Violetter #2


====================

-previously-

Aku bisa melihat gadis itu bersandar di pundak Teuk hyung. Tapi aku berusaha meredam rasa kesal dalam dadaku, terus meyakinkan diri sendiri kalau Teuk hyung bisa meringankan sakit Jiyoo. “Hyung, apa kita harus ke rumah sakit?”

“Aniyo! Aku mau pulang,” Jiyoo menahan tangis dalam suaranya. Ia memandang Teuk hyung, “Oppa, aku mau pulang.”

Teuk hyung mengangguk sambil mengusap pipi Jiyoo. Aku membeku di kursiku. Jantungku nyaris berhenti berfungsi kalau saja aku tidak memerintahnya untuk tetap berdetak.

—-

Mataku sibuk memperhatikan Teuk hyung yang memapah Jiyoo masuk dalam rumah. Seperti inikah hubungan mereka? Sudah sedekat ini? Mendadak otakku lumpuh, menolak memikirkan kemungkinan yang lebih buruk.

“Berbaringlah,” Teuk hyung duduk di tepi ranjang sambil menggenggam erat tangan gadis itu.

Jiyoo mengangguk lemah. Aku meringis melihatnya terus-menerus menggigit bibir. Wajahnya tidak sepucat tadi, tapi tetap saja membuatku tertegun, seolah aku bisa merasakan sakitnya.

“Dimana obat dari dokter kemarin?” tanya Teuk hyung. Ia menyapukan pandangannya ke seluruh sudut kamar Jiyoo. Telunjuk gadis itu mengarah ke meja kecil dengan cermin besar di depannya. Teuk hyung bangkit dan melangkah ke sana.

Teuk hyung menyiapkan segala hal untuk Jiyoo, seolah gadis itu adalah pusat rotasinya. Aku membeku di tempatku berdiri, terlalu terkejut melihat semua ini. Otakku memilih bermain tebakan lagi, kira-kira sejak kapan hubungan mereka begini? Atau memang aku yang tidak tahu apa-apa?

Jiyoo mengintip dari balik tubuh Teuk hyung. Ia menyadari keberadaanku. “Sunbae? Duduk saja. Jangan berdiri terus.”

“Ng? Ne, ne,” ujarku cepat. Aku melangkah keluar kamar dan mengempaskan tubuh ke sofa ungu. Mataku memandangi langit-langit. “Apa hubungan mereka?”

Mendadak perhatianku teralihkan. Aku baru sadar tidak ada satu pun foto atau pigura yang terpajang disini. Tidak ada foto Jiyoo atau keluarganya. Rumah ini terlalu kosong. Aku menghela napas, mencoba merasakan aroma lain dari rumah ini. Bibirku perlahan terangkat, ada wangi Jiyoo disini. Senyumku tidak bertahan lama saat bayangan gadis itu dan Teuk hyung menyelinap dan menyesakkan dadaku.

“Hyuk-ah,” Teuk hyung muncul dari balik pintu. Ia menutup pintu kamar Jiyoo pelan. “Dia sudah tidur, ayo pulang.”

Alisku mengernyit. “Pulang? Hyung tidak akan menemaninya sampai dia bangun?”

“Kenapa harus?”

“Ani, kupikir nanti Jiyoo akan membutuhkan sesuatu saat dia.. bangun?” ucapku terbata. Memang benar, kenapa aku malah menyuruh Teuk hyung tetap tinggal disini?

Teuk hyung menggaruk kepala. “Besok pagi aku ada jadwal di Taiwan bersama Donghae, jadi aku harus pulang sekarang. Aku belum menyiapkan apapun untuk besok-“

“Kalau begitu,” sahutku cepat, “aku akan disini. Jadwalku kosong sampai besok sore.”

Aku bisa melihat keningnya berkerut tapi akhirnya ia mengangkat bahu. “Terserah saja. Tapi jaga dia baik-baik. Jangan sampai malah kau yang merepotkannya.”

Kepalaku mengangguk-angguk. Aku tidak perlu mendengarkan apapun, aku terlalu senang bisa berada disini lebih lama. Tapi kemudian aku berpikir ulang, kenapa aku harus senang?

—-

-the next morning-

Eunhyuk membuka pintu kamar Jiyoo pelan. Ia mengintip ke dalam dan melihat gadis itu masih tidur. Entah apa yang merasukinya sampai ia berani melangkah masuk kesana. Kakinya berjinjit, menghindari bunyi sekecil apapun yang bisa mengusik gadis itu.

Matanya berhenti pada wajah di depannya. “Pucat..” gumam Eunhyuk.

Tanpa sadar, tangannya mengusap pipi gadis itu, mencoba menyeka setiap buliran keringat dingin yang membasahi wajah mungilnya. Mendadak tatapan Eunhyuk berubah sayu. Ia tidak tahu kenapa nuraninya terlalu peduli pada gadis bernama Choi Jiyoo ini. Bahkan ia tidak bisa benar-benar menemukan hal yang membuatnya selalu terpaku pada Choi Jiyoo.

Kelopak mata itu terbuka perlahan. Jiyoo mengerjap beberapa kali, seolah tidak percaya dengan indera penglihatannya sendiri. Super Junior Eunhyuk ada di depannya, menyentuh wajahnya dengan lembut. Ia duduk bersandar dan memandangi lelaki itu dengan sedikit defensif.

“Kau terbangun ya? Aku membangunkanmu?” tanya Eunhyuk. Jiyoo menggeleng lalu menunduk. Eunhyuk berubah panik, “Ah, apa ada yang sakit lagi? Dimana obatmu? Biar kuambilkan.”

Jiyoo mengarahkan tatapan tajam pada lelaki di depannya. “Kenapa sunbae masih ada disini?”

“Ng? Aku? Menjagamu,” ujar Eunhyuk tenang, membuat Jiyoo mengernyitkan kening. “Aku takut kau membutuhkan sesuatu begitu kau bangun. Apa tidurmu nyenyak?”

Dada Jiyoo mendadak sesak. Jauh di dalamnya ada rasa nyeri yang membungkus hati. “Keluar.”

Eunhyuk tertegun. “Mworagoyo?”

“Kau tidak dengar? Keluar dari sini,” ulang Jiyoo. Ia berteriak sarkatis, “SEKARANG!”

—-

Lagi-lagi tubuhku dibuat beku olehnya. Kali ini dengan ucapannya yang dingin. Saat itu juga aku sadar, Choi Jiyoo menganggapku seperti hal yang harus dihindari. Ia selalu berusaha menjauhiku, menghindar dariku sejauh mungkin. Aku tidak tahu kenapa, tapi yang jelas itu menyakitkan.

“Kenapa?” bibirku terbuka sendiri. “Kenapa kau membenciku?”

Jiyoo kembali mengarahkan tatapan tajam ke arahku. “Apa aku tidak boleh membencimu? Apa semua orang harus menyukaimu?”

“Setidaknya kau harus punya alasan,” tegasku.

“Aku punya,” jawabnya. Ia tetap memandangku. “Tapi aku tidak perlu mengatakannya padamu kan? Sekarang tolong pergi dari sini, sunbaenim.”

Aku menelan ludah. “Apapun alasanmu, kurasa itu hanya masalah sepele. Kau.. tidak akan menemukan alasan yang benar untuk membenciku.”

“Geurae?” tantangnya. “Apa yang kau tahu soal hal itu? Kurasa kau tidak tahu apa-apa, Lee Hyukjae-ssi.”

“Kalau begitu, katakan saja,” ucapanku berhasil membuatnya tersentak. “Katakan saja hal itu supaya aku bisa tahu.”

Jiyoo terus memandangku lalu air matanya jatuh. “Kau.. aku ragu kau bahkan bisa peduli.” Aku tertegun, terlalu terkejut dengan buliran air di pipinya. “Jadi kumohon, pergi dari sini. Aku memohon padamu, sunbaenim.”

Mendadak lidahku kelu. Aku tidak bisa menemukan suaraku sendiri. Rasanya dadaku terlalu sesak, dipenuhi setiap penolakan dan air mata Jiyoo. Sekali lagi, aku merasa sedih tanpa tahu apa alasannya. Aku tidak punya pilihan lain, kecuali meninggalkannya.

—-

Eunhyuk berbalik dan menutup rapat pintu kayu itu. Napas Jiyoo memburu cepat, teriakannya membuat tenaganya habis. Tapi sepertinya tenaga lain miliknya masih tersisa. Jiyoo memeluk lutut dan membenamkan kepala. Ia menangis sesenggukan tanpa bisa menemukan alasan untuk berhenti.

“Pergi…,” Jiyoo terus mengulangi isakannya walaupun tahu lelaki yang sangat ingin diusirnya sudah tidak di kamarnya.

Ia mengeratkan pelukan lututnya, seolah menahan tubuhnya agar tetap utuh. Terlalu menyakitkan bahkan untuk sekedar memikirkan lelaki itu. Ulu hatinya nyeri saat ini.

—-

@Dorm

Kakiku melangkah gontai memasuki dorm. Sikap Jiyoo dan setiap ucapannya selalu berhasil mengacaukan perasaanku. Ada sesuatu yang membuatku bisa begitu tergantung padanya, tapi aku tidak tahu apa itu. Kata-katanya tadi, secara ajaib, melukaiku.

“Hyung, sudah sarapan?” Ryeowook menoleh begitu menyadari kehadiranku. Aku menggeleng, lalu ia mengambil piring. “Makan dulu.”

Kepalaku mengangguk acuh. Tapi kemudian aku membuka mulut, “Wook-ah, apa kau pernah dibenci seorang gadis?”

“Ng?” Ryeowook menghentikan gerakannya dan mulai berpikir, “Kurasa tidak, hyung. Setidaknya tidak ada yang mengatakan terang-terangan padaku.”

Keningku berkerut lalu aku mengangguk. Jadi dia adalah gadis pertama yang jelas-jelas menolak dan membenciku. Aku mendadak berpikir keras, apa yang membuatnya begitu?

“Siapa yang membencimu?” Shindong datang lalu langsung menarik kursi di meja makan. Aku menggeleng, menolak menjawab. “Aish.. ternyata ada anti-fans yang membuatmu terganggu ya?”

“Ani, ani, dia bukan anti-fans. Setidaknya bukan anti-fans Super Junior,” ucapku. Kemudian aku menarik napas panjang, “Sepertinya dia hanya anti-fans Eunhyuk.”

Sungmin menimpali, “Apa dia anti-fans yang cantik?”

“Apa maksudmu?”

“Kalau anti-fans itu berhasil membuatmu memikirkannya, bukankah itu berarti dia gadis cantik?” ucap Sungmin sekenanya.

Aku tersenyum masam. Sepertinya Jiyoo memang anti-fansku. Tapi kenapa dia malah jadi asisten pribadi Teuk hyung? Harusnya dia tahu kalau akan sering ada aku saat bersama Teuk hyung. Belum lagi soal sakit perutnya kemarin. Aku tidak sempat bertanya pada Teuk hyung atau Jiyoo. Ada satu kemungkinan yang muncul di kepalaku, tapi aku menolak memikirkannya.

Shindong menepuk bahuku. “Ya~ kalau dia membencimu, biasanya perasaannya itu hal yang sebaliknya. Gadis kan memang seperti itu. Membingungkan.”

Alisku mengernyit. Apa iya? Mana ada gadis yang menyukai seorang pria tapi malah menjauhinya habis-habisan? Kurasa itu adalah pikiran terakhir yang tersisa untuk kasus Jiyoo. Aku mendesah berat.

—-

Malam ini Jiyoo hanya sendirian. Tubuhnya masih meringkuk di ranjang karena sakit perutnya belum hilang sepenuhnya. Mendadak bayangan Eunhyuk tadi pagi muncul dalam kepalanya yang sudah cukup pening.

Ia bergumam. “Akan sangat baik kalau dia tidak mengingatku.” Tapi kemudian ia menggerutu, “Tapi lebih baik lagi kalau aku tidak dekat-dekat dengan Lee Hyukjae.”

Jiyoo merasakan pandangannya yang mulai kabur. Air jernih menggantung di sudut matanya. Ia buru-buru menyekanya, tidak membiarkan tangisannya jatuh lagi hanya karena lelaki itu.

Tangan Jiyoo menepuk-nepuk dadanya yang sesak. “Aku kuat..” gumamnya.

Dengan susah payah, ia menelan ludah dan menarik napas. Jiyoo memejamkan mata dan mulai membiarkan otaknya beristirahat. Tapi kemudian ia mendesah, tahu kalau mimpi buruknya akan datang lagi seperti biasanya. Mimpi tentang Lee Hyukjae.

—-

May, 15 2010

Jiyoo mengendap menghindari para bodyguard yang berjaga di sekitar waiting room Super Junior. Kakinya sengaja berjinjit supaya tidak ada suara yang bisa membuat rencananya gagal. Gadis di sampingnya menepuk pundak Jiyoo pelan. “Jiyoo-ya..”

“Ssstt..,” Jiyoo menempelkan telunjuk di depan bibir tanpa menoleh.

Sementara gadis tadi masih tetap menepuk-nepuk pundak Jiyoo. “Ya~ Jiyoo-ya..,” Kepala Jiyoo menoleh cepat dan matanya memandang kesal gadis itu. “Itu.. anu.. apa kita tidak bisa pakai cara wajar saja?”

“Bodoh! Kalau begitu, tidak ada jaminan barang ini sampai ke tangan mereka,” Jiyoo mencibir. “Hyunyoung-ah, bukankah kau ingin Yesung oppa menerima kue itu secara langsung?”

Gadis yang ternyata bernama Hyunyoung itu menunduk melihat kotak kecil di tangannya lalu mengangguk lemah. “Memang. Tapi.. kalau seperti ini, kita malah seperti maling, Jiyoo-ya.”

“Kita akan jadi maling untuk mencuri hati mereka,” ujar Jiyoo dengan ekspresi berlebihan.

Hyunyoung memutar bola matanya lalu kembali diam melihat tingkah sahabatnya. Jiyoo memang sengaja mengajak Hyunyoung masuk dengan paksa ke studio KBS dan mengendap menuju ruang tunggu Super Junior. Perbuatan gadis itu sangat nekat, pikir Hyunyoung. Tapi akhirnya ia mengekor gadis gila  bernama Choi Jiyoo yang sekarang ada tepat di depannya.

Mereka berhenti tepat di depan pintu yang ternyata tidak dijaga. Jiyoo menelan ludah kemudian menatap Hyunyoung. “Apa kita harus masuk?”

“Molla, molla,” kepala Hyunyoung terlalu pusing untuk berpikir. Kedua gadis itu sama sekali tidak percaya sedang berada di depan ruangan idolanya.

Mata Jiyoo mengerjap beberapa kali sebelum ia menghembuskan napas panjang. “Kita harus masuk! Susah payah kita kesini, mana mungkin kita hanya diam saja? Kaja~”

Hyunyoung membelalakan mata melihat kelakuan gila sahabatnya. Belum sempat ia menegurnya, Jiyoo sudah membuka pintu di depan mereka dengan santai. Ia berdiri di belakang Jiyoo, mencoba bersembunyi. Tapi Jiyoo malah melangkah masuk ke ruangan itu.

“Ya~ Choi Jiyoo!” panggil Hyunyoung.

Jiyoo mengabaikannya. Ia berjalan mendekat ke tempat Leeteuk yang sedang duduk sambil menoleh ke arahnya. Lelaki itu terlalu terkejut melihat seorang gadis yang tiba-tiba masuk ke waiting room grupnya.

“Leeteuk oppa, aku titip surat ini!” ujar Jiyoo sambil membungkuk dan menyodorkan sebuah amplop berwarna ungu.

—-

-the next day-

“Ya~~~ ada yang lihat jam tangan putihku?” aku berteriak dari dalam kamar sambil terus membongkar semua laci.

Kyuhyun muncul dan melongok melihatku. “Terakhir hyung letakkan dimana?”

“Kalau aku ingat, aku tidak akan kebingungan,” jawabku tanpa menoleh. Mataku sibuk mencari jam tangan itu. “Aku harus memakainya siang ini, itu dari sponsor~~”

Sungmin berdiri di belakang Kyuhyun, ikut berkomentar. “Jangan bilang kau meletakkannya sembarangan.”

Aku menyipitkan mata lalu tersenyum lebar. “Sepertinya begitu. Tapi sekarang aku benar-benar membutuhkannya.”

“Cari saja di tumpukan kardus bekasmu,” telunjuk Sungmin mengarah ke kardus cokelat muda yang berjejer rapi.

Keningku berkerut. Sebodoh-bodohnya aku, aku tidak akan meletakkan barang yang masih kupakai disana. Tapi akhirnya pikiranku mengalah, tidak ada salahnya mencari disana. Aku berjongkok dan menarik sebuah kotak kardus. “Pertama..” gumamku.

Aku membongkar isinya, hanya ada barang-barang bekas milikku. Tertumpuk begitu saja di dalam sini, aku bahkan lupa pernah memilikinya.

Sudut bibirku terangkat. Setumpuk surat penggemar sejak Super Junior debut. Tergelitik oleh rasa penasaran, aku membuka ikatannya. Surat-surat ini ternyata ada disini, kupikir malah sudah hilang. Kalau hilang, aku pasti menyesal.

—-

Eunhyuk membiarkan rasa penasarannya menang. Sekarang perhatiannya tertuju pada surat-surat dari penggemar dalam pegangannya. Ada beberapa surat yang menarik perhatian Eunhyuk. Semuanya dari pengirim yang sama dan selalu tertuju untuknya.

Alisnya mengernyit. “Aku ingat surat ini.”

Ia mengusap bagian depan surat itu dengan lembut. Ingatan tentang tiap lembar dari surat di tangannya mulai berkelebat. Ada wangi lavender yang memenuhi rongga hidungnya secara tiba-tiba. Sama seperti wangi seseorang yang dikenalnya.

“J..,” Eunhyuk mengucapkan sang pengirim dengan setengah berbisik. “Ng, dia berhenti mengirim surat sejak dua bulan lalu?”

Otaknya memaksa menebak kenapa penggemar setianya itu berhenti menyuratinya. Tanpa sengaja, Eunhyuk menyadari sesuatu, sesuatu yang mustahil. Kenapa ia bisa sangat ingin tahu soal Jiyoo, apa yang membuatnya tertarik pada gadis itu dan segala hal tentang Choi Jiyoo yang selalu berhasil mengusik kepalanya.

Eunhyuk menatap lurus ke depan. “Apa J itu.. Jiyoo?”

—-

@Car

Malam ini Teuk hyung sudah kembali ke Seoul dan aku harus bertanya banyak hal padanya. Seingatku hanya dia yang tahu soal semua surat dari J. Kalau seandainya J itu Jiyoo, lalu apa yang akan kulakukan? Atau tepatnya, apa yang bisa kulakukan? Bagaimanapun gadis itu sudah menunjukkan dengan sangat jelas penolakannya padaku.

Aku mengeluarkan ponsel dan mencari salah satu kontak disana. Telingaku mendengar nada sambung, jadi aku menunggu. “Hyung?”

“Hyuk-ah, wae?”

“Ng, apa hyung sudah di bandara?” tanyaku pelan. “Aku sedang di jalan, jadi mungkin aku bisa menjemputmu dan Donghae.” Kebohongan kecilku mengalir begitu saja.

Teuk hyung diam sejenak. “Donghae masih disini, kau jemput dia saja. Aku ada urusan penting.”

Aku mengernyitkan alis, bingung. “Urusan?” ulangku. “Tidak bisa kau tunda saja, hyung? Ada yang ingin kutanyakan.”

“Mian, mian. Lain kali saja,” ujarnya. “Aku harus pergi sekarang. Annyeong.”

Tepat saat Teuk hyung memutus teleponnya, aku melihat dia berdiri di depan bandara. Ada Donghae di belakangnya. Tapi aku melongo saat melihatnya malah masuk ke dalam sebuah taksi sendirian, tanpa Donghae. Mau kemana dia?

—-

Eunhyuk menajamkan tatapannya ke arah taksi tanpa melihat Donghae yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Ia menginjak pedal gas dan membuntuti taksi Leeteuk.

Indera pendengarannya sudah mati rasa karena tidak mendengar Donghae yang berteriak. “Ya~ Hyuk-ah!!”

Sedetik berikutnya, Eunhyuk menangkap sosok Donghae lewat kaca dalam. “Aish.. aku lupa ada Donghae.” Ia merogoh ponsel dan mengetik cepat. “Mianhae, Donghae-ya.”

Taksi itu tidak terlalu cepat, membuat Eunhyuk lebih gampang mengatur jarak dengan mobilnya. Suasana belum terlalu gelap dengan banyaknya penerangan jalan. Ia tidak mau Leeteuk memergokinya sedang bermain agen-rahasia-yang-menguntit-leadernya-sendiri.

Tapi kemudian ia mengerutkan kening. Taksi itu berhenti di depan sebuah rumah bercat ungu. Rumah lavender, milik Jiyoo. Eunhyuk bergumam, “Untuk apa Teuk hyung kesini?”

Tahu pertanyaannya tidak akan terjawab sendiri, ia menyipitkan mata dan memutuskan kembali memperhatikan. Leeteuk menekan bel dan detik berikutnya gadis itu muncul. Lagi-lagi perasaan tersentak yang sama merayapi tubuhnya. Leeteuk mengusap rambut Jiyoo. Lebih dari itu, yang membuat dadanya semakin sesak adalah gadis itu tersenyum.

“Jangan tersenyum seperti itu.” tanpa sadar, Eunhyuk menggenggam setir di depannya kuat-kuat.

—-

Leeteuk mengamati gadis berwajah mungil itu lekat-lekat. “Apa kau sudah sembuh?”

“Mm. Aku juga makan teratur,” Jiyoo tersenyum lalu wajahnya berubah penasaran. “Apa.. Eunhyuk tidak berkata apa-apa pada oppa?”

Alis Leeteuk terangkat tapi mendadak terusik oleh rasa dingin. “Ya~ kita bisa bicara di dalam saja kan? Aku kedinginan.”

“Mianhaeyo,” tangan Jiyoo membuka pintu rumahnya lebih lebar, membiarkan Leeteuk berjalan melewatinya. Ia bersandar di tembok, “Oppa mau teh?”

Leeteuk mengangguk tapi tetap mengawasi setiap detail gerakan gadis itu. “Ng, kau tadi bertanya apa? Eunhyuk?”

“Ne, apa dia tidak mengatakan apa-apa?” Jiyoo meraih dua buah cangkir dari lemari kecil di dapurnya.

“Tidak, eh, tidak tahu,” ralat Leeteuk. “Tadi dia memang mendadak menawarkan diri untuk menjemputku di bandara, dia bilang mau menanyakan sesuatu. Wae?”

Jiyoo berjalan ringan membawa nampan lalu beringsut duduk di samping Leeteuk. “Aku.. kurasa aku sudah menunjukkan sikap benciku padanya. Kemarin aku bahkan.. mengusirnya,” Ia menarik napas lalu melanjutkan, “sambil menangis.”

“Kau menangis? Di depannya?” Leeteuk melebarkan mata. “Jiyoo-ya, bukankah kau tahu kalau itu bisa membuatnya-“

“Tahu. Aku tahu,” desahnya. Jiyoo menatap cangkir teh di depannya. “Tapi aku tidak tahan lagi. Dia.. semua tentangnya sangat menyakitkan. Bukankah oppa tahu itu, lebih dari siapapun?”

Leeteuk memandangi Jiyoo lama. “Tapi bukankah kau masih menyukainya, lebih dari siapapun?”

Jiyoo menggeleng lemah. “Terlalu. Aku terlalu menyukainya, karena itu aku harus menghindarinya. Itu.. menakutkan.”

Ada rasa dingin yang merayap dan menyelimuti tubuh Jiyoo saat kata-kata itu meluncur dari bibirnya. Dingin yang membekukan setiap syaraf dan mematikan seluruh indera perasanya. Tanpa sadar, ia memeluk tubuhnya sendiri, seolah kedinginan. Leeteuk memandangnya dengan tatapan simpati lalu mengusap-usap lengan Jiyoo, mencoba mengurangi rasa dinginnya.

—-

Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit. Bukan, sudah empat puluh satu menit aku menunggu disini. Apa yang terjadi di dalam? Apa yang mereka lakukan disana? Sebenarnya bisa saja aku keluar dari mobil dan memaksa masuk ke dalam, tapi kalau aku bertindak sembarangan begitu, apa yang akan dipikirkan Jiyoo?

“Aish.. aku pasti akan dianggap sebagai lelaki gila yang tidak bisa mengerti bahasa manusia,” desahku.

Gadis itu sudah jelas-jelas menunjukkan sikap defensif padaku. Hanya padaku. Dan untuk alasan yang tidak jelas, aku merasa sedikit sedih dengan hal itu. Mendadak aku teringat semua surat ungu dari J. Saat satu per satu surat itu sampai di tangannya, ada perasaan menyenangkan yang nyaman. Seolah hanya dengan satu kata yang J tuliskan, aku bisa tenang.

“J.. apa itu Jiyoo?” tanyaku, lebih pada diriku sendiri.

Tapi kemudian kepalaku menggeleng kuat-kuat. J itu menyukaiku, bahkan sangat memahamiku. Setiap tulisannya seperti obat penenangku. Tapi Choi Jiyoo..? Dia selalu menghindar sejauh mungkin.

Aku menyandarkan tubuh ke jok kulit. “Tapi kenapa aku merasa mereka itu adalah orang yang sama?”

Terlepas dari sikap defensif Choi Jiyoo, entah bagaimana, aku yakin dia terus memperhatikanku. Aku merasa dia tidak pernah benar-benar membenciku, seperti ucapannya kemarin. Jiyoo memang tidak membenciku, aku yakin itu. Tapi aku merasa aku sudah menyakitinya. Matanya kemarin menunjukkan rasa terluka. Apa aku yang melukainya?

—-

-the next day-

Eunhyuk menggeliat di ranjangnya. Ia mengerjap karena cahaya yang menyilaukan mata sudah mengganggu tidurnya yang nyaman. Kemudian ia hanya berbaring sambil memandangi langit-langit kamarnya. Pikirannya tidak berubah, tetap rumit.

“J itu Jiyoo.. Jiyoo itu J..,” ulangnya berkali-kali. Ia mendesah frustasi, “Tapi Jiyoo alergi padaku, mana mungkin dia J yang sama?”

Ingatannya melayang ke saat yang dulu. Saat setiap hari ia bisa tersenyum dengan hanya selembar surat ungu dari J, penggemar favoritnya.

Saat kau merasa ada yang membuatmu gelisah, kau tahu apa yang kulakukan? Hehe.. tapi aku juga ragu kau mau tahu. -.- Akuu.. memejamkan mata dan bicara dengan hatiku. Konyol kan? Oppa, aku benar-benar berharap kau tidak akan pernah bosan dengan surat-suratku ini. Kekeke~ Saranghaeyo, Lee Hyukjae! PS: sekalipun kau sering bilang kau tidak suka nama aslimu, tapi aku mau kau tahu kalau aku saaaaaaaangat menyukai nama LEE HYUKJAE.

Sudut bibir Eunhyuk terangkat saat mengingat salah satu lembaran kesukaannya. Detik berikutnya, ia sudah memejamkan matanya lagi, menuruti saran sang J. Eunhyuk membuka mulut, “Seandainya Jiyoo itu benar-benar J milikku, apa aku bisa memilikinya sekali lagi?”

“Hyuk-ah.. kau sudah bangun?” suara itu membuat Eunhyuk langsung membuka mata.

Eunhyuk mengacak rambutnya dan berjalan malas ke arah pintu. “Ng? Kenapa, hyung?”

“Semalam kau tidak menjemput Donghae ya?” tanya Leeteuk tanpa basa-basi. Melihat Eunhyuk yang langsung salah tingkah, Leeteuk mendesah. “Wae? Kau tahu tidak Donghae harus menunggu manager hyung hampir satu jam lebih?”

“Ng, mianhaeyo. Tapi aku sudah mengirim pesan pada Donghae supaya pulang sendiri,” ujar Eunhyuk. Tapi mendadak ia ingat sesuatu. Ia menyipitkan mata, “Memangnya kemarin Donghae hanya sendirian di bandara?”

“Tentu saj-“

“Hyung tidak ada? Pergi kemana?” tanya Eunhyuk, berusaha mencari informasi.

Leeteuk berdeham. “Ya~ bukankah aku sudah bilang kalau aku ada urusan penting? Tentu saja aku harus pergi sendiri.”

Eunhyuk mencibir, kesal karena tidak mendapat jawaban yang ia inginkan. Melihat Leeteuk yang berbalik dan melangkah memunggunginya, ia mengekor. Semua member 11 sedang berkumpul di meja makan dan hanya menoleh sebentar ke arah mereka.

“Hyung,” panggil Eunhyuk. Leeteuk menoleh tanpa suara. “Semalam ke rumah Jiyoo kan?”

Siapapun yang ada disana bisa menyadari tubuh Leeteuk yang menegang. Tidak ada yang berhenti memperhatikan leadernya, menunggu jawaban.

Leeteuk mengangguk. “Wae?”

“Untuk apa kesana?” tanya Eunhyuk lagi. Kali ini rasa penasarannya benar-benar sudah memenuhi kepalanya. Ia harus mendapatkan jawaban, SEKARANG.

“Menjenguknya. Kau ingat kan kalau dia sakit?” ujar Leeteuk santai. Tapi Eunhyuk tahu sikap leadernya tidak benar-benar santai. Tubuh Leeteuk masih kaku.

Ryeowook menimpali. “Jiyoo sakit? Sakit apa?”

“Kenapa hyung tidak memberitahu kami? Kami kan juga harus menjenguknya,” ujar Sungmin.

Leeteuk masih diam di tempatnya. Bibirnya agak terbuka tapi suaranya tidak keluar. Ia bingung menjelaskan semua hal pada orang-orang di depannya, terutama Eunhyuk. Leeteuk tahu anak itu akan bertanya soal hal lain, hal yang sudah jadi rahasianya dengan Choi Jiyoo.

Eunhyuk menatap Leeteuk, berusaha mendapat jawaban. Tapi kemudian kemungkinan yang ada di kepalanya muncul dan berputar lagi. “Atau.. dia tidak sakit kan?”

“Mwo? Tidak sakit? Maksudnya?” Donghae bergantian memandangi Eunhyuk lalu Leeteuk, begitu seterusnya. “Ya~ ada apa dengan kalian?”

“Aku sudah memikirkan hal ini sejak dua hari yang lalu, saat di Sukira. Tepat sebelum Jiyoo sakit,” jelas Eunhyuk. Ia berusaha tenang sambil mengatur kata-kata yang akan keluar. “Sikap kalian berdua juga mencurigakan. Jadi sekarang aku tidak punya kemungkinan lain selain hal ini.”

Kyuhyun menggaruk pipi, bingung. “Bisa tolong jelaskan dengan lebih pelan? Aku masih bingung.”

“Hyung..,” Eunhyuk menarik napas dan kembali menatap Leeteuk. “Jiyoo hamil kan?”

-TBC-

=====================

Ga minta banyak, dikomen juga cukup. 🙂

60 thoughts on “Violetter #2

  1. huwaaaaaa,,,,,jiyoo nolak unyuk….yaudah unyuk buat aq ja ya????heu…
    udah mood lg y shel??lnjutannya d tunggu ya……

  2. Heh?jiyoo hamil??
    Sbenernya ini ada apa c???
    Unyuk yg hamiln jiyoo y?keterlaluan bgt d si unyuk,berani berbuat tdk brani brtanggung jwab..=,= *berbuat ap tu?*
    Sumpah,penasaran bgt…>.<
    besok publish part3 y…#plakk

    trus klanjutn crita hyunyoung dan yesung gmn?xD

    • Huahahahaha~~~ ngakak baca komenmu nak.
      Kok bisa nyangka hyuk hamilin jiyoo coba?? XD
      Part 3? Andwae~ nunggu komen yg banyak dulu. Kalo ga banyak ga bakal aku post. Kekeke~ XD

      Hehh~ kan uda aku bilang di sms, dirimu cuma jadi cameo doang. Uda cameo, ga tetap pula. XDD

  3. waaah… udh bca yg part 1… keren abiiiiz…^^
    cepetan publish part 3 y eonn… (author: spa lo nyuruh” gw??)
    daebak!!
    ps: padahal sma” suka jga… ckckckck… >.<"

  4. wew~ Jiyoo hamil??? atau cuma salah paham doang??? Jiyoo kan msh kecil (?)~ kkkkkkk
    nice ff chingu~
    lanjooot~~~
    *smoga masuk komennya* XD

  5. Hamil? Pikiran hyuk lagi dimana sih? Hahaha
    Ini bakalan sad ending ga shel? #nyiapin diri buat jadi pengganti # hahahaha

  6. lanjut lanjut lanjut author!! ah…aku suka bgt blog ini 😀 crita”nya so sweet smuaaa~ boleh request cerita ryeowook gak?hehehe hwaiting author~ bagus bgt critanyaa aaaaa gak unyuk gak minho, so sweet smwaaa *melting*

  7. masih lama kah keungkap hubungan jiyoo dan unyuk dimasa lalu ? capek menebak nebak .
    Unyuk pabo , kalo jiyoo hamil pasti ngelakuinnya bareng lo . bener khan sel ?
    ditunggu part 3nya .

  8. gw kira unyuk bakalan ngomong, “hyung, kamu pacaran ya dengan Jiyoo?”, tapi malah ngomong “jiyoo hamil kan?”, gubrak gw langsung hahahahahahaha

    nice chap…. ^__^

  9. aduh itu sebenernya si jiyoo kenapa sih?? kok gitu amat sama si eunhyuk.. suka tapi kok.. argh, sumpah makin penasaran banget *acak2 rambut wahaha stress*
    part selanjutnya sangat dinanti.. hoho
    ps: bahasa authornya bagus deh.. suka banget! 😀 ❤

  10. lama ga kesini, begitu buka, ternyata udah ada part 2nya… ㅋㅋㅋ…

    kesimpulan hyuk ekstrim!!! nanya gitu ke jiyoo sama aja bunuh diri (==)
    Hae juga masa ditinggal gitu aja…:(
    kesian yeoboku.. *plakk*
    lanjut lanjut…. ^^

    • hehe.. iya onn, kayanya apdetnya tiap komennya banyak, baru aku post next. XD

      Huahahaha~~ hyuk demen cari masalah sihh.
      Masalah Hae yg ditinggal itu gara2 aku pngin bikin EunHae bisa bubar kalo hyuk lebih milih jiyoo. XDD
      Makasihh ya onn~ 😀

  11. heeee kau jahat couple…
    publish gak bilang2… hiks hiks hiks…
    Jiyoo hamil??? astagaaa…
    Jiyooo katanya kau inosen?
    pkknya kalo publish bilaaaang…

    smsku gak dibales… kau kemana couple???
    rindu ini rindu…

    • Lalalala~~~ pulsa-ku abiss. Unyuk belon ngasih jatah bulanan. Dia lagi peliiit~ -.-

      Jiyoo itu emang inoseeeen onn~ Masa ga percaya? *jangan dijawab, pasti mau bilang iya*
      Kenapa ga sms kalo ngepost, itu karenaaaa pulsa hapeku abis, pulsa smart-ku juga abis, jadiii aku milih yg lebih penting: PULSA INET. XD
      FF onnie di sjff juga uda di komenn loh~ 😀

      Ciyee~~ rindu nihh?? XD

  12. Wah!
    Tlat saia.
    Mian mian mian mian..
    Tapi2! Kq bsa c unyuk nyangka Jiyoo hamil?? Hadooh.. Unyuk.. Unyuk..
    seru seru.. Si Donge mlh ditinggal gt aje. Malang nasibmu wahai Fishy.. Hhaha
    Tmbah pnasaran. Munk Jiyoo bncix gra2 knpa sii?
    Waah~ Lanjot! Part 3! Part 3! ^^

    • Gapapa kok~ kan disini apdetnya suka2 author sableng ini. Wajar banyak yg bosen. XD

      Lha, si unyuk kan sotoynya ga ketulungan, jadi suka nebak2 smbarangan. XDD
      Banyak yg kesian ama hae, lagi sadis ama hae nihh~ XD
      Makasihh ya. 🙂

  13. omooo~~ kejamnya kunyuuk ninggalin ikan sendirian di bandara (?) dan kenapa pikiran anda begitu duodol bang? ngira jiyoo hamiil? hahaha *ngakak*
    >>>>> gelayutan ke part 3

  14. waaaaahhhh Hyuk, kecurigaanmu terlalu berlebihan menurutku. heeemmm, jadi sebenernya apa yang sudah di lakukan Hyuk sampai jiyoo harus ‘memaksa’ hatinya untuk membenci Hyuk??

  15. omoooo, makin bingung sendiri..

    hamil..’?! astaga, beneran tuh..’?!
    siapa yang ngamilin coba..’?!
    hyuk ada2 saja..
    ckk..

  16. Lee Hyukjae,, pengen jitak deh!!!
    Masa gara-gara begitu doang, Jiyoo dikira hamil.. Mbok ya dipikir dulu toh, ndok ndok..
    Pokoknya mah, part 3 lah..

  17. alamak…. hamiL??? eunhyuk ngawur nihhh

    hadeuhhh… sbnrnya apa sih rahasianya. sama sekali blm terungkap di part ini. penasaran jadinyahhh../^*!“‘

  18. jd jiyoo itu J..?
    tp knapa dy brubah dan menghindari hyuk 😮
    ada apa ini~
    kyknya teuk ada rasa ma jiyoo…

    capcus k part 3

Leave a reply to mrschokyuhyun Cancel reply