia.. :3
        Dee~~~ I love that name. It’s cute.. *cium*
        ya tau dong, kan dulu aku yang milihin nama itu buat miss Evil~ 😀

        yaudah, emut yhoon, appanya ato si hyukjae aja deh, mbak~ *nyodorin unyuk*
        tapi balikin dalem keadaan utuh yak.. :3

  11. Shela,,
    kmu bner” pnggemar Stephenie Meyer iah??

    Ff ne kyak curhatan kmu yg suka ma stephanie meyer.
    Abizny dikit” bahas twilight..

    Tapi aqw jg tau og kmu manx pngen bkin ff vampire ne dgn feel yg dbkin beda ma twilight.

    Ampe serena jg negasin kyak gtu.
    “Ini bukan tentang Twilight,
    Marcus Cho,” sela Serena.
    “Demi Tuhan! Mau sampai
    kapan kau menghubung-
    hubungkan dunia nyata ini
    dengan novel best-seller
    seperti itu ?”

    Feelny udah bda og.
    Bgus..
    Kpn ceh ff kmu g bgus..

    Akhir vincent pnya pasangan jg..

    Shela mw hiatus??
    Aqw pzti kgen ma ff kmu..

    Doa aqw mnyertaimu Shel..
    Moga lu”s UAN ‘n msuk universitas yg kmu mw.
    Amien..

    • Hehe.. iya onn, salah satu novelis barat favoritku ya beliau. 😀
      Tapi sebenernya kenapa aku ngebanyakin soal twilite, soalnya aku ga mau FF ini dianggep jadi adaptasi novel itu.
      makanya banyak banget penekanan kalo FF ini emang beda ama twilite. 🙂

      yahh.. itulah yg aku mau, semua orang bisa dapet feel yg beda dari twilite. 😀
      Makasihh uda baca onnie~~~ 😀

      iya, di dunia FF bakal hiatus. Ga bisa konsen kalo masih ada utang FF. ><
      Amin, amin, amin~ makasihh banyak buat doa, dan support onnie. Tengkyu~~~ 😀

  12. ini Suju_Holic eonn… udh pnya blog ndiri thx to eonni… wohohoho~ andalah sumber inspirasi sayaa~ *chu*
    eonn.. bingung deh, mw sedih apa seneng…
    seneng sii.. udh tw endingny ff nii, tpi sedih soalnya bntr lgi mw hiatus… huweeeee~ (T.T)
    gx nyangka eonn, ending ny bakal jd kyq bgtu… hoho~ bener” pinter bikin ending yg gx ketebak~ *2 thumbs up*
    q jdi berdebar” mbayangin tampang kyu klo udh jd vampir… #_#
    tambah jatuh cnta sayaaa…
    ah, hrusnya tambahin adegan wktu unyuk diubah jd vampir eonn, biar tambah seru… kekekekeke~
    lastly, Keep Hwaiting Eoooon~
    p.s.:hiatusnya jgn lama”~ kangen saya… >.<
    hugs & kisses…. :*

    • ciyeee~~ punya blog sendiri dek? Chukhahae.. 😀
      chu balik~ (?) :*

      haha.. ga usah bingung2, nikmati aja FF terakhir ini. XD
      agak susah sebenernya ama penggambaran perubahan kyu, abis onnie ga pernah jadi vampir. (?)
      kalo adegan berubahnya spencer diselipin, onnie makin bingung mau ending dimana. XDD

      fighting~! Makasihh banyak ya buat dukungannyaaaa~~ 😀
      *hugs kisses*
      tungguin onnie yaa~ Stay healthy, dear.. :*

  13. saluuttt…
    ff’y pjg banget..
    onnie ja bc dr mlm td, ketiduran, bc lg pagi ini *gak da yg nanya*

    syg sekali gak da perang, hahaha
    tp ending’y bgs…^^

    smg lu2s ujian n msk universitas yg d’inginkan, amin…. 🙂

    • hahaha… ampe bersambung gitu ya onn, bacanya?
      aku juga ngos2an nulisnya. XD

      iyaa, perangnya tar ga tergambarkan. Abis aku ga tau perang2an antar vampir. XDD
      makasihh banyak uda baca onn~ 😀

      amin, amin, amin. makasih doanyaaa~~ *hug*

    • hahaha~ iyaa, kepanjangan yak? XD

      kyu mah emang uda napsu jadi vampir, jadi ga berasa terpaksa. *ditendang kyu*
      unyuk.. nasibnya masih ngegantung di tangan angela. XD

      makasihh uda baca yaa~ 😀
      hwaiting~!!

  14. Shela,, ini kecepatan tamatnya
    Masih ada yg gantung
    Gimana bisa vincent n amelia jd pasangan? Kayaknya terlalu dipaksain gitu
    Tambah lagi , after story..hehe
    Btw, vampir bisa punya anak ga? *ketularan stephanie meyer*

    Btw, tak doain dapat universitas yg diimpikan
    Ambil Depok aja, hehe

    • nah kan, pada ga nyadar.. -.-
      itu uda ada penjelasan2 tersirat (?) tentang vincent ama amelia, onn.
      di part2 sebelonnya juga ada keterangan soal gimana ciri2 pasangan abadi.
      after story.. no~~~ >< ga bakal bolehh..

  15. keren2, untunglah ga terjadi pertumpahan vampire kekekekeke…..

    ngakak pas baca, angela seumuran dengan neneknya spencer wkwkwkwkwkwkwk…..

    met ujian en semoga lulus ya…. ^^

    • haha.. aku cinta damai, onn~
      ga bisa perang2an. XD

      jahh.. pasti dah bagian yg itu yg bikin ngakak. .__.
      aku ga setua ituuuu~~~
      makasih uda baca onn.. 😀

      iyaa.. amin, amin. Makasihh lagi onn~~ 😀

  16. huwaaaaa c kyu jd vampir…… kirain bakal jd perang…aq juga ampe ngos2an bacanya…..panjang bgt ampe 25 page word….tp ttp dh FF buatan shela emng daebak……udah mu hiatus ya shel?? semangat dh buat ujiannya…..

  17. Aiyaaaaaaa kok tamat ??
    Yah sedih deh nggak ada vampir vampir lagi ㅋㅋㅋㅋㅋ

    Nice ending onn
    Suka banget cara Onnie ngediskripsiin sisi manusianya Serena he9

    Pokoknya Daebak onn …..
    Onnie mau hiatuskah ??? Selamat berhiatus ya onn o(^▽^)o

    Habis Onnie balik hiatus, harus bikin ff unyuk yang banyak ya Onn ㅋㅋㅋㅋㅋ

    Pokoknya ff Onnie sangat amat ditunggu ㅋㅋㅋ

    • hehe.. abis uda nge-blank ama dunia vampir, jadi mending ditamatin. XD
      yahh~ serena juga punya sisi manusia, itulah yg bikin onnie semangat ngedeskripsiin dari sisi dia. 😀

      yaa.. mau hiatus di dunia FF. Makasihh buat semua dukungannya yaa~ 😀
      FF unyuk? maunya juga gituuu. XD
      makasihh uda bacaaa~ 😀

  18. bagus banget, shel!
    suka banget deh pokoknya..
    uwaa~ si marcus jadi vampire juga akhirnya.. pasti keren deh tuh si kyullen xDD ❤
    ahaha ternyata bener dugaanku si vincent sama amelia hoho

    wah shel kamu mau hiatus ya?
    udah mau ujian ya? semangat ya, shel!
    semoga sukses 😀 ❤
    ugh pasti aku bakalan kangen buat ngomenin ff2-mu deh ;____;
    ditunggu sampe kamu balik lagi dari hiatusnya pokoknya :')

    • iyaa, imej dia kan si KYUllen~~ XD
      kalo vincent ga dapet pasangan, bisa2 aku dicekek bini2 umin onn. aku kan masih sayang nyawaaaa. XD
      banyak bener yg nebak bener soal amelia. aku ga bakat ngasih efek kejutan. -.-v
      makasihh uda bacaaaa~~~ 😀

      iyaa.. semangaaaaat.. ^^
      doakaaaaan aaakuuuu~~~ ><
      aku juga pasti kangen ama komen2 onnie n reader laen, makasih buat semua supportnya yaa onn. :')
      tunggu aku disiniii.. 😀

      eh? soal "tsk" ama 'j' tu aku ga tau, emang aku pernah make kaya gituan ya?

      • ahaha kan klo gak ada amelia si vincent kasian meratapi nasib.. kan si serena sama marcus xDD

        sip sip pasti dido’ain kok..
        hehe iya sama-sama ya!
        hwaiting, shel!
        wah itu mah udah pasti.. pasti bakal ditunggu 😀

        hehe bukan, bukan, tadi baca ff di sjff ada tulisan itu.. tapi aku gak ngerti .____.
        aku kira cuma aku doang yang gak tau artinya, eh taunya kamu juga sama kayak aku ehehe (>///<)

  19. oh iya shel boleh nanya gak?
    klo di ff tuh kan suka ada kata2 ‘Tsk’ or ‘J’ itu singkatan dari apa sih? gak ngerti soalnya.. udah nanya tapi gak ada yang jawabin sih .____.

  20. yah….saeng jangan lama2 hiatus yach….ak kan seneng baca tulisanmu bagus banget,endingnya juga bagus…gak nyangka semuanya bakal jadi vampir…termasuk nyuk sayang wkwkwk…..
    ayo saeng pokoknya nulis lagi ku tunggu karyamu HWAITING!!!

  21. shelaaa..
    *tereak pake toa*

    fiuuhh…yg niatan mw hiatus kamu,eh malah aku yg hiatus duluan..huhu..

    Stlah 10 hari puasa inet,ahrny bs dtg lg..eh nemu ni ff..
    Aku udh tlat bgt..
    (_ _”)

    oke..time to comment..

    Kyu berubah???
    It’s amazing..
    *kyu : berubah? Lu kate gue power ranger pake berubah segala*

    ehehe..miane akang evil..
    *innocent eyes*
    *ditendang rame2*

    suka pas scene umin amelia di ngbrol bedua…aih..
    Suka suka suka..
    *gigit umin*
    *digampar bini2nya umin ngigit2 smbrngan*

    jhahaha..aku suka kalu udah ngbhas soal umur..jhahaha..

    *dicekek angela*

    yahh..gak jd perang..
    Pdhal brhrap bgt ada prang.. Kayak cullen vs volturi..
    *jhaha..korban stphani meyer*

    itu itu pas scene trahir angelaspancer mw ngpain k kmrar tnpa ventilasi ??
    Oh i know..spencer mw dibikin jadi vampir..right??
    Hehe..

    Wait for next ff my lovely sista..
    *popo*

    tdinya aku gk bkal komen krn udah tlat bgt,n bkal komen di next ff sekalian..
    Tp sumpahmu itu lho shel bkin merinding dangdut..jhehe,

    • Onnie~~~ *nyolong toa mesjid*
      kirain ilang kemana. Hampir aku pikir dibekep ama bang chul, ga boleh keluar2 lagi. *ditendang chul*

      Kyu berubah jadi power ranger ala KYUlen, keren pan? XD
      scene vincent-amelia itu emang yg spesial disini, tapi yg nyadar cuma onnie.. ;__;
      *mewek peluk poo*

      kan disini angelanya uda nenek2, pantes aja ngamuk.
      tapi aslinya baru 18 taun kok~ suer dehh. XDD

      deskripsi perangnya susah, tar malah jadi perang asal2an lagiii~ *ada gitu?*
      yup~ anda benar! spencer akan segera diubah jadi vampir, tapi adegannya bayangin sendiri aja yaa. *ditabok pake cinta (?)
      *bales popo poo (?)*
      amin, amin.. doain aja moodnya tar masih nyisa. XD

      yahh.. niat mau jadi SR yak? *ngasah bang chul (?)
      tapi makasihh uda nyempetin komen~~~ *bow*

  22. ngebut baca dari 1 sampe terakhir,,,,wew…

    penasaran deh,,,ada apa dengan Stephanie Meyer?? terkenal bener wkwkwkwk….

    tapi beneran deh,,,ini keren. eh, boleh protes gak?? endingnya kurang panjang ahahaha,,,epilog oke nih *reader gak tau diri*

    • waow~~ kan pada panjang2 banget tuhh. 😮
      hebaat.. *tepok tangan*

      stephenie meyer itu idolaku. XD
      makanya aku selipin namanya disini.. :*

      makasihh uda komen yaaa~ 😀
      kurang panjang? buseeeet.. .__.

  23. rapeeeellll lagi komennya…

    hahaha, sepanjang baca ini (5 part) mo ngakak mlulu dah
    ngebayangin eunhyuk yg letih lesu lemah tak bertenaga… bhuahahahaha
    kyu yg sok berani dan siwon, entah knp saya ngerasa di sini peran andrew pas bgt di dia..
    blm sungmin yg galak, dan hae yg penurut bgt, beda ma hae yg pecicilan >.<

    endingnya kocak dah.. hahaha
    kirain beneran mo ada perang, eh ternyata gak jd..
    si marcus sia-sia bener jadi vampir LOL

  24. whuuiiiiiih, keren..
    ngga nyangka akhirnya amelia benar2 pasangan abadi sungmin..

    kyu ngga ada urat takutnya apa..’?!
    mau ngerebut amelia, lantaran emang rasa sayang terhadap adek atau hanya sekedar takut dimarahin ibu nya..’?!
    hhahaha..

    uuuuuuuuuuu, sii hyukjae pengen dirubah juga..
    XD

    kira2 bakal berhasil ngga yaa..’?!
    silakan tanya pada jiyoo sendiri..
    ghehe..

    overall, ceritanyakeren..
    daebak..’!! jjaaangggg..’!!
    *bow

  25. Ahh, ngubek2 nyari ff oppa ku (re:siwon) n ketemunya yg ini..
    Baca part trakhir dlu bru milai dr awal 😀
    Itu, itu spencer jd vampire juga yah? Aigooo, merka brdua mmng sangat menjunjung tinggi privasi smpai2 ga mw kita ikutan liat prubahannya 😀
    Msh pensaran tp kemungkinan dilanjut udah ga ad, jd mw ngubek2 yg lain dlu yah..
    Nice ff shell.. Suka sm bahasanya *__*

  26. Ya ampun ini pas onnie masih SMA ya? Wkwkwk lagi unyu2nya dah tuh :p
    Hah ending yang KECE! Jadi spenser bakal diubah juga tuh sama Angela? keluarga Chastain.

  27. Kyaa~ gk jd perang hahaha… Strategi vincent justru berbalik pd dirinya sendiri. Dia yg hrsnya mengendalikan malah dia yg dikendalikan. Ya..begitulah kuatnya pengaruh pasanganmu.
    Udh deg2kan pas marcus gk jg membuka matanya. Untunglah dia gk smpe mati fiuhh..
    Kereeeeen bgt ff nya!
    Daeeebak!
    Gumawo yaa…

  28. Ini sih keren loh!!! 😀
    Tinggal Poo yang belum jadi vampire. Emang ciuman yang dikasih Yoo belum terlalu kuat untuk ngubah dia jadi vampire? Hahay
    Congrats! Selesai juga The Chastain’s nya. Nunggu after story khusus Andrew nih hehe

Leave a reply to IsTi_KiHae Cancel reply