Violetter #1

====================

@Sukira

Lagi-lagi aku melihatnya. Gadis dengan rambut panjang dan wajah mungil itu sedang berdiri di depanku. Seperti hari-hari sebelumnya, ia tetap mengabaikanku. Apa aku sangat tidak menarik baginya? Kurasa tidak. Aku lucu, menyenangkan, dan terkenal, lalu apa alasan gadis itu terlalu menjaga jarak denganku?

“Hyuk-ah, kenapa melamun disini? Ayo masuk,” Leeteuk hyung menepuk pundakku, memaksaku meninggalkan pemandangan yang kusukai.

Kepalaku mengangguk tapi mataku masih tertuju padanya, gadis berambut hitam pekat di ruangan operator. Aku menarik lengan Leeteuk, “Hyung, aku menarik kan?”

“Ng? Kau bertanya itu padaku?” Leeteuk menunjuk dirinya sendiri. Aku mengangguk kaku. “Ya~ tanyakan itu pada seorang gadis, jangan padaku.”

“Mauku juga begitu, kalau saja gadis itu mau bicara denganku,” gumamku.

Leeteuk hyung mengerutkan kening, “Apa katamu barusan?”

“Aniyo,” kepalaku langsung menggeleng cepat. “Ayo siaran.”

Kudorong punggung Leeteuk hyung masuk ke ruang siaran. Kepalaku menoleh ke arah gadis itu lagi, alisku terangkat. Sekilas perhatianku teralihkan tapi kenapa aku sangat yakin kalau gadis itu baru saja melirikku?

—-

“Jiyoo-ya,” panggilan yang bukan untukku itu membuatku ikut memutar badan. Kulihat Leeteuk hyung sibuk merapikan kertas bahan siaran sambil menunggu orang yang dipanggilnya.

“Ne, sunbaenim?” gadis itu berlalu dari hadapanku tanpa menoleh sedikitpun. Wanginya tetap sama, lavender, sama seperti saat pertama kali aku mencium wangi tubuhnya.

Leeteuk hyung melipat tangan di dada. “Apa kau tahu dimana kertas untuk Teukigayo milikku? Kurasa aku meletakkannya di tas, tapi sekarang tidak ada.”

Gadis dengan t-shirt putih itu tersenyum dengan senyumnya yang biasa, yang biasa membuatku berhenti bernapas seperti sekarang. Ia mengeluarkan sebuah map plastik dan menyerahkannya pada Leeteuk hyung. “Sunbae menitipkan ini padaku satu jam yang lalu, ingat?”

Leeteuk hyung balas tesenyum lebar lalu mengusap kepala gadis itu lembut. Aku mencibir dalam hati, lagi-lagi ceroboh. Ani, kenapa rasanya aku ingin memaki leader-ku sendiri? Aigo~

“Hyuk-ah,” kali ini panggilan untukku, aku menoleh. “Ini bahan Teukigayo kita untuk besok, bacalah.”

Aku mengangguk tanpa suara. Sudah berapa kali aku begini? Kesal tanpa sebab pada Leeteuk hyung. Aku pasti sudah gila. Saat aku sibuk mencerna sikap anehku, gadis itu memandangku tepat ke dalam mataku. Tubuhku beku, seolah tatapannya ini menghipnotis. Matanya gelap dan tajam. Tapi justru matanya lah yang paling aku suka. Entah sejak kapan.

Ia membuka mulut, aku menunggu. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, dua detik ini seperti sepuluh kali lipat dari hitungan normal. “Sepertinya Jungsoo sunbae menunggumu.” Ia mengalihkan pandangannya pada Leeteuk hyung yang berdiri di tepi pintu.

“He? Mm, ya, sepertinya,” aku tergagap sendiri saat menjawabnya.

Tidak, bukan tatapannya yang menghipnotis, suaranya lebih menghanyutkan. Gadis ini punya suara jernih seperti denting bel, seolah kata-kata yang keluar darinya adalah sebuah lagu. Ng? Apa kataku barusan? Ini bukan pertama kalinya aku mendengar suaranya kan? Tapi ya, ini pertama kalinya ia menegurku sejak tiga minggu kami bertemu.

—-

“Dia Choi Jiyoo, asisten baruku,” Leeteuk hyung menunjuk seorang gadis dengan kemeja kebesaran dan celana jins biru. “Mungkin dia akan lebih sering bersamaku.”

Ryeowook mengernyitkan alis. “Lalu, manajer hyung?”

“Kurasa dia akan lebih sering bersama Eunhyuk, jadi Jiyoo akan jadi asisten pribadiku,” sahut Leeteuk hyung. Mengurus satu paket EunTeuk memang terlalu merepotkan bagi manager kami, kurasa manajer hyung bisa sedikit bernapas lega.

Seharusnya aku senang kalau waktu kami akan lebih efisien, tapi aku mengernyitkan kening. Kenapa baru sekarang Leeteuk hyung menginginkan seorang asisten, asisten pribadi pula. Aneh.

“Jiyoo-ssi kan namamu?” tanya Donghae sambil mendekati gadis mungil yang tampak gugup itu. Gadis itu mengangguk tanpa mendongak, seolah tidak mau tahu siapa yang baru saja bertanya. “Kenapa kau sangat pemalu? Namaku Lee Donghae, tapi kau bisa memanggilku ‘oppa’.”

Leeteuk hyung menoyor kepala Donghae. “’Oppa’ kepalamu! Jangan mengganggu Jiyoo.” Kemudian ia menatap kami bergantian, “Kalian juga. Jangan ada yang mendekatinya apalagi merayu Jiyoo. Aratchi?”

Kami mengangguk bersamaan, tanpa benar-benar ingin tahu kenapa Leeteuk hyung bisa sangat perhatian pada gadis bernama Choi Jiyoo ini. Terlebih lagi, ada sesuatu tentang Jiyoo yang membuatku tidak bisa berhenti memperhatikannya. Wajahnya manis tapi standar, tidak ada yang menarik darinya. Tapi perhatianku tersedot oleh sesuatu dalam Choi Jiyoo, tanpa tahu apa itu.

—-

Mataku terbuka perlahan saat bayang-bayang Jiyoo berubah kabur. Betul kan, ada sesuatu tentangnya yang membuatku nyaris sering memimpikannya. Kesadaranku belum terisi penuh dan hal pertama yang kutahu hanya aku sedang berada di dalam mobil bersama manager hyung.

Aku menggeliat pelan, “Hyung~~ jam berapa sekarang?”

Manager hyung melirik jam digital yang ada di dashboard. “Jam dua pagi. Tidur saja lagi, Hyuk-ah.”

“Ani, kurasa aku sudah segar,” kilahku. Manager hyung mengerutkan kening tanpa mengeluarkan suara. Terlalu aneh memang saat tidur lima belas menit bisa membuatmu segar. Terdengar seperti kebohongan yang payah.

Alasan sebenarnya yang membuatku tidak mau menutup mata lagi adalah karena gadis itu. Aku tahu saat aku mulai memejamkan mata, yang bisa kulihat hanya dirinya. Bukan mimpi yang buruk, memang. Tapi aku sedang tidak mau bermain tebak-tebakan dengan pikiranku yang selalu terhubung pada Choi Jiyoo.

Ponsel manager hyung berdering, ia langsung menggunakan headset dan menjawab. “Ne? Ah, Jungsoo-ya, ne?… Ng? Kau akan pulang terlambat?… Dimana kau sekarang?… Rumah sakit? Wae?… Ah, geurae? Dia baik-baik saja kan?… Mm. Arasseo. Ne.” Manager hyung memasukkan kembali ponselnya.

“Leeteuk hyung?” tanyaku, sekedar basa-basi.

“Mm. Dia bilang akan pulang terlambat,” jawab manager hyung. Aku mengangguk-angguk paham. Ia melanjutkan, “Sekarang dia sedang di rumah sakit, jadi mungkin akan pulang besok pagi.”

Aku reflek menoleh, “Rumah sakit? Waeyo? Apa Teuk hyung mimisan lagi?”

“Ani, ani. Bukan dia yang sakit,” manager hyung menoleh ke arahku saat lampu merah. Bukan Teuk hyung? Berarti… “Jiyoo sakit, sepertinya mendadak. Jungsoo sedang ada di rumah sakit untuk menjaganya.”

Jantungku berhenti, tetap karena Choi Jiyoo, tapi kali ini bukan karena senyumnya. Entah bagaimana, kabar ini bisa punya efek yang sama seperti senyuman Jiyoo. Aku bertanya hati-hati, “Sakit.. apa?”

Manager hyung mengangkat bahu, tidak tahu. Kenapa rasanya dada kiriku terasa sakit?

—-

-the next day-

Mataku melirik ponsel dan aku mulai bergumam, “Jam enam pagi.” Sepertinya sejak tiba di dorm aku tidak tidur, karena nyaris tiap jam aku memeriksa ponsel. Hampir empat jam lebih aku hanya berguling di tempat tidur. Setiap tak tenang, aku pasti tidak bisa tidur. Tapi aku selalu tahu apa yang membuatku tidak tenang, dan sekarang aku sama sekali tidak tahu kenapa aku gelisah. Ada apa denganku?

Aku duduk di tepi ranjang dan kembali melihat ponsel. Kuketukkan jariku tak tenang, seolah ikut berpikir apa yang harus kulakukan. Aku sempat mengacak rambutku sebelum aku mulai mengetikkan pesan.

To: Teuk hyung

Hyung~ apa kau sudah di dorm??

‘drrt.. drrt..’

From: Teuk hyung

..Baru satu jam yang lalu. Dan sekarang jangan ganggu aku. Aku butuh tidur..

Aku mengembuskan napas berat. “Apa dia masih di rumah sakit? Atau Teuk hyung sudah mengantarnya pulang ke rumah?”

Otakku berdebat sendiri, sibuk menebak-nebak apa yang terjadi padanya. Hanya butuh dua menit, lagi-lagi dua menit yang jauh lebih lama, untuk memutuskan keluar kamar dan mengambil kunci mobil.

“Mau kemana, Hyuk-ah?” pertanyaan Sungmin menahan langkahku.

Aku menggaruk pipi. “Ke.. aku harus keluar sebentar. Tapi aku akan kembali sebelum sarapan.” ucapku sebelum menutup pintu.

“Ng? Ne, jalkka,” sahut Sungmin singkat, membiarkanku berjalan cepat meninggalkan dorm.

Mobil meluncur dengan kecepatan lebih dari biasanya. Aku sibuk mengingat-ingat jalanan yang benar. Sudah dua minggu yang lalu saat Teuk hyung mengajakku menjemput Jiyoo di rumahnya, dan aku bukan pengingat yang baik. Butuh kekuatan ekstra untuk menemukan sebuah rumah mungil dua lantai berpagar ungu ini.

Tanganku menggenggam erat setir sambil menimbang-nimbang apa aku memang harus masuk ke dalam. Bagaimana kalau gadis itu mengusirku?

“Ani, ani. Kenapa dia harus mengusirku?” kepalaku menggeleng kuat-kuat. Setelah menyemangati diri sendiri, aku membuka pintu mobil dan mulai mendekati rumah itu.

—-

Eunhyuk menelan ludah dan mulai menggerakkan jarinya ke depan bel. Ia sibuk mengatur napasnya yang memburu tak karuan sebelum akhirnya benar-benar menekan bel rumah gadis itu.

‘Ting.. Tong..’

Untuk beberapa detik, Eunhyuk tidak bisa mendengar apapun selain detak jantungnya yang berantakan. Ia mulai tak tenang, memikirkan kemungkinan gadis itu masih ada di rumah sakit. Kalau Jiyoo masih disana, bukankah itu berarti sakit gadis itu tidak ringan?

“Ne, nuguseyo?” jawab seseorang dari dalam sebelum pintu terbuka. Jiyoo tertegun selama tiga detik saat melihat Eunhyuk. “S-sunbaenim?”

Eunhyuk tersenyum kaku, berusaha bersikap senormal mungkin di depan gadis ini. “Jiyoo-ssi, annyeong.”

Badan Jiyoo membungkuk singkat lalu kembali menatap lelaki di depannya. “A-ada perlu apa?”

“Ng.. memangnya kita harus bicara di depan pintu? Atau aku bisa duduk di dalam?” mata Eunhyuk melongok ke dalam rumah. Jiyoo mundur selangkah untuk membiarkan lelaki itu masuk. “Kamsahamnida~~”

Jiyoo hanya berdiri kaku melihat Eunhyuk sudah duduk manis di sofa ruang tengahnya. Ia membuka mulutnya lambat-lambat. “Mau minum sesuatu?”

“Mm.. boleh minta sarapan? Aku terlalu terburu-buru saat kemari, jadi tidak sempat sarapan dan sekarang aku.. lapar,” Eunhyuk tersenyum malu, menyadari perutnya memang sedang kelaparan karena ia bahkan tidak makan malam.

Mata Jiyoo mengerjap beberapa kali sebelum ia sadar dari keterkejutannya. Ia sama sekali tidak tahu apa yang membuat lelaki ini malah bertamu ke rumahnya tanpa sempat sarapan. Tapi kemudian ia melangkah ke dapur, “Aku bisa membuatkan sandwich untuk sunbae-“

“Eunhyuk. Panggil Eunhyuk atau Hyukjae saja,” sela Eunhyuk. “Ng, pakai ‘oppa’ juga boleh.”

“A-aniyo, aku harus memanggil member Super Junior dengan panggilan ‘sunbae’, sama seperti Jungsoo sunbaenim,” kilah Jiyoo cepat. Ia meninggalkan Eunhyuk yang tetap menatapnya tanpa berkedip.

—-

Aku benar-benar terkejut dengan ucapannya barusan, ‘sama seperti Jungsoo sunbaenim’? Apa Teuk hyung sangat penting baginya? Ya~ Eunhyuk-ah babo! Tentu saja, bukankah Teuk hyung itu majikannya?

Sedetik berikutnya, aku bergumam, “Tapi kenapa dia memanggil Teuk hyung dengan panggilan ‘Jungsoo’? Itu hanya panggilan dari orang-orang dekatnya kan?”

Jariku mengetuk meja berkali-kali, tanda tak tenang. Ada apa denganku? Kenapa sepertinya penting sekali memikirkan gadis ini dan segala kehidupannya? Choi Jiyoo sama sekali tidak ramah, tapi juga tidak menyebalkan. Hanya saja, sikapnya yang seolah ‘menolak’ku itu sangat mengganggu. Aku tidak pernah membuat orang menjauhiku seperti yang dia lakukan.

Jiyoo keluar dari dapur dan meletakkan piring berisi dua potong sandwich di depanku. Tapi ia tidak duduk, ia tetap pada posisi berdiri seperti tadi. “Mm.. sunbae bisa makan itu.”

“Ng, kamsahamnida,” tanganku meraih sepotong roti dan mulai mengunyah. “Ini enak. Apa aku boleh makan semua?”

“Mm. Kalau sunbae memang lapar, makan saja semua. Itu tidak pakai mayonnaise, sama seperti kesukaan sunbae,” ucapan Jiyoo membuatku mengerutkan kening.

“Kau tahu aku tidak suka mayonnaise?”

Jiyoo menelan ludah dan tampak gugup. “Kurasa Jungsoo sunbae pernah bercerita tentang membernya.”

Rasa penasaranku tetap ada tapi aku hanya mengangguk. Lalu aku teringat alasan utamaku kesini. “Ah, benar, semalam kau masuk rumah sakit kan?”

“Jungsoo sunbae ya-“

“Ne, tapi bukan cerita padaku, aku hanya dengar dari manager hyung,” potongku cepat. Entah kenapa aku selalu kesal setiap Jiyoo mengucapkan nama ‘Jungsoo sunbae’. “Apa.. kau.. baik-baik saja?”

Jiyoo mengangguk kaku. “Jungsoo sunbae mengantarku pulang setelah dokter bilang aku bisa istirahat di rumah.”

“Mm.. Jungsoo sunbae sangat memperhatikanmu ya,” cibirku. Demi Tuhan, aku benci saat gadis ini terus-menerus menyisipkan nama Teuk hyung di setiap ucapannya. Aku menarik napas panjang. “Jam berapa kalian pulang? Bukankah waktu Teuk hyung menelepon sudah jam dua pagi?”

Jiyoo tampak berpikir sejenak. “Kami sampai disini jam tiga, tapi Jungsoo sunbae menjagaku sampai aku tidur, jadi aku tidak tahu kapan dia pulang.”

Darahku mendidih tanpa alasan yang jelas. Jam enam tadi, Teuk hyung baru sampai. Jadi dia ada disini selama tiga jam? Membayangkan hal itu saja sudah bisa membuatku marah. Aish.. sebenarnya ada apa denganku?

—-

Jiyoo mengusap sebuah bros berwarna ungu di tangannya. Matanya memandangi benda itu dengan sayu, seolah bros itu adalah sumber kesedihannya. Ia berbaring di ranjang dan memejamkan mata. Kilatan memori dan berkas-berkas bayangan itu memenuhi ingatannya dengan cepat. Terlalu cepat sampai dadanya terasa sesak.

“Kalau bisa.. aku tidak mau berada di tempat ini,” gumamnya pelan. “Tempat dimana Super Junior Eunhyuk berada.”

Nama itu selalu bisa membuat jantungnya tidak berfungsi dengan benar. Menyebut namanya saja adalah sebuah kesalahan. Kesalahan yang menyenangkan. Ada rasa sejuk menjalari setiap tubuhnya saat Jiyoo mengingat lelaki itu. Tapi perlahan perasaan itu berubah menjadi rasa dingin yang membekukan syaraf dan hatinya. Dingin yang menyakitkan.

Jiyoo membuka mata dan memandangi langit-langit kamarnya. “Apa berlabuh di dekatnya adalah tindakan yang benar?”

—-

Kulihat semua member sedang ada di ruang makan padahal ini sudah bukan waktunya sarapan. Mataku menangkap sesuatu disana sebelum aku berpaling. “Hyuk-ah~ kau darimana?” panggil Teuk hyung.

“Ke.. rumah teman,” kilahku. Teuk hyung mengangguk paham. Sekarang rasa kesal itu malah datang lagi tepat setelah aku melihat leaderku sendiri.

Teuk hyung beranjak dari tempatnya. “Siap-siaplah. Kita harus ke SBS.”

Kepalaku mengangguk singkat. Aku terlalu malas membuka mulut dan bicara dengannya saat ini. Aku tidak tahu kenapa, tapi yang jelas semua ini berawal dari gadis bernama Choi Jiyoo. Bicara soal Jiyoo, aku lupa bertanya semalam dia sakit apa! Bodoh~ kurasa aku terlalu marah sebelum aku sempat menanyakan semua yang ingin kutahu dari gadis itu.

Bibirku terbuka lambat-lambat, “Hyung…,” Teuk hyung menoleh tepat sebelum ia membuka pintu. “Kita akan berangkat bersama kan?”

“Ne, karena hari ini aku tidak mau menyetir sendiri,” sahutnya tenang. Berarti ia tidak menyadari perbedaan suasana hatiku padanya.

Dengan begini, aku bisa langsung bertanya pada Teuk hyung. Walaupun kurasa aku harus menahan kesal kalau-kalau Jungsoo sunbae ini mengumbar cerita bermalamnya di rumah Jiyoo. Aku langsung menarik napas panjang saat membayangkan hal itu.

—-

Teuk hyung sibuk dengan ponselnya tepat setelah kami masuk ke dalam mobil. Aku menimbang-nimbang apa aku harus bertanya sekarang atau harus menunggu waktu lain. Aish.. waktu lain? Memangnya aku bisa tahan untuk menunggu?

“Hyung, ada yang mau kutanyakan,” ujarku memulai. Otakku berpikir cepat, mencari kata yang tepat. Teuk hyung mengerutkan kening. “Ng, soal semalam, apa.. hyung benar-benar ke rumah sakit?”

Teuk hyung mengangguk santai. “Wae?”

“Ani, kata manager hyung, Jiyoo sakit. Sakit.. apa?” tanyaku hati-hati.

Ia reflek menoleh dengan pandangan –untuk-apa-kau-bertanya- ke arahku. “Kenapa kau mau tahu?”

“Hanya.. bertanya. Bukankah Jiyoo itu bagian dari Super Junior? Dia kan.. asisten pribadimu,” aku mengucapkannya dengan setengah hati. Bagaimana bisa aku rela menyebutkan kata itu dengan santai kalau bukan karena aku butuh informasi?

“Karena itu. Jiyoo itu asisten pribadiku, jadi kurasa hanya aku yang harus mengurusnya. Benar kan?” tegasnya. Entah kenapa sekarang aku merasa Teuk hyung sangat memiliki Choi Jiyoo, dan aku tidak suka.

Aku menatapnya dengan hati-hati. “Apa.. hyung pacaran dengannya?”

“Mworago?” alis Teuk hyung terangkat. “Ani, siapa yang pacaran dengan Jiyoo? Dia hanya asistenku, Hyuk-ah.”

“Tapi sikap hyung ini terlalu protektif pada asisten sepertinya,” desahku. Kurasa aku tidak bisa lagi meneruskan permainan tebak-tebakan dalam kepalaku.

Teuk hyung tertawa. “Ya~ bodoh! Kenapa aku bersikap begitu, karena Jiyoo itu seperti adik kecilku. Aku tahu dia hidup sendirian, jadi aku menganggapnya sebagai orang yang harus kulindungi.”

“Lalu, semalam dia sakit apa? Kenapa aku tidak boleh tahu?”

“Ng..,” Teuk hyung menunjuk ke luar. “Kita sudah sampai. Kaja~”

Ia membuka pintu mobil lebih dulu dan meninggalkanku di belakang. Alisku mengernyit. Kenapa Teuk hyung bersikap aneh hari ini? Terlalu mencurigakan. Otakku semakin tidak bisa bekerja dengan benar saat terus memikirkan Jiyoo dan Teuk hyung. Aku seperti lelaki yang cemburu pada.. pacarnya?

—-

Jiyoo berjalan cepat masuk ke studio SBS sambil membawa tas besar. Tangannya sibuk menenteng sebuah map plastik. Ia membuka pintu ruang tunggu dan melihat Leeteuk duduk bersandar di sofa. “Sunbae?”

“Ah, Jiyoo-ya. Kau datang? Kenapa tidak istirahat?” Leeteuk mengambil alih barang yang dibawa Jiyoo, membiarkan gadis itu bernapas lega.

“Aku sudah sehat. Bukankah setelah ini juga masih ada siaran? Jadi kupikir sunbae pasti kerepotan,” Jiyoo beringsut duduk di samping Leeteeuk.

Leeteuk hanya mengangguk paham sebelum ia teringat sesuatu. “Ng, tadi pagi, Eunhyuk bertanya soal dirimu.” Melihat Jiyoo hanya diam, ia melanjutkan. “Kurasa dia mengenalimu.”

“Aniyo. Kurasa tidak,” jawab Jiyoo yakin. “Tapi tadi pagi aku terkejut saat dia datang ke rumahku.”

“He? Dia ke rumahmu? Untuk apa?”

Kepala Jiyoo menggeleng satu kali lalu ia menunduk. “Dia bertanya soal semalam. Tapi dia juga sempat sarapan di rumah karena dia bilang dia bahkan tidak sempat sarapan sebelum pergi ke rumahku.”

“Pergi sebelum sarapan? Kenapa dia terburu-buru seperti itu? Dia memang mulai mengenalimu, Jiyoo-ya,” ucap Leeteuk.

“Sunbae, aku tidak mau membahas tentang hal ini lagi. Kurasa sunbae tahu sebabnya kan?” Jiyoo memandang Leeteuk dengan tatapan sayu, seolah memohon.

Leeteuk mengusap rambut Jiyoo pelan. “Jangan takut.”

—-

Mataku tidak bisa berpaling saat melihat Teuk hyung bisa seenaknya membelai kepala Jiyoo seperti ini. Aku memang tidak bermaksud mengintip, hanya saja pemandangan ini tersaji begitu saja di depanku. Kalau bisa, aku juga tidak mau melihatnya.

Aku menggeram. “Apa hubungan mereka memang sedekat itu?”

Aku juga tidak tahu aku harus senang atau tidak karena aku tidak bisa mendengar percakapan mereka. Tapi aku bisa tahu kalau hal itu bukanlah pembicaraan seputar artis dan asisten. Lagipula sejak kapan artis bisa bersikap manis begitu pada asisten pribadinya sendiri? Atau memang kata ‘pribadi’ itu bisa diartikan sebagai milik perseorangan, yang artinya disini Jiyoo adalah milik Teuk hyung?

“Aku bisa gila~~~” kujambak rambutku frustasi. Tanpa alasan yang jelas lagi, aku selalu merasa iri pada Teuk hyung. Aku bergumam, “Apa aku juga harus punya asisten pribadi?”

Baiklah, itu pikiran bodoh. Kenapa aku iri saat artis lain punya asisten pribadi? Bukankah sama saja seperti aku yang punya manager hyung? Walaupun aku juga tidak mau membelai rambut manager hyung seperti itu.

“Hyuk-ah, kenapa berdiri di depan pintu?” suara Teuk hyung mengejutkanku. Ia keluar ruang tunggu dengan Jiyoo yang mengekor di belakangnya.

Aku menarik napas dan berusaha menenangkan diri. “Aniyo. Tadinya aku mau memanggilmu, hyung. Tapi sepertinya kau sudah…,” Mataku melirik Jiyoo, “siap.”

“Kalau begitu, ayo,” Teuk hyung berjalan lebih dulu, meninggalkan Jiyoo bersamaku.

Gadis itu hanya membungkuk singkat sebelum berlalu dari pandanganku. Semerbak wangi yang sama menyeruak dan memenuhi rongga hidungku. Wangi lavender miliknya membuat darahku mengalir deras. Aku menyukai wangi tubuhnya.

Tapi detik berikutnya, aku kembali merasakan dada kiriku yang sakit. Mendadak aku kesal membayangkan leaderku sendiri bisa setiap hari menghirup wangi favoritku ini. “Aku benci perasaan ini.”

—-

“Benar-benar tidak mau kuantar?” sudah kesekian kalinya Teuk hyung membujuk Jiyoo. Gadis itu menggeleng. “Ya~ bukankah kau juga mau ke Sukira?”

Jiyoo tersenyum -senyum kesukaanku- pada Teuk hyung. “Memang. Tapi aku bisa kesana sendiri. Banyak bis kan?”

“Andwae! Kau ikut aku sekarang,” Teuk hyung meraih tangan Jiyoo dan menariknya masuk di depan mataku.

Aku menelan ludah dengan susah payah. Bagaimana bisa Teuk hyung bertindak seberani itu pada ‘asisten pribadi’nya sendiri? Lagi-lagi pengertian kata pribadi mengusik otakku, membuat kepalaku nyaris meledak.

Kali ini aku tidak duduk di belakang, Teuk hyung bersikeras menemani Jiyoo di kursi penumpang, jadi dia memaksaku pindah ke samping kursi pengemudi. Aku berdecak dalam hati, siapa yang selalu berebut kursi depan sebelumnya?

“Apa kau minum obat dengan benar?” pertanyaan Teuk hyung pada Jiyoo berhasil memancing perhatianku.

Mataku melirik lewat kaca dalam, Jiyoo mengangguk sambil tersenyum. “Tapi aku benar-benar sudah sehat, sunbae.”

“Itu kan menurutmu~~” rajuk Teuk hyung. Aku baru tahu dia bisa bersikap sok manja begitu. “Jangan lupa makan tepat waktu dan istirahat yang banyak. Sepertinya kau butuh liburan.”

Lagi-lagi aku melihat Jiyoo tertawa pada leaderku sendiri. “Sepertinya itu nasihat untukmu, sunbae.”

“Aku serius. Kenapa kau tidak pernah mendengarkanku?” Teuk hyung menyentuh kepala Jiyoo lembut. Untuk kesekian kalinya, aku merasa dadaku sesak saat melihatnya. Pertanyaan yang pertama kali muncul adalah: apa aku punya penyakit jantung?

“Aku selalu mendengarkanmu~~~” sahut Jiyoo.

Saat itulah aku bisa melupakan pertanyaan bodohku. Itu bukan penyakit jantung. Itu adalah perasaan tidak suka teramat sangat dengan tanda dada yang sesak dan seolah ada sesuatu yang membakar jantungmu. Biasanya bernama cemburu.

—-

@Sukira

Siaran berlangsung lancar, walaupun aku tahu persis perasaanku tidak terlalu baik bahkan nyaris buruk. Saat inilah aku tahu kalau ungkapan profesionalisme adalah kata yang hampir tidak bisa kulakukan. Kalau aku tidak segera memperbaiki suasana hatiku, kurasa aku sudah meninggalkan Sukira dan pulang ke dorm.

“Aku harus ke toilet,” Teuk hyung pamit saat kami akan keluar gedung.

Mataku masih terus memandangi Jiyoo yang sibuk membereskan barang milik Teuk hyung. Cih.. benar-benar asisten pribadi, cibirku. Aku berpaling darinya dan mencari objek lain untuk indera penglihatanku. Tapi sia-sia, aku tidak bisa menemukan hal lain yang semenarik dirinya.

Aku terus mengamatinya, setiap gerakan dan raut wajahnya. Semua itu menjadi hiburan untukku, entah bagaimana. “Kenapa aku sangat tertarik padamu, Choi Jiyoo?”

Tapi kemudian aku melihat sesuatu yang berubah darinya. Jiyoo menggigit bibir bawahnya, seolah menahan sakit. Tubuhku menegang, bersikap siaga dalam jarak lima meter darinya. Aku berjalan, berlari bahkan, saat aku melihat tubuhnya hampir ambruk.

“Ya~ kau baik-baik saja?” pertanyaan itu yang meluncur pertama kali saat aku berdiri di belakangnya dan menahan tubuhnya.

Mata gadis itu tidak memperlihatkan emosi apa-apa, terlihat kosong. Aku bisa melihat keringat dingin mengalir menyusuri pinggiran wajahnya. Jiyoo tidak baik-baik saja, aku menjawab pertanyaanku sendiri.

Ia bangkit dan memegang tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. “A-aku.. baik..” Ucapannya yang terbata malah membuatku yakin kalau dia adalah pembohong yang buruk. Aku meraih lengannya tapi kemudian ia menerpisku. “Lepas!”

“Aku hanya mau membantu. Kau harus ke rumah sakit,” ucapku polos. Aku tidak tahu Jiyoo bisa menyadarinya atau tidak, tapi aku meringis saat melihat wajahnya yang pucat pasi.

“Aku.. tidak.. butuh.. bantuan.. apapun…,” tegasnya, tetap dengan suara parau.

Tangannya meremas perut, jadi aku kembali mendekatinya. “Apa perutmu sakit? Masuklah ke mobil, aku akan memanggil Teu-“

“Jiyoo-ya? Kau kenapa?” Teuk hyung memotong ucapanku dan langsung mendorong tubuhku ke belakang. Ia memapah Jiyoo dengan cepat. “Kuantar kau pulang.”

Jiyoo tidak menepis tangan Teuk hyung seperti yang tadi ia lakukan padaku. Aku merasa seperti orang bodoh tapi kupikir ini bukan saat yang tepat. Kondisi aneh Jiyoo sudah jadi perhatian utamaku. Aku tetap tidak bisa melihatnya yang terus menahan sakit seperti sekarang. Jiyoo menggigit bibir bawahnya dengan kuat, aku bergidik membayangkan rasa sakitnya.

Aku bisa melihat gadis itu bersandar di pundak Teuk hyung. Tapi aku berusaha meredam rasa kesal dalam dadaku, terus meyakinkan diri sendiri kalau Teuk hyung bisa meringankan sakit Jiyoo. “Hyung, apa kita harus ke rumah sakit?”

“Aniyo! Aku mau pulang,” Jiyoo menahan tangis dalam suaranya. Ia memandang Teuk hyung, “Oppa, aku mau pulang.”

Teuk hyung mengangguk sambil mengusap pipi Jiyoo. Aku membeku di kursiku. Jantungku nyaris berhenti berfungsi kalau saja aku tidak memerintahnya untuk tetap berdetak.

-TBC-

====================

JiHyuk finally back~!!! Ah, kangen banget ama unyuk, jadi satu-satunya cara cuma bisa bikin lagi cerita JiHyuk *sigh*

Jadii, kali ini bikinnya bukan dari Jiyoo’s PoV, tapi semuuuuuanya punya Unyuk. Kenapa? Biar Unyuk ngerasain gimana cintanya dia ama Jiyoo. Kekeke~ Kalo ada bini unyuk laen yg mau protes, sori ini hak bebas author. Ga suka ya jangan dibaca. 😛

PS: kalo mau ini dilanjut, let me know ya. Kalo ga, yauda gapapa. 🙂

74 thoughts on “Violetter #1

  1. LANJUUUT ONNIEEEEE*teriak pake toa bareng hyuk* !!!
    Onnie disitu skt apa?yaah jangan dibikin sad ending yaa onn*banyak mau kambuh* hehehehe

  2. SAYA MAU PROTES AUTHOR!
    APA-APAAN INIIII !!!
    kurang panjang ini,belum puas.. :p
    GIMME MORE XD *dilempar ke laut*

    aduh neng cantik, jangan sakit yang parah2 nanti hyuk prustasi pndah ke lain hati, ke hae neeh :p
    oh myjungsoo~ *peluk2* XD
    saia suka leader yg satu ini *poke2*

    jihyuk agaain \m/
    *sigh* bahasamu nak,makin hari makin asik bener..
    serasa ngerasain sakitnya jihyuk *tsah*
    saia tunggu semua ceritanya neng ^^

    • Yahh~ uda kepanjangan gini masih kurang?? Yaolohh~~~ ><

      Tenang aja, mbak, ga mungkin lah aku ngebiarin unyuk pindah2 ke laen hati. Kekeke~
      Mworago? 'my hae'?? Selingkuhh??????
      Aku juga cinta ama jungsoo~ XD

      JiHyuk FTW~!! Wajiiib eksis. Soalnya aku lagi kangen ama unyuk. Huhu. T^T
      Oke, mbak evil~ Makasih yaa~ *hug kisseu* 😀

      • kurang tauu, aku mau panjaaaaaaaaaaang banget XD
        ga apa2 banyak2 aja jihyuk, aku suka bacanya..
        jadi patroli mulu kesini muahahahahah XD

      • lah, si unyuk doyan nangkring dipuun cabe neng ? XD
        pantes cabe dirumah saia abis, rupanya si unyuk yg ngambil (?)

        *pungutin atu2* lumayan buat biaya kuliah XD

      • iyaa, pan dia doyan mendaki (?) berbagai jenis poon. XD
        lha, cabe di rumah mbak evil itu dibuat dagang rujak. Kekeke~

        Yaoloohh~ derita anak kuliahan. *meratapi waktu yg tinggal beberpa bulan*

  3. ntar jiyoonya mati ga??
    kalu mati biar gw siap2 deketin hyuk hahahhahaha *streskarenakibumgaadakabar*

    lanjottt……………..

  4. sebenarnya ad hubungn apakah antara jiyoo,hyuk dan teuk???
    >o<
    jiyoo sakit apa?sakit jiwa kah? #plakk
    hyunyoung mana?? #plakplak
    xD
    lanjot onn,bnyk pertanyaan2 yg blm trjawab ni…

    Btw,posterny keren..jiyoo nya cantik keak aq..xD
    tp gak tau knp d byanganq jiyoo itu jiyoung kara…apa gara2 namax mirip y?kekeke

    • Hahaha~~ tumben dirimu bisa penasaran ama FF-ku, dong-ah?? XD
      Sakit jiwaaa?? Sialan~ padahal tadinya ada niat pingin ngeksisin kamu ama bang yes. Batal ah~

      Posternya dibikin kilat, susah nyari foto unyuk yg keren *ditalak*
      Jiyoung KARA? Aku imuuut dong? XD
      Ani, ani, bayangin aja Jiyoo itu Sungyeon ato Lizzy. Miriip kok~

  5. Jyah…gak kok,aq emg slalu pnasaran ma ff2mu…suer..
    Hehe

    unyuk emg KURANG keren y..xD
    Andwae…aq mohon padamu untk mengeksiskan diriku juga onn…*sujud2*

    gak bisa….menurt aq ttp jiyoung yg paling pas…sungyeon ma lizzy ga bsa masuk k otakq..xD

  6. Jiyoo sakit apa? Sini saya kasih obat *ngasih racun biar bisa deketin eunhyuk* hahaha
    Ini kudu happy ending shel , kasian sama monkey, dia mah ga cocok buat ff yang sad ending *secara mukanya lucu gitu* hehehe

  7. huwaaa~ penasaran.. jiyoo misterius abis deh
    endingnya harus sama eunhyuk ya, jangan sampe meninggal jiyoo nya.. 😥
    *maksa, hehe
    ditunggu lanjutannya 😀

    aku kok mau comment dari hape kok rada susah ya?

    • Hehehe… mencoba ganti imej Jiyoo jadi cewe pendiem. XD

      Iyaa~ mohon doa restunya (?)
      Mudah2an bisa cepet selesai n di post di sjff. 🙂

      Susah ya?? Tapi maakaaaasiiih banget uda nyempetin komen disini. *deep bow*

  8. lanjut dong eon~ seperti biasa yg happy ending ya, eon (:
    cerita cerita eonni beneran kaya’ komik usami maki dalam bentuk tulisan! aku sukaaaa banget!

  9. LANJUUTT LANJUUTT LANJJUUTT.. G MAU TAU POKOKE LANJUUT *di lmpar k jurang ama author gara2 nyolot*

    ituu jiyoo sebenarnya ada hubungan apa sih ama hyuukk??
    truss itu teukie kenapa kaya suka ama jiyoo???
    ahh penasaraann…..

  10. Dan… Voila!
    Muncullah diriku~
    *unni :sapa ni anak?*
    hhahaa
    saia reader dri PiL itu tuuh~ *halah gapen*
    Violetter kyax seru *sangadh!* ni.
    Kpan mw dilanjut onn?
    Kbtulan bru slese uts nii~
    Maen ksini udh ad yg baru,,
    *lompat2*
    Fresh.. ^^
    lanjoot~

    • Hai, hai~~~ 🙂
      Iyaa, onnie inget kok. Dari unamenya juga uda familier. XD
      Makasih ya uda mampir lagi. Hehe..

      Ng, tar dulu kali ya. Mungkin bakal dilanjut abis namatin Cherry’s Love. 🙂
      Tapii, makasiiiih banget uda baca. 😀

  11. LANJUUUUUUUTT~~ *emang udah ada lanjutannya kalleeee -__-*
    woaaah kasian kunyuk dicuekin 😥 ada apa dengan jiyoo?? *belagak detektip*
    ~~ngesot ke part selanjutnya~~

  12. hmmmm disini penuh ff hyuk non nc #haengbok…

    aq titip jejak yah belum bisa baca ff jam segini, tapi diusahakan kalo udah dibaca coment lg…

    salam kenal z yah sesama bini hyuk.. hihi

  13. wae menghindari nc hyuk??? eh masih kecil denk,,,
    onn kan author nc *buka aib*

    maka’y selama ini bergelut ama baca nc n bikin nc… jadi sejuk bc ff normal

    • mmm… kenapa yahh, mungkin soalnya belon bisa baca nc hyuk kali..
      kalo yang laen mah gapapa. (?)
      aku uda 18 tauuun, uda boleh nc.. hehe.. xD

      onnie? author nc?? Omoooo~ ><
      mauuu bacaaaa, tapi yang bukan hyuk. :3

      • malah onn lebih suka bc nc hyuk daripada cast lain berasa kurang ngena,,,
        coba baca yg hyuk,hehe tp jangan bc klo tar km bisa pingsan….
        di blog onn katanya nc tingkat dewa semua,,

        tar onn kirim message dweh k kamu yah, soal pw ama link’y mumpung lg dibuka lg tu blog

  14. cerita seruuuuu~~~~~~
    aku suka ceritanyaaaa~~~~

    penasaran deh sebenaenya jiyoo punya hubungan ssama hyuk y dimasa lalu?
    trus teuk oppa bner ngga da apa2 nih?
    mw lanjut baca deh biar ngga pnasaran…

  15. Okeeee here i am xD
    loveleecho kembali mengudara *diinjek

    aku komen di part pertama ini, dan part terakhir aja ya, eonni xD
    aku gamau mengotori matamu untuk membaca komenanku yang ga penting *kekek~~!

    one.. two.. three.. goooo~~!

  16. another JiHyuk and I really anticipate it..
    Wah, disini Jiyoo berubah jadi dingin, jadi peanasaran ama kelanjutannya.
    tapi Jiyoo gak sakit kan, eonni? masa ntar sad-ending, kan gak seru..

  17. kyknya ada sesuatu yg disembunyi’in jiyoo sm teukie oppa dr eunhyuk oppa :-\.. jgn2 jiyoo sktnya parah n hdpnya tinggal bbrp bln lg, mknya dia ngjga jarak sm eunhyuk oppa #mengarang bebas XD..

  18. Penasaran siapa sebenarnya Jiyoo dan sepertinya Leeteuk oppa tahu sesuatu. Udah ketinggalan banyak, jdinya lanjut ke part berikutnya saja.

  19. Jungsoo oppaaa~ aku juga mau diusap pipinya kayak Yoo…eh, tapi jangan deh ada jerawatnya. Ya udah, elus-elus rambutku ajah oppa…tapi, aku belum keramas *aiisshh*
    Poo~ kalo Yoo menghindari kamu, aku ada di samping kamu koq *horor*
    Menarik nih ceritanya hehe
    Makasih, Sheee

  20. ngakak pas bagian ini >>>>>> “Bukankah sama saja seperti aku yang
    punya manager hyung? Walaupun aku
    juga tidak mau membelai rambut
    manager hyung seperti itu”

    hahaha bayangin wajah nya si unyuk bete tuh, euhh
    ff nya gk ngebosenin. Saya reader baru di sini kkkkk~ jdi msh ubek2 ini blog

Leave a reply to xokyulatee Cancel reply